Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAjie Putry Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
TANTANGAN KOMUNIKASI DI TENGAH KERAGAMAN BUDAYA DUNIA
Intercultural Communication PERTEMUAN5 TANTANGAN KOMUNIKASI DI TENGAH KERAGAMAN BUDAYA DUNIA Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
2
PENGERTIAN KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
“Komunikasi Lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling mempengaruhi satu sama lainnya, baik itu untuk kebaikan sebuah kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi sebagai tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan yang baru).” Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
3
Pengertian KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA
Komunikasi bisnis internasional merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan antara orang-orang yang berbeda latarbelakang budayanya, sehingga dapat mengarah kepada perbedaan dalam menafsirkan tanda-tanda verbal dan non-verbal.
4
Konsep Penting Dalam Komunikasi lintas budaya
Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan simbol, pemaknaan, dan penggambaran (imej), struktur aturan, kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi, dan pengalihan pola-pola konvensi antara para anggota suatu sistem sosial dan kelomppok sosial. Konsep etnosentrisme seringkali dipakai secara bersama-sama dengan rasisme. Konsep ini mewakili sebuah pengertian bahwa setiap kelompok etnik atau ras mempunyai semangat bahwa kelompoknyalah yang lebih superior dari kelompok lain.
5
continue Prasangka adalah sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi ataua generalisasi yang tidak luwes yang diekspresikan lewat perasaan. Prasangka merupakan sikap negatif atas suatu kelompok tertentu dengan tanpa alasan dan pengetahuan atas seseuatu sebelumnya. Prasangka ini juga terkadang digunakan untk mengevaluasi sesuatu tanpa adanya argument atau informasi yang masuk. Efeknya adalah menjadikan orang lain sebagai sasaran, misalnya mengkambinghitamkan sasaran melalui streotip, diskriminasi, dan penciptaan jarak sosial (Bennet da Janet, 1996).
6
continue Streotip berasal dari kecenderungan untuk mengorganisasikan sejumlah fenomena yang sama atau sejenis yang dimiliki oleh sekelompok orang ke dalam kategori tertentu yang bermakna. Streotip berkaitan dengan konstruksi imej yang telah ada dan terbentuk secara turn- temurun menurut sugesti. Ia tidak hanya mengacu pada imej negatif tetapi juga positif. Misalnya masyarakat Batak yang memiliki streotip yang kasa da tegas sdangkan masyarakat Jawa dikenal sebgaia masyarakat yang luwes, lemah, dan penurut. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
7
PERBEDAAN BUDAYA Perbedaan budaya dapat menjadi hambatan dalam berkomunikasi yang sulit diatasi. Perbedaan budaya dapat dilihat dari konteks budaya, perbedaan aspek legal dan etika, Perbedan social dan perbedaan tanda-tanda non- verbal. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
8
PERBEDAAN KONTEKS BUDAYA
Konteks budaya merujuk pada pola petunjuk fisik, stimulus lingkungan, dan pemahaman tersirat yang menyampaikan arti antara dua anggota dalam budaya yang sama. Dari budaya satu ke budaya lain orang-orang menyampaikan arti contextual secara berbeda. Context budaya di dunia terbagi menjadi dua jenis budaya, yaitu: high context. low context. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
9
HIGH CONTEXT CULTURE High context culture dapat diartikan sebagai masyarakat yang cenderung menganut budaya kolektif yang cenderung menyampaikan pesan secara berbelit-belit dengan banyak menggunakan simbol, kiasan, dan kata-kata halus yang dirumuskan sebagai high-context
10
LOW CONTEXT CULTURE Masyarakat yang mengartikan dan menyampaikan pesan tanpa banyak basa-basi. Mereka menyampaikan lewat arti sesungguhnya tanpa kiasan atau cara yang berbelit-belit agar bisa dimengerti. Pola komunikasi seperti ini cenderung digunakan oleh masyarakat yang bersifat individualistis. Dalam sebuah pembicaraan, mereka biasanya cenderung blak-blakan, langsung pada inti apa yang ingin diucapkan, tanpa menyaring kata-kata yang akan dikeluarkan. Sehingga kemungkinan lawan bicaranya tersinggung itu lebih besar.
11
PERBEDAAN ASPEK LEGAL DAN ETIKA
Konteks budaya juga mempengaruhi perilaku legal dan etika. Perbedaan-perbedaan legas dan etika tersebut dapat terlihat dari beberapa aspek berikut ini: Pada budaya dengan konteks rendah: - Mengutamakan perjanjian tertulis Seseorang dinyatakan bersalah pada saat dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Sebelum pengadilan memutuskan tidak boleh dinyatakan bersalah. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
12
Continue Pada budaya dengan konteks tinggi -Lebih mengutamakan perjanjian secara lisan Seseorang dinyatakan bersalah saat polisi melakukan penangkapan sampai hakim memutuskan di pengadilan
13
PERBEDAAN DALAM ASPEK SOSIAL
Perbedaan budaya berdasarkan sosial terbagi menjadi empat bagian, yaitu: konsep terhadap materi, peran dan status, penggunaan cara dan sopan santun, dan konsep waktu). Konsep terhadap materi Konteks budaya rendah: Berorientasi pada tujuan dan kenyamanan materi diperoleh dari usaha individu. 2) Konteks budaya tinggi: Mendapatkan pekerjaan lebih penting dibandingkan bekerja secara efisien. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
14
Peran dan status Konteks budaya rendah:
Dapat menyapa atasan tanpa menggunakan gelar, seperti “Bapak” atau “Ibu”, “Mr” atau “Mrs” Hubungan antara atasan – bawahan bersifat terbuka, tidak terdapat perbedaan antara atasan dan bawahan Konteks budaya tinggi Menyapa pelaku bisnis/atasan dengan gelar. Status sosial sangat penting, bahkan diluar pekerjaan atau diluar kedinasan. Tertutup, atasan dan bawahan harus dibedakan. Cenderung ada jarak antara atasan – bawahan. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
15
PENGGUNAAN CARA DAN SOPAN SANTUN
Konteks budaya rendah: - Memberikan hadiah kepada istri teman dianggap sopan dan biasa. Atau mencium istri orang sebagai ungkapan kehangtan dan persahabatan dianggap wajar dan biasa. Konteks budaya tinggi: - Memberikan hadiah kepada istri teman dianggap tidak sopan, apalagi mencium istri teman, akan dianggap sebagai bentuk kekurangajaran. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
16
Konsep waktu Konteks budaya rendah menganggap waktu sebagai cara untuk merencanakan hasil kerja dengan efisien. Waktu diperlakukan dengan sangat berharga. Sebaliknya pada budaya dengan konteks budaya tinggi cenderung tidak menghargai waktu, sehingga istilah jam karet merupakan hal yang biasa. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
17
Perbedaan tanda-tanda non-verbal
Konsep ruangan Pada budaya dengan Konteks budaya rendah ruangan kerja lebih tertutup karena mereka lebih menghargai privacy seseorang. Sedangkan pada budaya dengan Konteks budaya tinggi ruangan lebih terbuka. Atasan bawahan dapat saling melihat satu sama lain, seperti dapat kita lihat di perusahaan- perusahaan Jepang. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
18
Kontak mata Pada budaya dengan konteks rendah seperti Amerika Serikat, jika seseorang tidak membalas tatapan matanya maka dianggap orang tersebut mengelak atau tidak jujur. Sedangkan pada budaya dengan konteks tinggi, seperti di Asia dan Amerika Latin, dengan mempertahankan tatapan mata kebawah merupakan tanda penghargaan atau penghormatan. Sebaliknya menatap mata langsung dapat dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
19
Bahasa tubuh Bahasa tubuh bisa membantu mengklarifikasi pesan-pesan yang membingungkan. Namun dalam perbedaan antar budaya bahasa tubuh dapat memberikan pengertian yang berbeda. Misalnya, dalam budaya dengan konteks yang rendah mengangkat kaki ke atas meja merupakan hal yang biasa, namun dalam budaya yang konteks budayanya tinggi hal itu dianggap sebagai bentuk ketidaksopanan atau penghinaan. Syailendra Reza IR, S.Sos., M.I.Kom
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.