Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAndree Cinta Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
FILUM UNIRAMIA Berasal dari bahasa Latin unus berarti satu dan ramo berarti cabang karena semua apendik pada ruas tubuhnya uniramus. Pada setiap ruas kepala terdapat sepasang antena, sepasang mandibel dan sepasang maksila. Sebagian besar hidup di darat, beberapa di air tawar dan sedikit di laut. Terbagi menjadi dua kelompok yaitu Subfilum Myriapoda dan Subfilum Hexapoda.
2
SUBFILUM MYRIAPODA Tubuh panjang dan langsing.
Di setiap ruas badan terdapat sepasang kaki jalan, kecuali pada ruas paling ujung. Terdiri atas 4 kelas yaitu Chilopoda (kelabang), Symphyla (seperti kelabang kecil, panjang tubuh kurang dari 8 mm), Diplopoda (luwing), dan Pauropoda (seperti kelabang kecil dan pendek, panjang tubuh kurang dari 2 mm). Merupakan hewan darat, namun beberapa spesies dari masing-masing kelas hidup di laut pada daerah pasang surut.
3
SUBFILUM HEXAPODA (INSECTA)
Tubuh terbagi menjadi kepala, thorax dan abdomen dengan jelas. Ruas thorax selalu tiga buah, masing-masing punya sepasang kaki jalan. Memiliki dua pasang maksila dan kebanyakan memiliki ocellus maupun mata majemuk. Terbagi menjadi dua kelompok yaitu Apterygota (kelompok serangga tidak bersayap) dan Pterygota (kelompok serangga bersayap atau secara sekunder tidak bersayap).
4
KELAS APTERYGOTA Tidak bersayap dan berukuran kurang dari 5 mm.
Tidak (atau sedikit sekali) mengalami metamorfosa. Umumnya pemakan bangkai atau sampah membusuk, beberapa pemakan serangga kecil. Pada dasarnya merupakan hewan darat, namun beberapa spesies Oligoentomata hidup di atas permukaan air danau atau kolam.
5
KELAS PTERYGOTA Memiliki tiga pasang kaki jalan, dua pasang sayap pada thorax, sepasang antenna dan sepasang mata majemuk di kepala. Umumnya hewan darat, namun beberapa hidup di perairan kecuali laut dalam. Umumnya hidup bebas, beberapa jenis sebagai parasit/hama pada tanaman dan hewan, atau sebagai inang perantara berbagai penyakit. Memiliki kutikula dan sistem trakhea yang membatasi penguapan air dari dalam tubuh. Bagian kutikula yang menebal dan keras dinamakan sclerit. Tergum atau terga pada ruas thorax serangga biasa disebut notum (nota).
6
Contoh Berbagai Macam Bentuk Mulut Serangga Sesuai dengan Fungsinya
(a) Mandibel untuk menggigit pada Coleoptera; (b) paruh untuk menusuk atau menghisap pada Hemiptera; (c) bagian mulut nyamuk; (d) belalai untuk menghisap madu pada kupu-kupu; (e) bagian mulut untuk menjilat seperti karet busa pada lalat rumah; (f) mandibel yang sangat besar pada jenis Coleoptera jantan tertentu yang digunakan untuk bertarung.
7
Variasi Susunan Pembuluh pada Sayap Serangga
A: sayap Odonata B: sayap Ephemeroptera E: sayap Diptera F: sayap Lepidoptera
8
Fase-Fase Molting Premolt (proecdysis); merupakan fase persiapan, yaitu pada saat lapisan hypodermis memisah dari rangka (kutikula) dan menghasilkan epikutikula baru. Bersamaan dengan larutnya endokutikula, epidermis (hypodermis) membentuk prokutikula. Selama fase ini hewan bersembunyi. Molt (ecdysis); merupakan saat hewan keluar dari kulit lama melalui molting line. Post molt (postecdysis); pada fase ini kulit baru masih lunak dan lentur (elastis) untuk diperbesar. Pertambahan besar antara lain berasal dari pertumbuhan jaringan pada waktu intermolt dan juga dari masukan air atau udara. Hewan masih bersembunyi, tidak makan, terjadi pembentukan endokutikula dan pengendapan kalsium karbonat. Intermolt (instar); fase antara pergantian kulit. Hewan aktif mencari makan. Merupakan fase paling lama dalam siklus molting, dan sebenarnya proses molting masih berlanjut (antara lain penebalan dan pengerasan prokutikula).
9
Gambar pergantian kulit pada Arthropoda
Gambar pergantian kulit pada Arthropoda. A, bentuk paling sempurna dalam perkembangan eksoskeleton dan epidermis pada fase intermolt; B, dengan adanya cairan molting, kutikula lama terpisah dari epidermis (hypodermis) dan epikutikula baru; C, pengikisan endokutikula lama dan pembentukan prokutikula baru; D, keadaan sesaat sebelum berganti kulit, hewan terbungkus dalam kutikula lama dan kutikula baru.
10
Sistem Peredaran Darah
Bentuk jantung serangga seperti tabung memanjang dan terletak di bagian dorsal, di dalam sinus perikardium. Darah mengalir dari jantung ke aorta anterior, selanjutnya melalui peredaran darah terbuka dari anterior ke posterior yaitu melalui sinus perivisceral.
11
Sistem Pernapasan Alat pernapasan serangga umumnya adalah sistem trakhea, kecuali beberapa larva dan nimfa serangga air yang bernapas dengan insang trakhea atau insang darah. Udara masuk ke dalam trakhea melalui spirakel. Spirakel ini pada umumnya terdapat dalam suatu rongga (atrium). Biasanya terdapat sepasang spirakel pada setiap sisi lateral ruas thorax ke dua dan ke tiga serta 7 atau 8 ruas abdomen. Pada waktu menarik napas, 4 pasang spirakel bagian anterior terbuka dan sisanya di bagian posterior tertutup. Pada waktu mengeluarkan napas terjadi sebaliknya. Dengan demikian terjadi sirkulasi udara di dalam trakhea.
12
Sistem Pencernaan Makanan yang masuk ke dalam mulut akan disalurkan ke pharynx dan masuk ke saluran pencernaan depan (fore gut), yang biasanya terdiri atas esofagus, tembolok, dan proventriculus. Pada serangga pengisap, pharynx termodifikasi sebagai pompa. Tembolok sebagai penyimpan makanan. Saluran pencernaan tengah (mid gut) yaitu ventriculus atau lambung merupakan penghasil utama enzim pencernaan dan tempat penyerapan makanan. Saluran pencernaan belakang (hind gut) terdiri atas usus di bagian anterior dan rektum di bagian posterior. Bagian ini berfungsi sebagai pembuangan sisa pencernaan serta penyerapan air kembali ke dalam tubuh.
13
Sistem Ekskresi Tubuh malphigi merupakan alat ekskresi utama serangga dewasa umumnya. Ekskresi dalam bentuk asam uric sebagai hasil metabolisme protein. Penyerapan air kembali oleh rectum, ditambah adanya senyawa lilin pada lapisan kutikula, menjadikan pengeluaran air dari tubuh sangat minim sehingga serangga mampu beradaptasi untuk hidup di lingkungan yang kering.
14
Sistem Saraf Sistem saraf serangga terdiri atas otak, ganglion subesofagus, dan benang saraf ventral. Otak dan cerebral ganglia terdiri atas sebuah protocerebrum yang berhubungan dengan mata, sebuah deuterocerebrum berkaitan dengan saraf antena, dan sebuah tritocerebrum yang berhubungan dengan saraf mulut. Ganglion subesofagus merupakan saraf penghubung yang mengelilingi esofagus, terdiri atas 3 pasang ganglia yang menyatu, mengendalikan bagian-bagian mulut, kelenjar ludah dan otot bagian belakang kepala. Benang saraf ventral berbentuk serangkaian ganglia, baik pada ruas thorax maupun pada ruas abdomen.
15
Alat Indera Alat indera serangga terdiri atas mata majemuk, ocellus, bulu-bulu peraba, alat penciuman, alat perasa, dan alat pendengar. Mata majemuk terdiri atas sejumlah besar ommatidia (suatu unit penerima cahaya). Bulu-bulu peraba terdapat di bagian permukaan tubuh terutama pada antena, mulut, cercus di ujung abdomen dan ujung ruas-ruas kaki. Alat penciuman mengandung chemoreceptor, terdapat pada antena. Alat perasa terdapat pada palp dan bagian mulut lainnya. Alat pendengar atau organ tympanum terdapat pada jenis serangga yang dapat mengeluarkan suara seperti belalang, jangkrik, dan tonggeret.
16
Sistem Reproduksi Reproduksi seksual, dioecious, pembuahan internal. Gonad sepasang dengan sebuah gonopore. Umumnya serangga menghasilkan spermatofora untuk memindahkan sperma dan biasanya telur yang telah dibuahi dikeluarkan melalui ovipositor.
17
Dari 34 ordo serangga, hanya 11 ordo yang memiliki spesies akuatik atau semi akuatik, artinya dalam seluruh atau sebagian daur hidupnya berada dalam lingkungan perairan. Kebiasaan bertelur serangga air bervariasi, beberapa jenis menjatuhkan kelompok telur pada saat terbang di atas permukaan air, yang lain turun ke permukaan air sejenak dan bertelur, ada pula yang meletakkan telur pada benda atau tanaman di atas/di bawah permukaan air. Tidak semua serangga mengalami metamorfosa. Apterygota merupakan serangga primitif yang tidak mengalami metamorfosa. Ordo Collembola merupakan satu-satunya ordo yang memiliki spesies akuatik. Ada tiga macam metamorfosa pada serangga, yaitu paurometabola, hemimetabola dan holometabola. Daur Hidup
18
METAMORFOSIS PAUROMETABOLA
A: telur; B: nimfa instar pertama; C: dewasa Paurometabola merupakan metamorfosa bertahap. Telur menetas menjadi serangkaian nimfa (immature forms) dengan bentuk serupa dengan yang dewasa, kecuali dalam perbandingan ukuran dan perkembangan sayap.
19
METAMORFOSIS HEMIMETABOLA
A: telur; B: nimfa; C: dewasa Hemimetabola merupakan metamorfosa tidak lengkap. Telur menetas menjadi serangkaian nimfa akuatik yang biasanya memiliki insang tambahan, kemudian mengalami metamorfosa menjadi serangga dewasa yang hidup di darat.
20
METAMORFOSIS HOLOMETABOLA
A: telur; B: larva; C: kepompong; D: dewasa Holometabola merupakan metamorfosa lengkap. Telur menetas menjadi larva yang aktif bergerak dan makan, metamorfosa menjadi kepompong yang diam dan tidak makan, akhirnya metamorfosa menjadi dewasa. Pada stadium kepompong terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat berbeda dari bentuk larva dengan tumbuhnya kaki beruas-ruas dan sayap di dalam kepompong.
21
Instar adalah tahapan antar pergantian kulit
Instar adalah tahapan antar pergantian kulit. Periode antar metamorfosa disenut stadium. Setiap stadium terdiri atas satu sampai beberapa instar. Jumlah pergantian kulit dari telur menetas sampai dewasa pada serangga biasanya tetap, antara 4 sampai 30 tergantung tipe perkembangannya (metamorfosa). Misalnya, beberapa spesies capung jarum (Odonata) memiliki 11 sampai 14 instar pada stadium nimfa dan 1 instar pada stadium dewasa. Lamanya masing-masing instar sangat bervariasi (antara 3 hari sampai 6 bulan) tergantung spesies, makanan, dan suhu.
22
Nilai Ekonomis dan Ekologis
Larva serangga air merupakan makanan penting bagi ikan, katak dan burung. Serangga juga dapat membantu penyerbukan dan memakan bangkai. Beberapa serangga merupakan hama. Ada yang merupakan inang perantara penyakit.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.