Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Intervensi farmakologis pada sistem saraf

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Intervensi farmakologis pada sistem saraf"— Transcript presentasi:

1 Intervensi farmakologis pada sistem saraf
Matrissya Hermita Intervensi farmakologis pada sistem saraf

2 Sifat atau efek dasar penggunaan obat-obatan terhadap sistem saraf :
AGONIST → meningkatkan aktivitas (excitatory) dari neurotransmitter yang berperan dalam proses sinapsis tersebut. ANTAGONIST → yaitu menghambat aktivitas (inhibitory) dari neurotransmitter yang bersangkutan dalam proses sinapsis tersebut. TITIK TANGKAP TRANMISI SYNAPS

3 Tahapan proses transmisi sinapsis
Sintesa Molekul neurotransmitter oleh substansi-substansi kimia dalam sitoplasma dengan bantuan enzim-enzim tertentu. Penyimpanan molekul neurotranmitter pada kantung sinaps (synaptic vesicles) Jika terjadi kebocoran pada synaptic vesicles maka akan terjadi penghancuran neurotranmitter oleh enzim penetral. Bila terjadi potensial aksi synaptic button → vesicle bersentuhan dengan membran presinaps → pelepasan neurotransmitter oleh celah sinaps. Autoreseptor dicelah sinaps → kembalinya neurotransmitter yang tidak mengikat diri pada reseptor di membran presinaps ke dalam synaptic vesicle dan menghambat pelepasan neurotransmitter (feedback negatif). Neurotransmitter yang sampai pada reseptor di membran postsinapsis akan meneruskan aktivitas sesuai dengan pesan yang dibawanya. Penarikan neurotransmitter ke sinaps vesicle maupun pemecahan oleh enzim-enzim di celah sinaps menjadi sunbtansi yang tidak digunakan lagi → end processing

4

5

6 Morphine Termasuk golongan opioid, zat aktif yang diekstrak dari bunga opium. Opium digunakan sebagai penimbul efek rasa gembira (euphoria), analgesik, obat batuk dan obat diare. Morphine merupakan agonist endorphine, mengaktifkan reseptor di otak yang secara normal distimulasi oleh golongan neuropeptida (endorphins). Benzodiazepine Benzodiazepine memiliki efek anxiolytic (pengurang kecemasan), sedative (menimbulkan rasa ngantuk), dan anticonvulsant (anti kejang). Efek anti kecemasan yang ditimbulkan benzodiazepine berlangsung dengan efek agonist bagi substansi GABA. Benzodiazepine tidak menghentikan sama sekali reaksi GABA tetapi hanya menghambat saja. Umumnya benzodiazepine mengikat GABA di amygdale, yaitu bagian otak yang berperan dalam emosi dan aktivitas lobus temporal.

7 Atropine Di ekstrak dari tanaman belladonna, yang digunakan untuk menyembuhkan sakit perut dan membuat mereka tambah menarik, selain itu efek belladonna adalah efek dilatasi pada pupil. Zat aktif dalam ekstrak belladonna adalah atropine yang memberikan efek antagonis dengan cara mengikat reseptor acetylcholine tertentu, yaitu muscarinic receptor. Atropine juga bertindak sebagai substansi neurotransmitter palsu sehingga menghambat efek acetylcholine di tempat tersebut. Efek perusak dari atropine di otak yaitu hilangnya fungsi mengingat pada diri seseorang. d-Tubocurarine Curare yaitu ekstra dari kayu vines untuk membunuh lawannya. Zat aktif dalam curare adalah d-tubocurarine yang juga bertindak sebagai substansi neurotransmitter palsu di sinapsis cholinergic , tidak mempengaruhi reseptor muscarinic tetapi mempengaruhi nicotinic reseptor. Dengan mengikat reseptor nicotinic, d-tubocurarine memblocking transmisi saraf ke otot-otot gerak. Dalam jumlah yang besar dapat menghentikan gerakan organ-organ internal sehingga terjadi hambatan dalam respirasi yang akhirnya dapat menimbulkan kematian.

8 ......FIN There’s no ending without beginning, and beginning without ending...

9


Download ppt "Intervensi farmakologis pada sistem saraf"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google