Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehThariq Bersaudara Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
KRITIK TERJEMAHAN (Peter Newmark 1988, Bab 17)
Asas Meninjau dan mengevaluasi Memahami asas penerjemahan Menjelaskan apa yang telah kita pahami dari TSu dan TSa
2
2. Rencana Kritik 2.1 Analisis sekilas atas TSu: maksud & fungsi 2.2 Memahami dan menjelaskan: penafsiran penerjemah atas TSu, pelbagai metode penerjemahan, publik pembaca 2.3 Pembandingan bagian-bagian penting antara TSu dan TSa 2.4 Evaluasi dari sudut pandang: penerjemah dan kritikus 2.5 Asesmen atas relevansi TSa bagi: pembaca target, masyarakat, dan bidang
3
2.1 Analisis sekilas atas TSu: tujuan & fungsi
Tujuan penulis Tujuan penerjemah Tujuan teks Fungsi teks
4
2.2 Penafsiran Teks Bagaimana tujuan teks sumber ditafsirkan oleh penerjemah Metode apa saja yang dipilih dan mengapa Siapa pembaca Apa tujuan
5
2.3 Pembandingan TSu dan TSa
Judul Struktur teks Pergeseran Metafora Kata budaya Translationese Nama diri Neologisme Metabahasa Anekdot, lelucon Efek bunyi (mis., onomatope)
6
2.4 Evaluasi dari sudut pandang: penerjemah dan kritikus
Sudut pandang kritikus Mengevaluasi bukan “menyalahkan” melainkan “memahami”
7
2.5 Asesmen Kemaknawian TSa bagi: pembaca target, masyarakat, dan bidang tertentu
8
Dua pendekatan dalam penilaian:
Fungsional: melihat secara garis besar di mana keberhasilan dan di mana kegagalan pada terjemahan/penerjemah Analitis: * Penerjemahan sebagai ilmu * Penerjemahan sebagai kiat * Penerjemahan sebagai seni * Penerjemahan sebagai masalah selera
9
Penerjemahan sebagai ilmu
Mencari kesalahan dalam terjemahan: dua kesalahan “ilmiah” Referensial: fakta, dunia nyata, proposisi (kesalahan dapat berasal dari penulis yang disalin oleh penerjemah) Linguistis: penerjemah tidak menguasai bahasa sumber (asing): tata bahasa, leksikon, kolokasi, idiom.
10
Penerjemahan sebagai kiat (1)
Penerjemah mampu mengikuti (atau menyimpang) dari adat bahasa (kewajaran) “benar” harus dibedakan dari kejanggalan dari sudut pandang adat bahasa demi keberterimaan yang sesuai dengan konteks.
11
Penerjemahan sebagai kiat (2)
Pelanggaran adat bahasa karena penerjemah: (1)Tidak mampu menulis, (2) Salah menggunakan kamus, (3) Tergelincir deceptive cognates, (4) Terpaku pada pencarian padanan satu lawan satu, dan yang terpenting (5) Kurang akal sehat
12
Penerjemahan sebagai kiat (3)
Memang pelanggaran adat bahasa lebih ringan dibandingkan kesalahan fakta dan bahasa, tetapi hanya pengguna bahasa yang terampil mampu menjamin pengalihan pesan.
13
5 wilayah kata budaya (Newmark 1988, 95−102)
Dalam metode penerjemahan harfiah dibedakan 5 wilayah kata budaya: Ekologi Artefak Budaya sosial Organisasi Kial (gesture) dan kebiasaan
14
Penerjemahan sebagai seni (1)
Faktor positif (dibandingkan dua yang pertama): “penciptaan kembali (re-creation) yang kontekstual” Memahami maksud penulis bukan makna kata-kata yang ditulisnya Penerjemah memperjelas inferensi dan implikasi TSu
15
Penerjemahan sebagai seni (2)
Penerjemahan kreatif Penerjemahan di tataran “lahiriah” tidak mungkin Banyak pilihan solusi Penerjemahan maksud penulis bukan kata penulis Terjemahan terdekat dengan aslinya secara pragmatis paling baik diutamakan terhadap keakuratan referensial, dan tidak ada versi yang jelas-jelas superior
16
Penerjemahan sebagai masalah selera
Faktor subjektif Kritikus harus menggunakan seleranya sendiri atau pilihannya antara terjemahan “harfiah” dan “bebas”; Nilai bagus atau buruk Penilaian tidak dogmatis
17
Rational vs Taste Areas Continuum
“science” “craft” “art” “taste” [+] [+] “rational area” “taste area” “personal or social style” “personal or individual feelings” “rational, correct-incorrect” “effort to accommodate language use”
18
Dilema Faktor negatif (fakta, bahasa, adat bahasa) cenderung mengabaikan faktor posisif dalam terjemahan kreatif terjemahan tidak hanya akurat tetapi juga efektif. Tetapi keakuratan dapat diukur secara positif: positive marking (cf imbalan di UKP)
19
KESIMPULAN Terjemahan bagus atau buruk sangat relatif
Kecenderungan menggunakan kriteria daripada norma Terjemahan bagus adalah yang memenuhi maksudnya: - Teks informatif: fakta yang disampaikan berterima Teks vokatif: keberhasilan (iklan) menjadi tolok ukur Teks otoritatif atau ekspresif: bentuk sama penting dengan isi (fungsi estetis bahasa).
20
Transposisi He was unconscious when he arrived at the hospital.
(a) Ia sudah berada dalam keadaan tidak sadar saat tiba di rumah sakit. (b) Setibanya di rumah sakit, ia sudah dalam keadaan tidak sadar. (c) *Ia tidak sadar ketika tiba di rumah sakit. Meskipun struktur kalimatnya tidak sejajar dengan (a), terjemahan (b) dapat kita terima, tetapi kelihatannya (c) lebih baik. Intinya, pesan berbunyi “ia tidak sadar”, “ia dibawa ke rumah sakit”, dan “setiba di rumah sakit ia pun tetap belum sadar”. Terjemahan (c) dapat menimbulkan salah paham karena seakan-akan keadaan tidak sadar terjadi saat ia tiba di rumah sakit. Padahal (c) secara formal yang paling sejajar dengan aslinya. Jadi, dalam hal (a) dan (b), penerjemah melakukan perubahan struktur kalimat dengan teknik transposisi.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.