Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehMuslimin Pakpahan Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
BENIGNA PROSTAT HYPERPLASTY Kelompok 4 Sumarno201133074 Widanti Virgian 201233010 Sally201233111 Yunianto Wibowo201233,.....
2
BPH(Benigna Prostatic Hyperplasia) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana prostat mengalami pembesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan cara menutupi orifisium uretra. Prostatektomy merupakan tindakan pembedahan bagian prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk memeperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.
3
a) Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen pada usia lanjut. b) Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. c) Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang mati. d) Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
4
Pada umumnya dikemukakan beberapa teori : Teori Sel Stem, sel baru biasanya tumbuh dari sel srem. Oleh karena suatu sebab seperti faktor usia, gangguan keseimbangan hormon atau faktor pencetus lain. Maka sel stem dapat berproliferasi dengan cepat, sehingga terjadi hiperplasi kelenjar periuretral. Teori kedua adalah teori Reawekering (Neal, 1978) menyebutkan bahwa jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologi sehingga jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya. Teori lain adalah teori keseimbangan hormonal yang menyebutkan bahwa dengan bertanbahnya umur menyebabkan terjadinya produksi testoteron dan terjadinya konversi testoteron menjadi setrogen. ( Kahardjo, 1995)
6
Frekuensi berkemih semakin sering, nokturia, BAK harus mengejan, tidak puas untuk mengosongkan kandung kemih, hematuri, disuria, abdomen tegang, aliran urin tidak lancer, urin menetes saat berkemih (dribling), volume urine menurun, retensi urine, anyang-anyangan, keletihan, anoreksia, mual dan muntah, azotemia (peningkatan ureum dalam darah), gagal ginjal.
7
Stadium I, pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama. b. Stadium II, pada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra (trans uretra)
8
StadiumIII, pada stadium II reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika, retropubik dan perineal.
9
d. Stadium IV, pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi diagnosis, kemudian terapi definitive dengan TUR atau pembedahan terbuka. Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi LH.
10
BPH merupakan organ tubuh pria yang paling sering mengalami pembesaran, baik jinak maupun ganas. Gejala yang khas pada BPH : sering buang air kecil, nocturia, tidak puas untuk mengosongkan kandung kemih, mengedan saat buang air kecil sehingga dengan kondisi yang memanjang akan terjadi retensi urin. Ada dua faktor penting penyebab pembesaran prostat karena adanya dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Tindakan medik yang paling umum dilakukan dengan Operasi TUR yaitu untuk menghilangkan bagian adenomatosa dari prostat yang menimbulkan obstruksi dengan menggunakan Resektoskop dan elektrokauter. Adapun komplikasi jangka pendek dari TUR adalah perdarahan, infeksi dan hiponatremia (sindrom TUR) dan retensi karena bekuan darah. Sedang komplikasi jangka panjang adalah strictur uretra dan disfungsi ereksi. Untuk itu perawat memegang peranan penting dalam membantu pasien dengan tindakan medik TUR untuk menjaga terjadinya komplikasi dengan cara mempertahankan kepatenan posisi kateter, merawat luka operasi dan kateter dengan menggunakan prinsip aseptik dan meningkatkan intake cairan sehingga komplikasi dapat dicegah.
11
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT EGC: Jakarta. Doenges, et al. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan). PT EGC: Jakarta. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). PT EGC: Jakarta. Hardjowidjoto S. (1999). Benigna Prostat Hiperplasia. Airlangga University Press: Surabaya Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung. Soeparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. FKUI: Jakarta www.askep-bph-benigna-prostat-hiperplasia.html diambil pada tanggal 4 november 2012. Pukul 13.40 WIB.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.