Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PEMERIKSAAN SEROLOGI RINI KADIR
2
Pemeriksaan Serologik
Pemeriksaan serologic adalah prosedur atau teknik laboratorium menggunakan reaksi antigen-antibodi sebagai dasar tes. Penyakit yang dibahas disini yaitu : Demam tifoid Demam berdarah dengue (DBD) Penyakit menular seksual.
3
DEMAM TIFOID Demam tifoid (typhoid fever) merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi melalui entrifakal-oral, disebabkan oleh bakteri Salmonella typi. Selain itu ada juga yang dikenal sebagai enteric fever , disebabkan oleh salmonella para typhi A,B, dan C. Baik pada typhoid maupun enteric fever, infeksi terjadi mulai pada usus halus dengan gejala gastrointestinal yang minimal. Organisme ini masuk dan memperbanyak diri dalam magrofag di plaque Peyeri, kemudian menyebar kehati, kantung empedu dan limpa. Setelah itu akan terjadi bacteremia disertai demam dan gejalalainnya, disebabkan oleh endotoksin bakteri tersebut.
4
Gejala pertama biasanya demam dan kontipasi
Gejala pertama biasanya demam dan kontipasi. Setelah satu minggu, dengan adannya bacteremia, timbul demam tinggi, sakit kepala, splenomegaly, leukopenia Dikenal 2 macam antigen (Ag) yaitu Ag O (Somatik) dan Ag H (Flagela). 7 sampai 10 hari setelah infeksi, antibody terhadap Ag O (Anti O) mulai terdeteksi : titelnya mencapai maksimum 3-5 minggu setelah infeksi. Berbagai factor mempengaruh manifestasi ini sehingga mempersulit interpretasi hasil tes serologi. Faktor-faktorantara lain : Stadium penyakit Titer dasar (awal) yang tinggi didaerah endemic atau karena vaksinasi Reaksi silang misalnya dengan zat anti lain Pengobatan dengan anti biotic sebelum pemeriksaan dilakukan
5
Diagnosa pasti dilakukan dengan biarkan darah,urin,atau tinja (faces)
Diagnosa pasti dilakukan dengan biarkan darah,urin,atau tinja (faces). Untuk membantu menegakan diagnosis, dilakukan tes serologik yaitu tes Widal. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi adanya anti-O dan anti-H dari Salmonela typhi maupun Salmonella para typhi. Kenaikan titer zat anti sebesar 4 kali, memberikan indikasi adanya demam tifoid. Selain itu bila titer anti-O lebih besar dari 1/160, juga menyokong adanya infeksi salmonella, tetapi perluh diperhatikan pula factor-faktor yang telah disebut diatas. Kenaikan titer anti-O lebih bermakna dari anti-H karena pada vaksinasi titer anti-H meningkat
6
DEMAM BERDARAH DENGUE ( Dengue Hemorrhagic Fever )
Penyekit demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi VIRUS Dengue (arthropodee-bome virus). Penular terjadi melalui gigitan nyamuk Aedesaegypti atau Aedesalbopictus. Gejala pertama adalah demam. Demam ini dapat disertai dengan perdarahan, ranjatan (syok), atau kematian. Pada infeksi yang terjadi untuk pertama kalinya, biasanya hanya ringan (subklinis) atau demam saja (Demam Dengue,Dengue fever). Barulah pada infeksi kedua kalinya terjadi DBD,atau DSS (Dengue Shock Syndrome).
7
Viremia atau adanya virus dalam aliran darah akan berlangsung selama 1 minggu. Pada awal penyakit akan dibentuk IgM anti-Dengue, tapi hanya berlangsung dalam waktu singkat. Selanjutnya akan dibentuk IgG antibody terhadap Dengue yang dideteksi dengan berbagai cara antara lain : Neutralization test Agglutination inhibition test Complement fixation test Ketiga cara tersebut diatas mendeteksi Antibodi pada saat fase terhenti dalam perjalanan penyekit.
8
Diagnosis laboratorium ditunjukan untuk mendeteksi antibody spesifik (uji serologic) dan untuk mengisolasi virus serta mengidentifikasi virus. Pemeriksaan serologis yang paling dapat dipercaya adalah uji netralisasi. Uji ini dapat dilakukan secara vivo menggunakan sejenis mencit (suckling mice) atau secara in vivo dengan biakkan jaringan.
9
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL
Sifilis disebabkan spirokchaete Treponemapalidum yang masuk kedalam tubuh melalui lesi kecil dikulit atau selaput lender. Berkembang biak lambat dengan masa inkubasi 3 minggu. Pada umumnya perjalanan penyakit terjadi dalam 3 stadiun yaitu sifilis primer, sekunder, dan tersier, stadium sekunder dapat diikuti masa laten 3-30 tahun. Kuman T.Palidum belum dapat dibiakan pada media buatan in vitro, oleh karena itu diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan mikroskopik dan serologic. Secara mikroskopik, eksudat dari lesi primer diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope),eksudat dari lesi primer di periksa dengan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope) segera setelah pengambilan bahan, atau dengan mikroskop UV setelah diwarnai dengan fluorescein yang di label kan pada antibody anti-treponema. Kuman T.pallidum sangat halus, berdiameter sekitar 0,2 mikron, dan tidak terlihat pada sediaan dengan perwanaan Gram. Perwanaan impregnasi perak di gunakan untuk menunjukan T. pallidum pada biopsi.
10
Secara serologic terbagi dalam tes non-spesifik dan tesspesifik, untuk menetapkan anti body dalam serum. Antigen yang di pakai pada tes non-spesifik tidak berasal dari T.pallidum, tetapi dari eksrak jaringan mamalia misalnya cardiolipin dari jantun gsapi, untuk menetap kan LgM dan lgG anti-lipid yang terbentuk sebagai respons terhadap bahan lipoid yang di lepaskan oleh kerusakan sel dan lipid pada permukaan T.pallidum. Termasuk dalam tes ini adalah tes VDRL (venereal disease research laboratory) dan RPR (rapid plasma reagin). Hasil tes akan positif dalam 4-6 minggu infeksi atau 1-2 minggu setelah terjadinya lesi primer, dan akan menurun pada stadium tersier atau pada pemberian anti biotic pada stadium primer atau skunder. Tes ini bermanfaat untuk skrining, tetapi dapat positif palsu, bila positif harus dikonfirmasi dengan tes spesifik. Tes spesifik yang sering di lakukan adalah Fluorescent Treponemal Antibody Absorption (FTA-ABS) Dan Treponema pallidum Haemagglutinaton Assay (TPHA) Selain untuk konfirmasi hasil positif dari tes non spesifik, tes spesifik juga dilakukan apabila ada indikasi kuat berdasarkan klinik. Keduan tes ini dapat positif selama bertahun-tahun dan setelah pengobatan antibiotic, oleh karena itu tes spesifik tidak dapat dipakai untuk memantauan pengobatan.
11
ACQUIRED IMMUNO DEFIENCY SYNDROM (AIDS)
Limfosit (salah satu jenis leukosit) berperan penting pada system imun tubuh.Limfosit B berperan pada imunitas humoral karena memroduksi antibodi, sedankan limfosit T terutama pada imunitas karena bersifat sebagai efektor melawan sel ‘musuh’. Limfosit ternyata merupakan kelompok sel yang heterogen dengan dua jenis utama (subset) yaitu limfosit penolong (CD4+) dan limfosit pembunuh (CD8+). Pad keadaan normal, perbandingan jumlah CD4+ dan CD8+ secara kasar adalah 2 : 1, suatu perbandingan yang optimal untuk menjalankan fungsi masing-masing.
12
Human immunodeficiency virus (HIV), penyebab AIDS, merupakan virus yang limfotropik. Molekul CD4+ merupakan reseptor (‘tempat hinggap’) virus ini untuk masuk ke dalam sel (limfosit penolong dan monosit karena monosit juga CD4+). Di dalam sel virus ini memperbanyak diri (replikasi) sehinga merusak limfosit tersebut. Virus-virus ‘baru’ yang dihasilkan (virion) akan mencari sel yang bau lagi untuk dimasssukinya. Pada infeksi lanjut jumlah limfosit penolong ( CD4+ ) mulai menurun. Bila penurunan jumlah sel telah cukup berat mulailah timbul manifestasi gangguan imunitas sehingga pasien mudah terkena infeksi oportunistik dan keganasan. Selain limfotropik, HIV juga bersifat neutropikk karena ditemukan pada susunan saraf pusat dan cairan otak serta menimbulkan kelainan neurologonik. Pada infeksi HIV, jumlah limfosit B normal atau bahkan meningkat sebagai respons tubuh sehingga terbentuk antibody spesifik terhadap HIV yang dapat digunakan sebagai petanda bahwa seseorang pernah terpapar HIV.
13
Jenis sel imun yang lain yaitu natural killer cells ( sel NK ) juga mengalami kelainan demikian pula limsofit B, sehingga pasien AIDS lanjut sering timbul sarcoma Kaposi dan limforma sel A. Jenis dan metode pemeriksaan: Deteksi antibody anti HIV (misalnya anti-p24, atau anti-glikoprotein virus lainnya) menggunakan teknik aglutinasi, imunodot, Elisa, Western blot, imunofluoresensi, atau radiomunopresipitasi. Deteksi antigen virus (HIV): dilakukan dengan cara Elisa, kultur, pelacak DNA, pelacak RNA. Jumlah sel : Menghitung limfosit T penolong (CD4+) dan limfosit pembunuh (CD8+) dengan teknik imunofluresensi / flowcytometry menggunakan antibody monoclonal. Fungsi sel : dapat dilakukan dengan cara stimulasi limfosit B atau T menggunakan simulator PWM, PHA, Con-A, PPD, atau Tuberkulin.
14
Lain-lain : pemeriksaan laboratorium lainnya antara lain : Hematologi (Hb, jumlah dan hitung jenis leukosit, trombosit, sediaan apus darah), penentuan kadar lg G dan lgA darah, biarkan dan serologi (untuk protozoa, jamur, HSV, CMV, EBV), untuk infeksi oportunistik Pneumocystis carinii (perwarnaan langsung), Cryptosporidium dan Toxoplasma (biakan), Strongyloides dan Candida (Histopatologik), Aspergillus, serta sarcoma Kaposi Limfoma (Histopatologik). B. Pemilihan tes untuk anti-HIV Tes Penyaring : digunakan secara sederhana seperti tes aglutinasi, dot enzyme immunoassay yang mempunyai sensitifitas tinggi, dan teknik Elisa. Tes konfirmasi : digunakan cara Western Blot, Imunofluoresensi, atau Radioimunopresipitasi. C. Periapan penderita dan bahan pemeriksaan: Tidak ada persiapan khusus. Bahan pemeriksaan adalah darah lengkap dengan antikoagulan sodium heparin.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.