Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehPortgas Praditya Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN BANTEN ISLAM
DAN KERAJAAN GOWA TALLO MAKASAR Oleh : roidatunnisa nabilah kelas: vii cordova smpit darul abidin depok
2
1. Kerajaan banten islam PENDAHULUAN Pada era Kerajaan Sunda Pajajaran, Banten merupakan ancaman bagi kerajaan tersebut. Dalam hal perdagangan, Banten merupakan saingan Sunda Kelapa. Keduanya sama-sama merupakan kota pelabuhan yang penting. Pada abad 13, Sultan Demak menyebarkan Islam di Jawa Barat, yaitu, di Cirebon dan Banten. Hal ini menjadikan Banten sebagai salah satu pusat perkembangan Islam.
3
PERKEMBANGAN DAN KEJAYAAN KERAJAAN ISLAM BANTEN
PERKEMBANGAN Pada tahun 1525, Kesultanan Banten berdiri. Pada era pemerintahan Maulana Hasanuddin, Kesultanan Banten mengalami kemajuan pesat dan semakin memperjelas jati dirinya sebagai pusat penyebaran agama Islam ke seluruh wilayah Pajajaran, bahkan sampai ke beberapa wilayah di Sumatera.
4
MASA KEJAYAAN Banten mencapai puncak kejayaannya pada era pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa yang berlangsung dari tahun sampai tahun 1682. MASA KERUNTUHAN Belanda terus memperbesar pengaruhnya di Kesultanan Banten. Pada akhirnya mereka berhasil menjalin hubungan dengan putra mahkota Pangeran Gusti atau Pangeran Anom. Hubungan putranya dengan Belanda sangat menggusarkan Sultan Ageng. Akhirnya Sultan Gusti diperintahkan untuk memperdalam ilmu agama di Mekkah, sekaligus menjalankan ibadah haji. Sekembalinya dari tanah suci, Pangeran Gusti dikenal dengan sebutan Sultan Haji. Dia kemudian menjalankan roda pemerintahan Banten dengan tetap didukung oleh ayahnya.
5
Prilaku sultan Haji ternyata tidak berubah
Prilaku sultan Haji ternyata tidak berubah. Dia tetap menjalin hubungan mesra dengan Belanda. Untuk menyadarkan anaknya tersebut, Sultan Ageng yang ketika itu telah tinggal terpisah dari anaknya, mengirimkan pasukan ke Surosowan, tempat kediaman Sultan Haji. Namun Sultan Haji melakukan perlawanan terhadap pasukan yang dikirim ayahnya tersebut, bahkan dia meminta bantuan Belanda Belanda, yang telah lama berambisi untuk menguasai Banten, tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Mereka langsung mengirimkan pasukan. Akhirnya, terjadi pertempuran sengit antara pasukan Sultan Ageng melawan Belanda. Akhirnya Belanda dapat mendesak pasukan Sultan Ageng. Mereka menduduki kediaman Sultan Ageng, yaitu, Keraton Tirtayasa. Sultan Ageng dan beberapa pembesar Banten lainnya melakukan perang gerilya.
6
Belanda yang menyadari tidak akan mampu mengalahkan Sultan Ageng secara penuh, akhirnya memakai tipu muslihat. Mereka mempergunakan Sultan Haji untuk memohon kepada ayahnya agar perlawanannya dihentikan dan kembali ke Surosowan dan dijanjikan mendapat jaminan kemerdekaan dan kebebasan bergerak. Sultan Ageng menuruti permohonan putranya tersebut dan kembali ke Surosowan. Namun Belanda mengingkari janji dan menangkap Sultan Ageng untuk kemudian ditahan di Batavia sampai wafat tahun 1692.
7
Hubungan yang dijalin Sultan Haji dengan Belanda ini ternyata harus dibayar mahal. Sultan Haji dipaksa untuk menandatangai perjanjian yang isinya antara lain berakhirnya kekuasaan mutlak Sultan Banten dan Belanda diperbolehkan melakukan monopoli perdagangan. Dengan perjanjian itu, Banten sesungguhnya sudah bukan daerah merdeka lagi, karena segala sesuatunya, terutama perdagangan, ditentukan oleh Belanda.
8
Perkembangan selanjutnya sangat menggelisahkan rakyat, yaitu, terjadi perebutan kekuasaan adat istiadat dan prilaku etis telah ditanggalkan. Akhirnya kegelisahan tersebut tidak dapat dibendung lagi dan terjadilah pemberontakan rakyat. Dengan dipimpin oleh dua tokoh yang ditaati rakyat, yaitu, Ratu Bagus Buang dan Kiai Tapa, mereka mengangkat senjata.
9
Pada tahun 1807, secara resmi Belanda memproklamasikan bahwa Kepulauan Nusantara adalah bagian dari Kerajaan Belanda. Sebagai Gubernur Jenderal yang pertama adalah Herman Wilhelm Daendles ( ). Dalam masa kekuasaannya, Daendles berencana membangun jalan raya antara Anyer yang terletak di ujung barat Pulau Jawa dan termasuk wilayah Banten sampai ke Panarukan di ujung timur Pulau Jawa. Sultan Banten menolak untuk menyediakan pekerja yang akan dipekerjakan secara kerja rodi. Penolakan ini membuat Daendles marah dan kemudian menyerang Keraton Banten tanggan 21 November Sultan Banten ditangkap dan dibuang ke Ambon. Kesultanan Banten sendiri dihapuskan dan dijadikan wilayah Keresidenan.
10
Perlawanan rakyat Banten terhadap penjajah terus berlanjut sampai awal kemerdekaan, meskipun tidak secara besar-besaran lagi. Ketika di awal masa kemerdekaan Jawa Barat ditetapkan sebagai salah satu provinsi dari delapan provinsi yang ada di Indonesia, Banten merupakan salah satu keresidenan di wilayah provinsi Jawa Barat tersebut.
11
2. Kerajaan Gowa Tallo Makasar
Pendahuluan Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.
12
Perkembangan Dan Kejayaan Kerajaan Owa Tallo
Perkembangan pesat Kerajaan Makassar tidak terlepas dari raja-raja yang pernah memertntah seperti: Ra|aAlaudin Dalam abad ke-17 M, agama Islam berkembang cukup pesat di Sulawesi Selatan. Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam bernama Raja Alaudin yang memerintah Makassar dari tahun M. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Makassar mulai terjun dalam dunia pelayaran- perdagangan (dunia maritim). Perkembangan ini menyebabkan meningkatnya kesejahteraan rakyat Kerajaan Makassar. Namun setelah wafatnya Raja Alauddin, keadaan pemerintahan kerajaan tidak dapat diketahui dengan pasti.
13
Masa Kejayaan Sultan Hasanuddin Pada masa peme-rintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makassar mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu yang cukup singkat, Kera¬jaan Makassar telah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Cita-cita Sultan Hasanuddin untuk menguasai sepenuhnya jalur perdagang-an Nusantara, mendorong perluasan ke-kuasannya ke kepulauan Nusa Tenggara, seperti Sumbawa dan sebagian Flores. Dengan demikian, seluruh aktivitas pelayaran perdagangan yang melalui Laut Flores harus singgah lebih dulu di ibukota Kerajaan Makassar. Keadaan seperti itu ditentang oleh Belanda yang memiliki daerah kekuasaan di Maluku dengan pusatnya Ambon. Hubungan Batavia dengan Ambon terhalang oleh kekuasaan Kerajaan Makassar. Pertentangan antara Makassar dan Belanda sering menimbulkan peperangan. Keberanian Sultan Hasanuddin memimpin pasukan Kerajaan Makassar untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku, mengakibatkan Belanda semakin terdesak. Atas keberaniannya, Belanda memberi julukan kepada Sultan Hasanuddin dengan sebutan "Ayam Jantan dari Timur".
14
Masa Keruntuhan Dalam upaya menguasai Kerajaan Makassar, Belanda menjalin hubungan dengan Kerajaan Bone, dengan rajanya Arung Palaka. Dengan bantuan Arung Palaka, pasukan Belanda berhasil mendesak Kerajaan Makassar dan menguasai ibukota kerajaan. Akhimya dilanjutkan dengan Perjanjian Bongaya (1667 M). Mapasomba Setelah Sultan Hasanuddin turun tahta, ia digantikan oleh putranya yang bernama Mapasomba. Sultan Hasanuddin sangat berharap agar Mapasomba dapat bekerja sama dengan Belanda. Tujuannya agar Kerajaan Makassar tetap dapat bertahan. Ternyata Mapasomba jauh lebih keras dari ayahnya sehingga Belanda mengerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menghadapi Mapasomba. Pasukan Mapasomba berhasil di-hancurkan dan ia tidak diketahui nasibnya. Dengan kemenangan itu, akhirnya Belanda berkuasa atas Kerajaan Makassar.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.