Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehKeceng Rohman Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
JUMAT AGUNG Makna Hari Jumat Agung: Hari ini ditetapkan sebgai hari laku tanpa dosa dengan kewajiban berpantang dan berpuasa bagi seluruh anggota Gereja. Hari ini disebut sebagai hari Puasa Paskah karena sudah termasuk dalam rangkaian Trihari Paskah; dibedakan dengan hari-haripuasa Prapsakah (40 hari). Sudah dimulai sejak Kamis malam, hingga menjelang Sabtu Malam Paskah. Saat itu Sang Pengantin Pria sudah meninggalkan Gereja , maka kita pun berpuasa. Perayaan atau Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan: Gereja merenungkan kesengsaraan Kristus, menghormati salib, merenungkan asal-usulnya, yakni dari lambung Kristus yang tergantung di kayu salib, serta mendoakan keselamatan seluruh dunia. 2. Ketentuan liturgi Tidak ada perayaan Ekaristi, namun komuni kudus dibagikan kepada umat hanya dalam Ibadat Pengenangan Sengsara Tuhan (kecuali untuk orang-orang sakit/ viatikum). Perayaan dimulai pada jam atau alasan pastoral boleh juga tidak lama setelah jam Jangan sesudah jam Tatacara dan urutan Ibadat (Liturgi Sabda, Ritus Penghormatan Salib, Ritus Komuni) harus ditaati dengan setia dan tertib. Warna liturgi merah. Semua bacaan (Pertama dan Kedua) harus dibacakan. Masmur Tanggapan dan Bait Pengantar Injil dinyanyikan. Pewarta Injil tentang Kisah Sengsara (Yohanes) dinyanyikan atau dibacakan oleh (para) diakon atau petugas yang layak. Sesudahnya Imam Selebran memberi homili, lalu hening sejenak. Dilarang merayakan sakramen apa pun pada hari ini, kecuali sakramen rekonsiliasi dan pengurapan orang sakit. Upacara pemakaman pun harus dilaksanakan tanpa nyanyian, misik, atau bunyi lonceng. Sangat di anjurkan agar umat ikut merayakan Ibadat Bacaan dan Ibadat Pagi di gereja. Hanya satu salib boleh dipergunakan untuk penghormatan itu, agar salib itu sungguh-sungguh mendukung simbol ritualnya. Penghormatan pribadi dapat dilakukan secara bersama-sama. Setelah Ibadat selesai altar dokosongkan kembali. Salib yang dihormati tadi tetap di tempatnya dengan di dampingi empat lilin. Boleh juga dipindahkan ke tempat khusus di dalah gereja yang dihias, agar umat dapat kembali menghormati dan berdoa/meditasi secara pribadi di hadapan salib itu. Bentuk-bentuk devosi yang berkaitan dengan kesengsaraan Yesus dapat diadakan untuk mengisi waktu-waktu hening hingga Sabtu Suci siang. Misalnya: Ibadat Jalan salib, perarakan Salib (drama penyaliban), devosi tujuh sabda Yesus di salib, dsb. Devosi-devosi itu janganlah bertentangan dengan suasana liturgi masa itu. Devosi dimaksudkan untuk mengantar kepada kepenuhan liturgi. Bacaan Yesaya 52:13-53:12: Hamba yang disiksa karena dosa-dosa kita. Ibrani 4:14-16;5:7-9: Ketaatan Yesus demi keselamatan kita.. Yohanes 18:1-19:42: Kisah sengsara Tuhan. Unsur-unsur khas Imam dan para petugas berarak memasuki ruang ibadat tanpa iringan, tanpa nyanyian. Lalu mereka menghormati altar dengan cara merebahkan diri di depannya (simbol pernyataan kefanaan manusia). Pewartaan (proklamasi) Injil tentang Kisah Sengsara Tuhan hendaknya dibawakan dengan cara sesuai dengan hakikatnya (liturgis), yakni Yesus sendiri yang bersabda. Bukanlah suatu tafsiran dramatik kisah sengsara itu (kteketis), yang tidak menyimbolkan “Allah bersabda”. Jika dibawakan oleh para diakon atau awam, mereka meminta berkat dulu kepada Imam Selebran sebelum membawakan Kisah Sengsara. Doa Umat Meriah dibawakan secara khusus, baik secara kuantitatif (ada 10 ujud panjang) maupun kualitatif (dibacakan dan dinyanyikan). Ujud-ujud doa itu adalah untuk Gereja, Paus, para klerus dan awam, para calon baptis, kesatuan umat kristiani, bangsa Yahudi, mereka yang tidak percaya akan Allah, semua pegawai umum, dan untuk mereka yang berkekurangan. Jika dirasa perlu, uskup dapat mengijinkan untuk menambahkan ujud khusus yang menyangkut kepentingan umat. Penghormatan Salib Suci merupakan puncak liturgi hari ini. Perayaan dipimpin oleh Imam Selebran dengan tiga seruan: “Lihatlah kayu salib…” dan membuka selubung satu per satu (dari tiga tali ikatan). Penghormatan dilaksanakan juga secara pribadi oleh umat, setelah Imam dan para petugas melakukannya. Dapat satu persatu atau serentak bersamaan jika banyak umat hadir (jadi, tidak harus memperbanyak jumlah salib untuk dihormati!). Selama ritus ini lagu-lagu bertema kesengsaraan dapat dinyanyikan. Ritus komuni diawali dengan persiapan altar dan meletakkan sibori-sibori berisi Tubuh Kristus dan diakhiri dengan Doa yang dilanjutkan dengan Doa yang dilanjutkan dengan doa untuk umat (Ritus Penutup. Ritus Penutup: Imam menutup perayaan ini dengan mengulurkan kedua tangannya ke atas jemaat (=Berkat, tapi bukan dengan tanda salib besar). Lalu dilanjutkan dengan pararakan keluar dalam keheningan atau membiarkan tetap dalam suana “merenung dan berdoa”, berjaga-jaga lagi hingga malam!.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.