Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Sastra dan Kuliner
2
Bagaimana cara membahasnya
Kenapa makanan perlu dibahas Bagaimana cara membahasnya Untuk apa dibahas?
3
Menurut Terry Eagleton
Literature, like food, endlessly interpretable Food, like literature, “looks like an object but is actually a relationships”
4
Food as relationship Hubungan dengan hal-hal di sekelilingnya (sosio-kultural) Hubungan ini terjadi karena : 1. sesuai dengan kontak dengan lingkungan luar, maka akan terjadi pula perubahan menu, bahan dan bumbu, juga kebiasaan makan dari kelas yang berbeda 2. Masakan yang menjadi spesialis masakan lokal bisa menjadi universal akibat universalitas susastra
5
Makanan tidak lagi dilihat sebagai makanan(fisik), tapi ada sisi metafisik (makanan sebagai simbol)
Dalam makanan ada aspek budaya, sosial, psikologis, ekonomi, religi, nasionalisme Makanan juga mengandung isu multikultural dan identitas kelompok, diaspora, postkolonial bahkan gender Studi tentang makanan tidak terikat metodologi atau 1 disiplin ilmu
6
Tulisan Yusri Fajar, Sastra dan Kuliner, Kompas 27 Oktober 2013
Sastra dan kuliner berhubungan tidak hanya dalam hal yang bersifat material dan fisikal, seperti bagaimana tokoh-tokoh dalam karya sastra mengonsumsi dan menikmati makanan, tetapi juga bersifat sosial kultural, yaitu bagaimana tokoh-tokoh tersebut mengonstruksi identitas budaya dan prinsip hidup mereka melalui makanan. Khazanah kuliner lokal, tradisional hingga modern, membangun citra tokoh dan lanskap kultural dalam karya sastra.
7
Tulisan Yusri Fajar, Sastra dan Kuliner, Kompas 27 Oktober 2013
Dalam kajian sastra dan kuliner (literary and culinary studies), makanan dapat dilihat sebagai medium untuk membangun karakterisasi tokoh. Identitas lokal dan nasional dari tokoh bisa digambarkan melalui kecenderungan melestarikan makanan berakar lokal dan nasional dengan cara memasak, menghidangkan, hingga menikmatinya. Namun, dalam karya sastra bertema urban dan metropolitan, berbagai jenis makanan fast food bisa menggambarkan gaya hidup tokoh-tokohnya sehingga citra tokoh menjadi modern dan kosmopolitan.
8
Budaya makan di Jepang Makanan di Jepang sangat dipengaruhi oleh faktor2 sbb: Letak Geografis Historis Religi Pengaruh asing Sistem keluarga
9
Memahami makanan dalam sastra jepang terlebih dulu pahami budayanya
Makanan bagi orang Jepang adalah makanan untuk mata Rasa makanan Jepang mendekati orisinalitas bahan asli (bumbu dianggap merusak rasa) Makanan dan kelas sosial, makanan dan zaman, makanan dan identitas negara Cara penyajian dan tempat penjualan (yatai(gerobak), izakaya, sushi bar, private room di restoran)
10
Makanan itu multi dimensi
Rasa : 3 prinsip estetik dlm makanan Jepang (kakusu , hiding; shinobu , disguising; kezuru , shaving) minimalism, manipulasi rasa Warna : merah-putih-hijau adalah representasi pusaka kaisar dan negara yakni pedang, cermin dan mutiara. Simbol lainnya adalah kekuatan, kesucian, alam; manusia, surga, bumi. Texture : yawarakai (uchi-soto, uchi= warm emotion, soto = harsh endeavour) Peralatan makan terkait warna, cawan, sumpit, piring, tatami
11
Budaya makan Budaya makan sejak SD (school lunch)
Budaya makan dewasa, media interaksi sosial Budaya Meibutsu (produk spesial/khas dari suatu daerah tertentu)
12
Apa pandanganmu tentang hal-hal di bawah
13
Culinary Culture in Japan
Budaya kuliner Jepang adalah anak tiri, yang utama adalah budaya minum Dulunya bicara ttg makanan, berhasrat dgn makanan atau tertarik dgn makanan itu vulgar (sesuai slogan negara di masa perang , hoshigari masen katsu made wa; desire anything till victory) Tahun 1980, Gourmet Boom, orang mulai tertarik dgn dunia kuliner. Muncul acara kuliner Iron Chef, Cooking Paradise, Manga Oishinbo, Cooking Papa dll
14
Makanan dalam Kesusastraan Jepang Tomoko Aoyama
Makanan dalam diary Kanibalisme Makanan dan gender
15
Makanan dalam Diary Diary makanan , Masaoka Shiki
Selera makan sang Petualang, Hayashi Fumiko, Houroki (diary of vagabond) Diary makanan di masa perang , Kuroi Ame, Ibuse Masuji diet in wartime (広島にて戦時における食生活)
16
Diary Masaoka Shiki
17
Diary Hayashi Fumiko dalam 放浪記
18
Diary & makanan semasa perasang dalam 黒い雨、井伏鱒二
19
Diary dan makanan Menulis buku harian adalah suatu budaya di Jepang, tak jarang karya sastra lahir dari Nikki atau diary, Diary juga menjadi salah satu genre kesusastraan Jepang Makanan dan diary pada diari Masaoka Shiki menceritakan masalahnya yang kehilangan selera makan saat ia sekarat, meski begitu tetap menunjukkan semangatnya untuk hidup. Makan untuk hidup, menulis juga untuk hidup Hayashi Fumiko menulis kelaparan dan kesulitan seorang perempuan muda tapi juga menunjukkan vitalitas dan keinginan kuatnya Sementara dalam Kuroi Ame, kelaparan menjadi skala nasional, diary ttg makanan justru menggambarkan bagaimana perang secara detail . Intinya, dalam segala teks, fungsi makanan sbg sebuah kenikmatan yang membawa kebersamaan dan juga sebagai penyebab konflik, perjuangan, penindasan dan manipulasi
20
Cannibalism : Novel Ooka Shohei , 野火(Fires On The Plain),1952
21
Gender dan Makanan Makanan dan gender memiliki koneksi, beberapa makanan dan cara makan bahkan dikategorikan secara gender apakah ini feminin/maskulin (daging = pria, kue/permen = wanita) Menurut Roland Barthes, Secara Mitologi, makanan itu punya laki-laki, wanita hanya berperan pada saat proses pembuatan dan penyajian Jika wanita digambarkan dalam adegan makan malam, (di sastra & lukisan) perannya sekunder hanya di dapur, meski begitu akan dipilih wanita yang muda dan cantik, seperti hiasan bunga dan buah pada makanan
22
Gender dan Makanan Contoh gender dan makanan dalam karya sastra kontemporer, adalah Novelet Kitchen, Yoshimoto Banana Kitchen : Mikage yang baru sebatangkara tinggal di rumah temannya Yuichi dan baru bisa tidur di dapurnya, Ibu Yuichi, Eriko adalah seorang transgender. Mikage belajar masak dr Eriko. Gender bending; Mikage masak utk Yuichi dan Eriko (asli-nya laki-laki), tapi tidak ada opresi.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.