Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehMohamed Febriani Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
MULTIKULTURALISME MULTIKULTURALISME MULTIKULTURALISME
2
ASUMSI KEANEKARAGAMAN
Keanekaragaman identitas budaya (dalam arti luas) merupakan suatu kenyataan. Di sisi yg lain keanekaragaman identitas budaya mengandung potensi kerawanan. Masyarakat Majemuk (Plural Society) menunjukkan keanekaragaman suku bangsa dan kebudayaan sukubangsa. Pluralisme kebudayaan (Cultural Pluralism) menekankan kesederajatan kebudayaan yang ada dalam sebuah masyarakat.
3
PERSPEKTIF KEANEKARAGAMAN
Menyangkut discourse perihal bagaimana keanekaragaman dipersepsi, diyakini, diteorikan, serta disikapi yang mendasari praksis maupun kebijakan. Perspektif bisa berbeda-beda menurut konteks tempat dan semangat jamannya.
4
MAKNA MULTIKULTURALISME
Ajaran (doktrin) bahwa beberapa ikatan budaya yang berbeda -- seperti ikatan suku, ras, agama, daerah, bahasa, kelompok jender, dsb-nya -- dpt hidup berdampingan secara damai, saling mendukung dlm posisi setara, dan menikmati kehidupan yang makin adil (dlm suatu negara atau wilayah pengorganisasian hidup bersama).
5
REALITAS GANDA/RAGAM Multikulturalisme menawarkan hadirnya realitas ganda/ragam : differences – similarities, diversity – unity, identity – integration, particularity – universality, nationality – globality, etc. Multikulturalisme tak pernah dimaksud menghilangkan kekhususan (specifity) dari ciri budaya; tak pula dimaksud meleburnya ke dalam keumuman (generality) budaya.
6
MENGAPA MULTIKULTURALISME?
Secara alamiah setiap ikatan budaya cenderung ingin hidup dengan caranya sendiri; dan memang tiap ikatan budaya punya hak hidup serta berkembang. Masyarakat modern dan terbuka meniscayakan adanya interaksi (pertemuan, kerjasama, konflik) di antara manusia yang berbeda latar budaya.
7
DALIL-DALIL MULTIKULTURALISME
Kesadaran dan kebanggaan pada identitas budaya sendiri tak seharusnya menjurus ke sikap dan tindakan yang eksklusif, egois, serta arogan yang dapat mengancam kebersamaan kehidupan dalam keanekaragaman budaya. Kecenderungan “partikular-eksklusif” harus dikontrol dan diimbangi dengan semangat “universal-inklusif”.
8
PENYEBARAN PAHAM MULTIKULTURALISME di BERBAGAI NEGARA
Runtuhnya Uni Soviet dan Eropa Timur yang menandai berakhirnya perang dingin, telah mempercepat dan meningkatkan intensitas globalisasi di berbagai bidang. Sejak itu, AS seolah menjadi penguasa dunia. Sehingga, hampir semua yang berbau AS cepat dan mudah merambah ke berbagai dunia. Termasuk, pengalaman sejarah multikulturalisme di AS.
9
PERJALANAN MULTIKULTURALISME DI AS
Dinamika perspektif keanekaragaman di AS dimulai dengan “melting-pot assimilation” menjadi “salad bowl” berkembang lagi menjadi “cultural pluralism” dan akhirnya “multiculturalism”. Dinamika perspektif itu bermula dari gerakan warga kulit hitam yang menuntut kesetaraan hak sipil dan politik pada 1960-an. Kemudian tahun 1970-an muncul gerakan civil society, yang diikuti gerakan perempuan, lalu muncul gerakan “pribumi Amerika” dan kelompok kulit berwarna. Pada tahun 1980-an hingga 1990-an muncul pemikiran kritis terhadap kurikulum sekolah dasar perihal sejarah, demografi, dan pendidikan kewarganegaraan, yang menggugat perspektif melting-pot assimilation.
10
1. MELTING-POT ASSIMILATION
Konsep ini dipopulerkan melalui drama karya Zangwill. Dalam perspektif melting-pot ditonjolkan perihal lahirnya “manusia baru” yang disebut Amerika, yaitu merupakan idealisasi peleburan beraneka ragam budaya yang berasal dari Eropa dan Afrika. Pemikiran kritis mengungkapkan bahwa melting-pot ternyata bersifat monokultur. Karena, dominasi dan hegemoni WASP (White Anglo-Saxon Protestant) amat mengedepan.
11
2. SALAD BOWL Untuk mengakomodasi dan mengapresiasi kontribusi non-WASP, dikembangkan perspektif pengganti yang disebut “salad bowl”. Unsur non-WASP memang diakomodasi, tapi ternyata tak mengurangi unsur pokoknya yang dominan, yaitu budaya WASP. Perspektif salad bowl masih tetap dirasakan mengecewakan oleh non-WASP.
12
3. CULTURAL PLURALISM Horace Kallen (1970) memperkenalkan perspektif “cultural pluralism” untuk menggantikan salad bowl. Perspektif ini membedakan antara ruang publik dan ruang privat. Ruang publik: ruang terbuka tempat bertemunya orang dari berbagai ikatan budaya. Ruang privat: ruang yang disediakan untuk mewadahi dan merawat spesifikasi ikatan budaya di dalam masing-masing keluarga atau komunitas yang berbeda-beda. Ternyata perspektif ini juga rapuh dan tak memuaskan, karena mengandaikan dapat memisahkan sepenuhnya antara ruang publik dan ruang privat. Di samping itu mengandaikan wilayah non-budaya terlepas dari wilayah budaya di dalam ruang publik.
13
4. MULTICULTURALISM Diperkenalkan tahun 1980-an, sebagai upaya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi di ruang publik, dan selanjutnya juga mengkritisi jalinan hubungan kekuasaan yang ada agar menjamin hak, keadilan dan kesempatan yang sama bagi semua WN yang dihormati latar belakang ikatan budayanya.
14
REAKSI TERHADAP MULTIKULTURALISME
Bergerak dlm spektrum: mendukung – mengkritisi – menolak. Kelompok mayoritas dan atau yang diuntungkan dengan statusquo, umumnya menolak perspektif multikulturalisme. Kelompok minoritas dan atau yang termarjinalkan, umumnya mendambakan/ mendukung multikulturalisme. Kelompok intelektual sosial, umumnya mengambil sikap kritis terhadap multikulturalisme.
15
BEBERAPA CONTOH MULTIKULTURALISME di BERBAGAI NEGARA
AS: masyarakat aktif melakukan gerakan sosial-budaya memajukan multikulturalisme. Inggris: pemerintah aktif mengadopsi kebijakan promultikulturalisme, antara lain program “pendidikan untuk semua” serta pengakuan keragaman budaya dan agama dlm teks dan kurikulum sekolah. Kanada: pemerintah aktif dgn membentuk “Departemen Multikulturalisme dan Kewarganegaraan”, serta membuat UU Multikultural. Australia: pemerintah aktif dgn membentuk “Kantor Urusan Multikultural”, dan mencanangkan agenda khusus tentang multikulturalisme dlm perwakilan di parlemen.
16
PREMIS MULTIKULTURALISME (Leonie Sandercock, 2003)
1. Ketertambatan manusia pada kebudayaan memang tak terhindarkan. Setiap kita tumbuh di dunia yang terstruktur secara kultural, dibentuk melalui budaya itu, dan memandang dunia dari sudut budaya spesifik. Kita juga punya kemampuan mengevaluasi secara kritis keyakinan dan tindakan sendiri, serta mampu memahami dan mengapresiasi budaya lain dengan sama kritisnya. Tapi, adanya identitas kultural tertentu dan yang tampak kita miliki, tak terelakkan.
17
LANJUTAN PREMIS 2. “Budaya” tak boleh dipahami sebagai statis, kodrati, dan esensialis. 3. Keanekaragaman budaya merupakan sesuatu yang positif, dan dialog antarbudaya merupakan unsur penting dari masyarakat dengan beragam budaya. Semua budaya memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan dan dipelajari dari budaya lain.
18
LANJUTAN PREMIS 4. “Hak untuk berbeda” di jantung multikulturalisme harus secara terus menerus dihadaptandingkan dengan hak-hak lain (mis: HAM) dan diredefinisi menurut pertimbangan dan formula baru. 5. Mengurangi ketaktoleranan dan rasa takut hanya bisa dicapai melalui perbaikan (distribusi) material sebagaimana penghargaan pada dimensi-dimensi kultural.
19
MASALAH POTENSIAL DAN AKTUAL
Dapat berupa: clash of civilization, culture war, konflik etnis, perlakuan dan atau kebijakan diskriminatif, hubungan eksploitatif, bias (perlakuan tak adil yang tak disengaja), prasangka negatif, kesalahpahaman, marjinalisasi, kekerasan fisik/simbolik, serta ketimpangan dan kesenjangan yang tajam.
20
TINDAKAN PRO-MULTIKULTURALISME
Menerima, toleran, simpati, empati, dan peduli terhadap keanekaragaman kultural; serta bersedia hidup bersama, saling percaya dan saling mendukung (ko-eksistensi dan pro-eksistensi). Melakukan prakarsa pemajuan kehidupan multikultural yang lebih damai; merumuskan dan menegakkan aturan yang fair-adil; mengurangi kesenjangan dan meningkatkan keadilan secara konsisten berkesinambungan.
21
TANGGUNG JAWAB BERSAMA
Pemajuan multikulturalisme menuntut kepekaan, kepedulian, dan tanggung jawab kemanusiaan bersama untuk memperhatikan yang berbeda dan membantu yang lemah. Masing-masing kita harus menjadi bagian dari solusi, bukan justru menimbulkan masalah. Untuk ini, kadang mengharuskan kesediaan dan keberanian kita melakukan pelintasan batas-batas kultural.
22
Terimakasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.