Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehGusti Wardhana Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
M. ASEP MAULANA YUSUF, 4450404018 KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN CAGAR ALAM GEBUGAN KABUPATEN SEMARANG
2
Identitas Mahasiswa - NAMA : M. ASEP MAULANA YUSUF - NIM : 4450404018 - PRODI : Biologi - JURUSAN : Biologi - FAKULTAS : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam - EMAIL : asep_zanetti pada domain plasa.com - PEMBIMBING 1 : Drs. NUGROHO EDI K, MSi - PEMBIMBING 2 : Dra. CHASNAH - TGL UJIAN : 2009-05-25
3
Judul KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU (PTERIDOPHYTA) DI KAWASAN CAGAR ALAM GEBUGAN KABUPATEN SEMARANG
4
Abstrak Kawasan Cagar Alam Gebugan dikenal sebagai habitat flora hutan hujan tropis. Adanya gangguan di kawasan Cagar Alam (eksploitasi tumbuhan paku) dapat berpengaruh terhadap kelestariannya. Langkah awal yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian ekosistem kawasan Cagar Alam adalah dengan memahami berbagai kondisi biologis dan proses-proses ekologi yang terjadi seperti sekarang ini. Berdasarkan pada kenyataan bahwa belum adanya data dasar dari ekosistem yang ada khususnya tumbuhan paku, maka salah satu hal yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah inventarisasi jenis-jenis tumbuhan paku beserta kondisi habitatnya sebagai data dasar untuk kepentingan tindakan konservasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenisjenis tumbuhan paku (Pteridophyta), indeks keanekaragaman komunitas tumbuhan paku (pteridophyta), densitas jenis-jenis tumbuhan paku dan kondisi faktor-faktor abiotik habitat tumbuhan paku di kawasan Cagar Alam Gebugan Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008 di kawasan Cagar Alam Gebugan Kabupaten Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis tumbuhan paku yang terdapat di kawasan Cagar Alam Gebugan. Sampel penelitian adalah semua jenis tumbuhan paku yang hadir dalam 72 kuadrat amatan, ditentukan garis transek terpanjang yang membelah vegetasi, selanjutnya dibuat enam subtransek amatan, pada setiap subtransek diletakkan 12 kuadrat amatan. Sebagai data pendukung, diukur parameter lingkungan yang berupa pH tanah, kelembaban tanah, suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada area pengamatan ditemukan 35 jenis, 26 marga, 21 suku, 8 bangsa dan 4 kelas tumbuhan paku. Densitas tumbuhan paku di kawasan Cagar Alam Gebugan adalah 1615 individu/2500 m². keanekaragaman komunitas tumbuhan paku di kawasan Cagar Alam Gebugan termasuk dalam kriteria sedang (1,3). Kondisi faktor lingkungan pada saat penelitian menunjukkan kisaran pH 6- 6,8, kelembaban tanah 30-65 %, suhu udara 26 ºC-27,5 ºC, kelembaban udara 87,5- 93 % dan intensitas cahaya 1500-3000 lux. Dari hasil penelitian disimpulkan terdapat 35 jenis, 26 marga, 21 suku, 8 bangsa dan 4 kelas tumbuhan paku. Berdasarkan indeks keanekargamannya, komunitas tumbuhan paku di kawasan Cagar Alam Gebugan masih dalam proses perkembangan. Jenis tumbuhan paku dengan densitas tertinggi adalah Davallia trichomanoides Bluem (311 individu/2500 m2) sedangkan densitas terkecil adalah Pteridium aquilinum L (1 individu/2500 m2). Dari 5 faktor lingkungan yang diamati, pH tanah dan intensitas cahaya diduga sebagai faktor penentu densitas dan distribusi beberapa jenis tumbuhan paku yang ditemukan. Dalam rangka usaha konservasi di kawasan Cagar Alam Gebugan, perlu dilakukan pemantauan secara periodik terhadap perkembangan komunitas tumbuhan paku yang ada.
5
Kata Kunci tumbuhan paku, keanekaragaman, densitas, Cagar Alam Gebugan
6
Referensi Anonim. 2005. Buku Informasi Kawasan Konservasi. Semarang: Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah.2008. Pengertian Konservasi. Yogyakarta: http://www.elisa.ugm.ac.id [ accessed 3 februari 2008]..1985. Jenis Paku Indonesia. Bogor: Lembaga Biologi Nasional. LIPI Barbour MG JH Burk and WD Pitss. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New york: The Benyamin Publishing Company. Inc. De Winter, W.P and Amoroso, V.B. 2003. Plant Resources of South-East Asia no. 15(2). Cryptogams: Ferns and Ferns Allies. Bogor: prosea foundation Dr. C. G. G. J Van Steenis. 1975. Flora untuk sekolah di Indonesia. Pradnya Paramiat. Jakarta Ferianita Fachrul M. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara Irwanto. 2006. Prespektif Silvika Dalam Keanekaragaman Hayati dan Silvikultur. Yogyakarta. On line at. [ accessed 3 februari 2008] Johns, R.J. 2009. Asplenium section Thamnopteris (Aspleniaceae) - new information leading to a better taxonomy of the section 5th Flora Malesiana Symposium Abstractline at http://id.wikipedia.org/wiki/Resam [ accessed 20 Juli 2009] Odum EP.1980. Dasar-Dasar Ekologi terjemahan Thahjono Samingan (1993). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Polunin N. 1986. Teori Ekosistem dan Penerapannya. Terjemahan Puji Astuti dkk, 1997. Edisi pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Primack S. Richard, Supriatna Jatna, Indrawan Mochammad & Kramadi Brata Padmi.1998. Biologi Konservasi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Ratih D. 2002. Keanakragaman Jenis Tumbuhan Paku Di Kawasan Air Terjun Montel Desa Colo Kabupaten Kudus (skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang Riyanti I. 2003. Desnsitas dan Distribusi Jenis-Jenis Selaginella Di Kawasan Pegunungan Deles Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten (Skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang Soegianto A. 1994. Ekologi Kuantitatif Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha Nasional Soeseno S.1989. Suplir. Jakarta: Gramedia xliii Tjitrosoepomo G. 1991. Taksonomi Tumbuhan (Scizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pterydophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Wirakusumah S. 2003. Dasar-Dasar Ekologi bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta: Universitas Indonesia Yulianti L. 2000. Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pterydophyta) Hutan Cagar Alam Cibodas menurut Ketinggian Tanah (skripsi). Semarang: Universitas Negeri Semarang
7
Terima Kasih http://unnes.ac.id
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.