Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehSyaiful Rara Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
KULIAH -4 PERKEMBANGAN PEMIKIRAN KEGIATAN REVITALISASI KAWASAN HISTORIS UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
2
Perkembangan pemikiran pelestarian serta warisan budaya, sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1523 pada saat terjadinya kerusakan Grand Mousgue of Cordoba (Wiliams, Kellog, 1983: XIX). Pemikiran tersebut merupakan suatu kegiatan yang menitikberatkan masalah estetika, lokal dan regional (potensi), serta menyelamatkan artefak-artefak sebagi peniggalan sejarah.
3
Dalam perkembangannya, upaya pelestarian dihadapkan pada dualism yang bertentangan. Kritik yang sering dilontarkan adalah karena upaya tersebut menghambat pembaruan dan kemajuan, baik dari segi material maupun imajinasi (Dobby, 1984). Di Inggris upaya pelestarian menimbulakan distori sejak diberlakukannya sistem legistasi baru (Cherry dalam conservation planning, 1984: 16). Kegiatan pelestarian dapat mengurangi profitabilitas kepentingan umum, karena mencerminkan fanatisme.
4
Pada tahun 1877 Wiliam Moris mendirikan lembaga pelestarian bangunan yang dinamakan Society For the Protection of Ancient Buildings (dobby, 1978;55). Realisasinya dimulai dari minat dan perhatian besar terhadap monumen arsitektur, yaitu dengan mempertahankan bagunan seperti apa adanya, atau membelakukan restore dan rekonstruksi seperti keadaan aslinya. Motivasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa rasa kesinambungan budaya adalah penting, dan monument arsitektur sebagai obyek masa lalu, apabila dipertahankan seperti kondisi asli, akan menghadirkan nuansa bagi kesinambungan tersebut.
5
Kegiatan diatas pada akhirnya menimbulkan rasa ketidakpuasan, karena tidak sesuai dengan realita; bangunan dibekukan dalam waktu yang bukan milik dunia masa kini, sehingga banyak monumen arsitektur yang diasingkan dari kegiatan kehidupan sehari-sehari. Akibatnya tidak sedikit bangunan bersejarah yang harus dihancurkan untuk kegiatan peremajaan, hanya beberapa bangunan bersejarah yang memiliki makna tinggi (higly significant) saja yang dipertahankan. Hal ini sangatlah disayangkan, karena nilai-nilai sejarah, estetika, pengelolahan material, style dan craftmanship yang terkandung didalamnya turut hancur.
6
Pemikiran Baru Pelestarian Lahir sejalan dengan krisis energi dan kenaikan inflasi pada tahun 1970- an. Pada saat harga bahan bangunan melonjak tinggi, maka timbul pemikiran untuk mendaur ulangkan bangunan-bangunan tua demi tujuan ekonomis. Artefak lama tidak harus dimusnahkan sama sekali dan diganti dengan yang baru sebagaimana program-program sebelumnya (catanese, AJ., 1986:35), tetap perlu upaya perlindungan terhadapnya.
7
Renovasi merupakan salah satu pendayagunaan biaya (cost effective), karena investasi yang ada pada struktur bangunan, servis dan sebagian material dianggap dapat mengurangi biaya-biaya baru, disamping itu terbukti juga bahwa karakter historis suatu kawasan dapat merupakan alat pemasaran (misalnya pemanfaatan kembali gedung-gedung tua bekas pabrik coklat sebagai toko-toko oleh pedagang eceran di Ghirardelli Square, San Franssisco, perombakan pabrik penyamakan kulit yang sudah tidak digunakan lagi di Peabody Massachuestts menjadi apartemen, berhasil menjadi sumber daya bagi pertumbuhan ekonomi baru, dll).
8
Diawal tahun 1980-an, kegiatan pelestarian menjurus kearah manajemen (kain, 1981). Keterpaduan yang menyangkut peraturan,teknologi bangunan dan kerekayasaan, sampai kepada sumber daya manusia serta pendanaan, merupakan hal mutlak yang harus diperhatikan dalam implementasinya (Sumintardja, 1990).
9
Pelestarian yang dilakukan akan memberikan implikasi berupa manfaat praktis, seperti penghematan biaya pembangunan dan energi, serta menampung lebih banyak pekerja (Ainsle, 1982). Manfaat kultural akan mencangkup arti penting setiap bangunan dan lingkungan bersejarah, terhadap dunia pendidikan, kualitas estetika lingkungan kota. Disamping itu akan muncul kesan keterkaitan akan sesuatu bangunan atau tempat tertentu yang pada umumnya telah mengalami perubahan.
10
Implikasi terhadap pembangunan ekonomis mencangkup meningkatkan nilai kepemilikan, memberikan dampak bagi peningkatan kapasitas penjualan dan penyewaan komersial, penghematan biaya pembangunan, seta peningkatan pemasukkan pajak pendapat.
11
Implikasi sosiologis dan perencanaan, agak sulit diukur, namun merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dari manfaat lainnya. Eko Budiharjo menyatkan bahwa kegiatan pelestarian memberikan tujuh manfaat (Budiharjo: 1985), yaitu: 1. Memperkaya pengalaman visual, memberikan tautan makna masa lampau, dan memberikan pilihan untuk tetap tinggal dan bekerja didalam bangunan maupun lingkungan tersebut. 2. Ditengah perubahan dan pertumbuhan yang pesat seperti sekarang ini, lingkungan alam bersjarah akan menawarkan suasana permanen dan menyegarkan. 3. Membantu hadrnya sense of place, identitas diri, dan suasana kontras ditengah- tangah keseragaman bentuk arsitektur diagramatis, yang dihasilkan dari teknologi yang beriorentasi dengan nilai-nilai ekonomis. 4. Kota dan lingkungan lama adalah asset terbesar dalam industri wisata internasional sehingga perlu dilestarikan. 5. Pelestarian merupakan suatu kewajiban generasi masa kini untuk dapat melindungi dan menyampaikan warisan berharga kepada generasi mendatang. 6. Pelestarian membuka kemungkinan bagi setiap manusia untuk memperoleh keamanan psikologis, untuk dapat menyentuh, melihat dan merasakan bukti fisik sesuatu tempat didalam tradisinya.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.