Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Model Pembelajaran Kolaboratif
Panduan Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Versi Juni 2007
2
Pendahuluan Model pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu model “Student-Centered Learning” (SLC). Pada model ini, peserta belajar dituntut untuk berperan secara aktif dalam bentuk belajar bersama atau berkelompok. Pada esensinya model pembelajaran kolaboratif dapat diterapkan dalam pelbagai bidang studi, terutama dalam mata kuliah yang bertujuan membentuk kemampuan interpersonal mahasiswa untuk belajar secara berkelompok atau sesi perkuliahan yang membutuhkan belajar bersama atau berkelompok yang tidak dapat diselesaikan secara individual. Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari sekedar penyampaian informasi (transfer of information) menjadi konstruksi pengetahuan (construction of knowledge) oleh individu mahasiswa melalui belajar kelompok.
3
Apakah model Kolaboratif itu?
Batasan: Model kolaboratif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja bersama sebagai aliansi strategis (perhargaan atas perbedaan intelektual). Model kolaboratif berfokus pada berbagai kelebihan yang bersifat kognitif yang muncul karena adanya interaksi yang akrab pada saat belajar bersama secara berkelompok. Model Kolaboratif bertujuan untuk melatih keterampilan belajar mahasiswa secara berkelompok untuk menghasilkan sesuatu dalam konstruksi pengetahuan, membangun rasa saling percaya melalui komunikasi terbuka antaranggota, dan keadilan untuk semua dalam mencapai tujuan yang ditetapkan bersama Variasi: Model kolaboratif dapat diterapkan dalam bentuk diskusi, kerja kelompok, dan penelitian bersama, baik dilakukan dalam ruang kelas perkuliahan maupun di lapangan.
4
Mengapa Menerapkan Model Kolaboratif?
Alasan utama dan sekaligus keunggulan penerapan model kolaboratif adalah mahasiswa dapat memiliki kemampuan bekerja sama, toleransi dengan orang lain, saling membutuhkan, motivasi berprestasi, dan jiwa kepemimpinan. Kemampuan ini sangat berguna dalam memasuki dunia kerja dan lingkungan sosialnya. Model ini dapat membekali mahasiswa dalam memahami dinamika kelompok, dan mengambil keputusan bersama untuk tujuan bersama. Model kolaboratif dapat membekali mahasiswa pengetahuan dan wawasan yang luas dari pengalamananya belajar kelompok, mengkaji dan menganalisis masalah dari berbagai perspektif). Keterbatasan model kolaboratif adalah masih susah diterapkan pada kelas yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, terutama pada kelas awal yang masih dalam tahap adaptasi dan sosialisasi. Model ini tidak sukses kalau dosen tidak memiliki kemampuan memotivasi dan memanage kelompok dengan baik. Kalau dosen kurang aktif, maka dinamika kelompok tidak tercipta dan menjadi vacum. Namun demikian, keaktifan dosen sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan dalam memberikan perhatian yang serius dan keinginan besar dari dosen sendiri.
5
Proses Utama Model Kolaboratif
Proses utama kolaboratif dapat digambar sebagai berikut. INPUT PROSES DI LUAR KELAS FEED BACK DI DALAM KELAS OUTPUT Input utama model pembelajaran kolaboratif adalah adanya rancangan tugas yang bersifat open ended (terbuka, tidak terbatas) yang diperkuat dengan konsep teori pendukung. Proses pembelajaran terdiri dari proses di dalam kelas dan di luar kelas. Tugas dikerjakan secara berkelompok yang dapat diawali dengan pengerjaan tugas secara perorangan, kelompok kecil, kemudian kelompok besar. Pengerjaan tugas secara perorangan dan kelompok kecil dapat dilaksanakan di luar kelas, sedangkan pengerjaan tugas secara berkelompok dapat dilaksanakan di dalam kelas. Output utama dari model pembelajaran kolaboratif adalah pengalaman mengerjakan tugas secara berkelompok. Evaluasi input, proses, dan output ini merupakan feed back untuk perbaikan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
6
Penyiapan Penerapan Model Kolaboratif
Rencana Pembelajaran: Yang harus diperhatikan dalam penyusunan Rencana Pembelajaran meliputi unsur-unsur berikut ini. Tujuan Pembelajaran: Kemampuan peserta untuk (1) mendapatkan penghargaan (2) mengapresiasi pendapat dan toleransi (3) membuat jaringan (4) share vision (5) Group decision making (6) time management (7) menambah perspektif. Desain Matakuliah: (1) judul mata kuliah, (2) tujuan mata kuliah, dan (3) Topik-topik yang bersifat open ended. Runtut Materi: (1) mengabungan teori dan praktek, (2) runtutan didasarkan pada apa yang harus dilakukan oleh mahasiswa dalam menyelesaikan tugas secara berkelompok. Pemilihan Materi: (1) rancangan tugas bersifat open ended (2) Pengerjaan tugas diawali dengan pembacaan sejumlah materi atau konsep teori yang berkaitan dengan tugas yang akan dikerjakan bersama dan (3) Hasil bacaan didiskusikan kembali untuk mendapatkan kesepakatan.
7
Peserta Pembelajaran:
Fasilitator: Yang disiapkan pada setiap fasilitator adalah: (1) kemampuan merancang tugas yang bersifat open ended, (2) kemampuan memotivasi (memberikan instruksi seputar belajar bersama secara berkelompok), (3) kemampuan mengfasilitasi. Peserta Pembelajaran: Yang disiapkan pada setiap peserta pembelajaran adalah: (1) Pemahaman awal tentang tugas yang akan dikerjakan (2) kemampuan bekerja sama dengan anggota kelompoknya, dan (3) kemampuan berdiskusi dan menganalisis. Bahan dan Sumber Pembelajaran: Bahan dan sumber yang disiapkan meliputi: (1) ada tugas yang dirancang dosen bersama mahasiswa, (2) Terdapat materi utama (3) materi pendukung. Sarana dan Prasarana: Sarana dan prasarana yang dibutuhkan adalah: (1) ruang kuliah yang memadai sehingga peserta dapat dibagi dalam beberapa kelompok (2) ruang kerja dan diskusi kelompok lengkap dengan peralatannnya (3) perpustakaan (4) Laboratorium
8
Penerapan Model Kolaboratif
Penerapan Di Dalam Kelas: Mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan topik yang akan dibahas. Setiap kelompok belajar bersama membahas topik yang diberikan. Hasil kelompok didiskusikan dalam kelas yang didahului dengan persiapan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Tanggapan dan masukan dari kelompok lain ditampung sebagai bahan perbaikan setiap kelompok. Diskusi kelas lebih baik dipimpin oleh fasilitator untuk menjaga dinamika kelompok dan suasana diskusi. Dalam diskusi fasilitator mengarahkan munculnya pendapat tentang berbagai hal yang mungkin belum dibahas oleh setiap kelompok. Fasilitator berperan sebagai penengah dan memancing berbagai hal yang masih perlu dimasukkan untuk penyempurnaan hasil kerja setiap kelompok. Diskusi kelompok diakhiri dengan penarikan simpulan oleh fasilitator dan berbagai perbaikan setiap kelompok. Apabila memungkinkan, dilakukan presentasi secara umum hasil kesepakatan setiap kelompok pada sesi berikutnya. Sementara diskusi kelompok berlangsung fasilitator mengamati partisipasi perorangan sebagai bahan assesmen. Penerapan Di Luar Kelas: Terdiri dari tiga proses beruntut: (1) pemberian tugas kepada setiap kelompok disertai penjelasan dari fasilitator, (2) persiapan perorangan dalam bentuk pemahaman awal setiap anggota kelompok, (3) Diskusi kelompok dari hasil pemahaman perorangan (4) Fasilitator memotivasi dan mendampingi.
9
Assesmen Peserta Pembelajaran
Assesmen dilakukan oleh fasilitator. Apa yang diasses? Yang diasses dari peserta adalah kemampuannya dalam (1) memahami tugas yang diberikan, (2) kerja sama kelompok, (3) mempresentasikan hasil kerja kelompok, (4) mengkonstruksi pengetahuan, dan (5) Hasil kerja akhir setiap kelompok Cara mengasses: (1) laporan tertulis setiap kelompok, (2) diskusi kelas dan luar kelas, (3) presentasi kelompok, (4) ujian, dan (5) kuis. Pembobotan: Pembobotan yang sesuai antara: (1) partisipasi dalam kelompok, (2) Hasil kerja kelompok, dan (3) kemampuan penerapan teori dalam praktek. Penilaian dilakukan bersama mahasiswa, penerapan kriteria penilaian secara konsisten, dan Self assessment (mahasiswa menilai diri sendiri)
10
Evaluasi Penerapan Model Kolaboratif
Evalusi dilakukan oleh peserta pembelajaran dengan obyek di bawah ini. Masukan: rencana pembelajaran, (2) rancangan tugas, (3) keluasan wawasan, dan (4) sarana dan prasana. Proses: Belajar bersama secara berkelompok di dalam dan di luar kelas; (2) kinerja fasilitator di dalam dan di luar kelas (konselor dan motivator), dan (3) dinamika kelompok di dalam dan di luar kelas. Keluaran: Nilai pengalaman belajar secara bersama dalam kelompok yang berbasis saling membutuhkan, toleransi, sharing idea dan informasi dan perluasan wawasan yang diperoleh peserta
11
Berbagai kendala Penerapan Kolaboratif
Model kolaboratif kerap kali menghadapi berbagai kendala dalam penerapannya. Kendala utamanya adalah sebagai berikut. Komitmen Lembaga: Penerapan model kolaboratif adalah suatu perubahan paradigma pembelajaran yang membutuhkan komitmen yang kuat dari pimipinan agar terlaksana. Penerapannya membutuhan sarana dan prasarana dengan investasi dan biaya operasional yang relatif besar, kinerja dosen yang tinggi dalam melakukan fungsi fasilitator, konselor, dan pendampingan. Kemampuan mengorganisir kelompok: Kemampuan utama yang sering menganggu adalah kemampuan mengorganisir kelompok, baik bagi fasilitator maupun peserta pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran tentang bagaimana menciptakan proses belajar secara berkelompok harus terus dibiasakan bagi mahasiswa. Hal ini juga dapat menjadi bekal yang sangat berarti bagi mahasiswa dalam menjalani hidupnya di lingkungan sosialnya.
12
Referensi Soekamto, Toet Dkk, Teori Belajar dan Model-Model Pembelajaran, Jakarta: PAU Depdiknas, 1997. Irawan, Prasetya, Dkk., Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar, Jakarta : PAU Depdiknas, 1997. Pannen, Paulina, Dkk., Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Jakarta: PAU Depdiknas, 2001. E: /learing/collaborative-cooperative “ org/wiki/collaborative learning. Wikipedia, the free Encyclopedia, htm.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.