Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehZam Muda Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
Rencana Pengaturan Ulang POI dan POC Interkoneksi
Presenters Helmi A. Baasir Company PT Tritech Consult Telp Date 27 Februari 2009
2
Agenda Pendahuluan Alasan POI dan POC perlu diatur Ulang
Gambaran Kondisi Eksisting dan Permasalahannya Rencana Regulasi Pengaturan POI dan POC Pengembangan Model POI dan POC interkoneksi yang Ideal Diskusi dan tanya Jawab
3
Pendahuluan Alur Pikir
Masalah Banyaknya pengaduan karena dispute dilapangan Defisit beberapa Skenario panggilan retail terhadap interkoneksi yang dibayar Fakta POI ≠ POC dan POC interkoneksi masing-masing operator berbeda Ada “cross subsidy” untuk Lokal call dengan long distance (Perbandingan Tarif retail JJ Off Net dengan costnya) Solusi Perlu pengaturan cakupan POC dan jumlah POI untuk semaksimal mungkin menghindari “cross subsidy Membangun model pengaturan ulang POC – POI yang ideal (POC-POI Regulated); Skema transisi untuk mencapai POC-POI yang ideal
4
Alasan POI dan POC perlu diatur Ulang Identifikasi Awal
Kondisi Kedepan Adanya keseimbangan Jumlah POI dan jumlah POC Trend Teknologi NGN tidak memerlukan Banyak POI Adanya interkoneksi yang lebih Fair Efisiensi penyelenggaraan industri Memberikan benefit pada semua pihak Customer surplus semakin meningkat Cross Subsidi dapat dikurangi Kondisi Saat Ini Jumlah POI ≠ jumlah POC Adanya cross subsidy penggunaan network elemen dan pola ruting tidak efisien POI dan POC Fixed diatur sesuai FTP Nasional sedangkan mobile tidak Penetapan zone pembebanan diatur oleh masing-masing operator sesuai strategi bisnisnya masing-masing Sering Terjadi dispute di lapangan Beban cross subsidy dibebankan kepada konsumen dan operator lainnya Tarif Cost based Berdasarkan zone pembebanan Berdasarkan pola ruting dan penggunaan network elemen Perlu Adanya Pengaturan Zone Pembebanan (POI dan POC) yang lebih jelas
5
Alasan POI dan POC perlu diatur Ulang Perbedaan Perspektif
Perbedaan jumlah POC dan jumlah POI antara Jaringan Fixed dan Mobile berdampak pada panggilan lokal terminasi JJ atau panggilan JJ terminasi lokal Penetapan titik pembebanan akan berpengaruh pada penetapan pola ruting dan elemen jaringan yang digunakan Adanya pola ruting yang tidak efisien dan cross subsidy antara pembebanan tarif lokal dan Jarak jauh mengakibatkan defisit pada salah satu penyelenggara Diharapakan Pengaturan POI dan POC dapat menciptakan fair bisnis antar operator Perspektif Operator Perspektif Konsumen Adanya Cross subsidy dapat merugikan konsumen / masyarakat karena beban cross subsidi tersebut dampaknya akan dibebankan kepada pelanggan Adanya pola ruting yang tidak efisien tersebut akan mengakibatkan kualitas panggilan menjadi menurun Pengaturan POI dan POC diharapkan dapat memberikan customer surplus bagi pelanggan dan masyarakat (menurunkan cost atau menaikan benefit) Perspektif Regulator Menciptakan penyelenggaraan industri yang efisien Menghilangkan adanya Cross subsidy yang menjadi sumber permasalahan dan membebani masyarakat Pengaturan POI dan POC diharapkan dapat memberikan benefit dan affordable bagi semua pihak
6
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Ketentuan Zona Pembebanan dalam FTP 2000
Zona pembebanan Fixed ditetapkan sesuai area penomoran jaringan tetap lokal, yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan geografis; Zona pembebanan jaringan bergerak selular didefenisikan dan ditetapkan sendiri oleh penyelenggara jaringan bergerak selular; Lokasi titik interkoneksi ditetapkan sepanjang teknis memungkinkan untuk melakukan fungsi dari titik interkoneksi; Jumlah titik interkoneksi ditetapkan sebagai kesepakatan bersama dari penyelenggara Dampaknya di Lapangan : Perbedaan jumlah POI dan POC jaringan Fixed dan Mobile; Jumlah POC interkoneksi dan POC Retail in-bound (on-net) berbeda Jumlah zona pembebanan tarif pungut in-bound (on-net) dengan zona pembebanan tarif pungut out-bound (interconnect) berbeda
7
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Pengaturan POC Fixed dan Selular
Jumlah POC sudah ditetapkan sesuai dengan penetapan area lokal dalam penomoran jaringan tetap local Jumlah POC interkoneksi sama dengan jumlah POC retail Area POC fixed menjadi lebih sempit Pengaturan POC Selular Jumlah POC selular didefinisikan dan ditetapkan sendiri oleh penyelenggara selular, jadi tidak secara jelas diatur oleh regulasi Setiap operator selular menjadi lebih fleksibel dalam mengatur jumlah POC sesuai strategi bisnisnya, akibatnya jumlah POC interkoneksi untuk setiap operator berbeda-beda Jumlah POC interkoneksi tidak sama dengan jumlah POC retail, sehingga sering terjadi ketidakseimbangan dalam pembebanan biaya interkoneksi dan retail Area POC selular untuk interkoneksi lebih kecil daripada area POC retailnya, akibatnya terjadi perbedaan biaya untuk on-net dan off-net
8
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Dampak Perbedaan Jumlah POI dan POC
Adanya perbedaan ruting perbedaan biaya interkoneksi Mengakibatkan terjadinya cross subsidi antara panggilan lokal dan long distance Terjadi permasalahan di lapangan akibat ada perbedaan persepsi dari penyedia akses dan pencari akses terutama terkait biaya pembebanan Operator memiliki fleksibilitas untuk mengatur area layanan untuk On-net dan Offnet Terjadi perbedaan pembebanan biaya jaringan untuk Off-net dan On-net yang signifikan padahal secara elemen jaringan yang digunakan hampir sama
9
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Permasalahan yang Terjadi
Terjadi perbedaan cakupan POC interkoneksi dan jumlah POI Terjadi perbedaan Pembebanan biaya Interkoneksi untuk : Fixed to Mobile (F2M) Mobile to Fixed (M2F) Mobile to Mobile (M2M) Terjadi Defisit pada salah satu pihak akibat adanya cross subsidi panggilan lokal dan jarak jauh Ada praduga defisit panggilan lokal disubsidi dari panggilan interkoneksi jarak jauh Permasalahan tersebut disebabkan karena adanya perbedaan pola ruting yang tidak efisien dalam penggunaan network element terutama pada panggilan lokal
10
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Pembebanan Tarif Interkoneksi Fixed to Mobile (F2M)
Tarif retail Ruting panggilan Contoh Panggilan F2M Lokal Tarif Retail Biaya Interkoneksi Secara Ruting, penggunaan network elemen kurang efisien Tarif retail ke user F2M = tariff pungut lokal 462 Tarif Interkoneksi F2M = Originasi JJ Fixed + Terminasi JJ mobile ( ) 1.006 Defisit (656) Retail cost belum diperhitungkan Penyelenggara Fixed akan mengalami deficit karena pendapatan retail yang diperoleh dari pelanggan tidak cukup untuk membayar biaya interkoneksi yang ada
11
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Pembebanan Tarif Interkoneksi Mobile to Fixed (M2F)
Tarif retail Biaya Interkoneksi Ruting panggilan Contoh Panggilan M2F Lokal Tarif Retail Secara Ruting, penggunaan network elemen kurang efisien Tarif retail ke user M2F = tariff pungut lokal 900 Tarif Interkoneksi M2F = Originasi JJ Mobile + Terminasi JJ Fixed ( ) 1006 Defisit (106) Retail cost belum diperhitungkan Penyelenggara Mobile akan mengalami defisit karena pendapatan retail yang diperoleh dari pelanggan tidak cukup untuk membayar biaya interkoneksi yang ada
12
Contoh Panggilan M2M Lokal
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Pembebanan Tarif Interkoneksi Mobile to Mobile (M2M) Area Layanan B MSC OLO SG Titik Interkoneksi C A BSC Tarif Retail Biaya Interkoneksi Ruting Panggilan Contoh Panggilan M2M Lokal Tarif retail ke user M2M = tariff pungut lokal 1600 Tarif Interkoneksi M2M = Originasi JJ Mobile + Terminasi JJ Mobile ( ) 760 Surplus 840 Retail cost belum diperhitungkan Penyelenggara Mobile pertama masih mendapatkan surplus, artinya untuk kasus M2M panggilan lokal dengan ruting jarak jauh masih memberikan kontribusi margin interkoneksi yang cukup
13
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Praduga Subsidi Defisit Lokal oleh LD
Adanya Praduga Defisit pendapatan interkoneksi Panggilan Lokal di subsidi oleh pendapatan panggilan interkoneksi Jarak Jauh Defisit diperlihatkan oleh : Perbedaan tarif retail ke pelanggan antara tarif eksisting dan tarif berdasarkan cost based Cross subsidi tarif retail kepelanggan antara panggilan lokal dan JJ Cross subsidi pendapatan retail antara panggilan lokal dan JJ Asumsi yang digunakan : Tarif retail eksisting mengacu pada tarif normal masing-masing operator Tarif retail cost based mengacu pada formula tarif STBS sesuai PM No. 9 tahun 2008 tentang tarif retail SBTS Nilai RSAC diasumsikan 40% dari network cost
14
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Cross Subsidi Tarif Retail Panggilan Lokal oleh JJ F2M
Terlihat bahwa dengan adanya surplus berarti tarif panggilan JJ mensubsidi tarif panggilan lokal yang defisit.
15
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Cross Subsidi Tarif Retail Panggilan Lokal oleh JJ M2F
Terlihat bahwa dengan adanya surplus berarti tarif panggilan JJ mensubsidi tarif panggilan lokal yang defisit.
16
Kondisi Eksisting dan Permasalahan Cross Subsidi Tarif Retail Panggilan Lokal oleh JJ M2M
Terlihat bahwa dengan adanya surplus berarti tarif panggilan JJ mensubsidi tarif panggilan lokal yang defisit.
17
Rencana Regulasi Arah Regulasi Pengaturan POI dan POC Interkoneksi
18
Rencana Regulasi Isu Pengaturan Ulang POC-POI Dampak Terhadap Operator
Pengaturan POC-POI Opsi I : melihat kondisi real saat ini (solusi jangka pendek); Opsi II : melakukan proyeksi ke depan (solusi ke depan); Dampak Terhadap Tarif Retail Dampak Terhadap Operator Penambahan POI atau penggabungan POC akan mengakibatkan dampak terhadap cost dan kemungkinan juga terhadap revenue tergantung perilaku trafik; Dampaknya berbeda untuk masing-masing pilihan; Ketersediaan Data Operator harus menyerahkan semua data yang dibutuhkan; Untuk melakukan running model sebaiknya dilakukan oleh Konsultan dengan operator melalui kerangka NDA; Penggabungan POC kemungkinan mengakibatkan kenaikan biaya interkoneksi lokal akibat cakupan yang semakin luas tergantung perilaku trafik; Penggabungan akan mengurangi beban pengguna akibat penghapusan tarif SLJJ;
19
Rencana Regulasi Pendekatan Masalah
Perspektif Operator Perspektif Konsumen Perspektif Regulator Acuan : Data POI dan POC para operator Regulasi terkait Masukan Stakeholders Data Benchmarking Pengaturan POI dan POC yang Optimal Penggabungan POC Penambahan POI Baru Secara Bertahap diperoleh jumlah POI dan POC fixed dan mobile yang sama dan sebangun
20
Rencana Regulasi Rencana Pengaturan POC dan POI
Penggabungan POC Penambahan POI Baru
21
Rencana Regulasi Strategi Implementasi
Tujuan Pengaturan POI dan POC perlu dilakukan secara bertahap Agar secara gradual tidak begitu berdampak pada bisnis operator Prioritas Pemilihan POI dan POC yang akan diatur dilakukan berdasarkan permasalahan yang paling krusial baik secara bisnis, regulasi maupun customer surplus Menyelesaian dispute yang terjadi Mampu memberikan benefit pada semua pihak Pengambilan keputusan dalam pemilihan POI dan POC yang akan diatur perlu melibatkan stakeholder terkait terutama para operator Agar dalam implementasinya berjalan lancar karena merupakan hasil keputusan bersama Mengubah ketentuan titik POI pada sentral gerbang Tidak selalu terhubung secara fisik tetapi bisa virtual POI melalui MGW Perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi dilapangan Untuk melakukan perbaikan serta mengidentifikasi permasalahan baru yang mungkin muncul
22
Pengembangan Model Prinsip Model Pengaturan Ulang POI dan POC
Acuan penentuan POI dan POC ideal adalah berdasarkan konsentrasi demand (analisa trafik dan subscriber) Analisa pertumbuhan wilayah dan demografi Mempertimbangkan Mapping POI dan POC eksisting Melakukan gap analisis terhadap kondisi eksisting
23
Pengembangan Model Aturan dasar (Basic Rules) Opsi : Penambahan POI
Jika secara Teknis memungkinkan; Titik POI tidak selalu harus di sentral Gerbang tetapi dapat juga pada Media Gateway (MGW) – asumsi FTP telah diubah menjadi aturan transisi; Konsentrasi Trafik minimal 2E1 (outgoing dan incoming) --- ada satu relasi interkoneksi antara operator dimana satu interkoneksi min. 2 E1 ; Opsi : Penggabungan POC Area layanan POC merupakan daerah komuter dengan tingkat mobilisasi orang untuk kedua area layanan tersebut cukup besar – 40% nomor mobile/fwa didua area melakukan roaming antar daerah per bulan dan 60% panggilan fixed dikedua area adalah panggilan JJ antar kedua area; Lokasi POC berdekatan dan Trafik antar POC kurang dari 2 E1 (Outgoing dan Incoming);
24
Pengembangan Model Proses Pengaturan Ulang Tahap Pengumpulan data
Indentifikasi Penempatan POI Baru Penggabungan POC yang berdekatan dengan POI Terplih Penetapan POC-POI Baru Mapping POC-POI per region; Analisa kebutuhan POI ke depan (NGN) – traffic concentration; Analisa pertumbuhan wilayah dan demografi; Jumlah POC-POI; Cakupan POC-POI; Jumlah trafik dalam POC; Jumlah pelanggan dalam POC: Data Wilayah dan Demografi Menentukan Calon POC yang akan digabung; Mengukur radius POC yang akan digabung; Mengukur jumlah lalu lintas trafik; Amandemen PM 08/06; POC-POI regulated; Formula perhitungan
25
Pengembangan Model Metodologi Pengembangan Model
Input Data Operator Jumlah POI-POC Cakupan POI-POC Trafik dan Subscriber Konsentrasi Demand Mapping POI-POC Bhn diskusi dgn conterpart Pendekatan Akademis atau Disediakan operator Proyeksi Demand (Trafik & Subscriber) Kajian Akademis : Best Practice Analysis NGN Kajian Bisnis dan Teknis Pemilihan POI Input Data 2 Roaming call antar POC OG/IC antar POC Penggabungan POC POI-POC Ideal POI-POC Eksisting Gap Analisis
26
Pengembangan Model Gap Analysis
POI-POC Ideal Jumlah POI-POC Cakupan Area Layanan POI-POC Eksisting Jumlah POI-POC Cakupan Area Layanan Gap Analysis Analisis besarnya deviasi ideal terhadap eksisting Analisis dampak terhadap kondisi eksisting Dampak terhadap operator Dampak terhadap publik Dampak terhadap tarif interkoneksi dan tarif pungut Rancangan Kebijakan Pengaturan Ulang POI dan POC Masukan Stakeholders
27
Pengembangan Model Data Input
28
Pengembangan Model Data Input
Data input eksisting untuk tahun 2008 Data input proyeksi untuk 5 tahun kedepan, yaitu tahun 2009, 2010, 2011, 2012 dan 2013
29
Terima Kasih
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.