Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehKhairil Wardhana Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
Epidemiologi Penyakit Tubercolosis Paru
2
Agent Agent dari penyakit :
Mycobacterium Tuberculosis, basil tuberkel, kuman batang tahan asam, yang merupakan penyebab utama TBC didunia. Mycobacterium Africanum, terdapat di Afrika. Perbedaan penting satu-satunya adalah bahwa basil ini sering resisten terhadap Tiasezaton. Mycobacterium Bovis, infeksi seringkali ditularka kepada manusia lewat susu sapai dan unta. Ini banyak terjadi dinegara yang berpenghasilan rendah.
3
DETERMINANT Usia dan jenis kelamin
Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan sampai pada umur pubertas Bayi dan anak kecil mempunyai daya tahan tubuh yang lemah. Infeksi yang berakibat paling fatal yang rentan mengenai anak usia 2 tahun adalah TBC Millier (Meningitis) terutama mengenai kelenjar getah bening dan tulang. Pada usia dewasa insiden tertinggi TBC banyak terdapat pada pria. Prevalensinya terus meningkat samapi umur 60 tahun. Pada wanita sering mendapat TBC paru sesudah bersalin, prevalensinya meningkat sampai usia tahun dan kemudian berkurang.
4
DETERMINANT Faktor Gizi
Kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap penyakit. Kemiskinan merupakan determinant penting yg terkait dengan gizi
5
DETERMINANT Perilaku/ Kebiasaan
Kebiasaan merokok dan minuman beralkohol merupakan factor yang berkaitan dengan penurunan daya tahan tubuh Kebiasaan menimang & mencium bayi/anak Kebiasaan menggunakan sarana makan-minum yang sama
6
DETERMINANT Lingkungan
Adalah agregat dari seluruh kondisi lingkungan dan pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan bakteri TBC Linkungan Non Fisik yaitu Kemiskinan Keadaan ini berkaitan dengan perumahan yang terlampau padat atau kondisi lingkungan kerja yang buruk akan menurunkan daya tahan tubuh dan memudahkan terjadinya infeksi.
7
Riwayat Alamiah Penyakit
Tahap Prepatogenesa Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberculosis adalah saluran penapasan, saluran pencernaan Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (airborne) yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman/ basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi Saluran pencernaan merupakan tempat masuknya kuman M.Bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
8
Cara Penularan Langsung Droplet
Sputum manusia adalah sumber penularan yang paling penting Batuk, berbicara, dan meludah memproduksi percikan sangat kecil berisi Baketri TB yang melayang-layang Kuman ini terhirup oleh orang lain
9
Cara Penularan Tidak Langsung
Airborne, penyebaran bakteri secara aerosol kemedia yang sesuai misalnya jatuh ketanah atau tempat lembab berkembang biak ketika kering terbawa angin dan dihirup oleh manusia. Melalui makanan/ minuman Melalui susu (milk borne disease), susu yang belum dipasteurisasi yang terdapat pada susu sapi dan unta.
10
Resorvoir/ Sumber Penularan
Manusia Dari orang yang terinfeksi test tuberculin positif Binatang Sapi dan unta yang terinfeksi Micobacterium Bovins
11
Patogenesis Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas Basil tuberkel mencapai permukaan alveolus melalui inhalasi Setelah berada didalam ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas atau dibagian atas lobus bawah Basil tuberkel akan membangkitkan reaksi peradangan. Reaksi ini ini biasanya membutuhkan waktu hari (masa inkubasi). Reaksi peradangan ini ditandai dengan demam,berkeringat dingin dimalam hari, batuk produktif lebih dari 3 minggu, BB turun, sakit dada atau batuk berdahak.
12
Patogenesis (Fase Akhir)
Jika tidak dilakukan pengobatan yang adekuat akan menyebabkan komplikasi : TBC Millier TBC Abdomen TB Getah Bening TB Tulang Resisten terhadap obat Kematian
13
Tingkat Pencegahan Primer (Promosi dan Perlindungan Spesifik)
Pasteurisasi pada susu Perbaikan Ventilasi dan sanitasi lingkungan Nutrisi yang adekuat sesuai dengan tingkat pertumbuhan Pemberian imunisasi BCG Pendidikan kesehatan, ajarkan bahwa meludah disembarang tempat tidak baik dan menjijikan. Screening kesehatan berkala,medical check up, pemeriksaan thorax foto. Menghindari tembakau dan alkohol
14
Sekunder Pemeriksaan kasus sedini mungkin dengan pemeriksaan sputum pada pasien dengan batuk berdahak lebih dari 3 minggu. Penemuan kasus Aktif dan Pasif. Aktif dengan mengunjungi rumah-rumah penduduk dam memriksakan sputum mereka. Pasif dengan memberikan pengobatan yang adekuat pada pasienTBC yang dating ke Puskesmas,RS, Poliklinik. Pemberian pengobatan atau terapi yang adekuat Pengobatan berlangsung 6-8 bulan dengan menggunakan terapi Rifampisin dan Pirazinamide. Cek sputum BTA, rontgen Thorax, Test Tuberkulin. Melakukan kontak dengan keluarga pasien terkena TBC Memeriksa keluarga pasien yang potensial terinfeksi. Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien TBC tentang penularan ke orang lain.
15
Tertier Mempersiapkan mental pasien yang telah sembuh dari TBC Kebanyakan mereka merasa rendah diri karena banyak orang yang beranggapan bahwa TBC penyakit menular yang tdak dapat disembuhkan dan mereka enggan bergaul dengan bekas penyakit TBC Mengajarkan pasien yang sedang dalam pengobatan untuk tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain
16
MASALAH DI INDONESIA Tahun 1995, hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan penyakit infeksi. Tahun 1999, WHO memperkirakan setiap tahun terjadi kasus baru TB dengan kematian karena TB sekitar secara kasar diperkirakan setiap penduduk Indonesia terdapat 180 penderita penderita baru TB Paru BTA positif. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia kerja produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah. Sampai saat ini Program Penanggulangan TB dengan strategi DOTS belum dapat menjangkau seluruh Puskesmas. Demikian juga Rumah Sakit Pemerintah, swasta dan unit pelayanan kesehatan lainnya. Perkiraan ARTI (Annual Rate of Tuberculosis Infection) pada tahun adalah 2,0%. Incidence rate Sediaanapus (smear) positif 105/ Menurut SKRT 1996 = TB penyebab kematian no.4. WHO di daerah Jogjakarta 0,6% penduduk positif dalam dahaknya dengan perbedaan prevalensi di kota dan di desa masing-masing 0,5%-0,8%. Penatalaksanaan penderita dan system pencatatan pelaporan belum seragam di semua unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta.
17
Target Nasional P2TBC Target 2004 yaitu : - CDR minimal 60%
- Angka konversi ≥ 85% - Angka kesembuhan ≥ 80% - Angka error rate ≤ 5%
18
Keadaan tahun 2005 CDR baru 51% Angka konversi ≥ 85%
Angka kesembuhan ≥ 80% Angka error rate 5-30% dan belum ada secara nasional
19
Permasalahan utama Bagaimana mencapai angka penemuan kasus 70% sesuai dgn target global dan target nasional pada tahun 2005
20
Rendahnya CDR Estimasi angka insiden TBC yg kurang akurat
Rendahnya “health care seeking behaviour of TB suspects” di UPK yg DOTS Tidak adanya R/R karena UPK belum semuanya DOTS DOTS (Directly Obsreved Treatment Shortcource Chemotherapy) Kualitas Pelayanan TBC Akses thdp pelayanan
21
CDR Problem analysis diagram
Faktor lainnya : Pendidikan dan pelatihan yg tdk adekuat Kualitas supervisi kutang baik Kualitas dan kuantitas bahan dan material pendukung Kualitas dan kuantitas OAT Pedoman yg kurang jelas Kebijaksanaan Rendahnya insentif Gaji/upah Biaya hidup sehari2 Penghargaan Budget operasional yg rendah Reformasi bidang kesehatan Rendahnya managemen SDM Tingginya biaya Sistem infokes yang birokrasi Kurangnya perhatian thd kelompok yang beresiko Gejala awal yg tidak sepsifik Faktor masyarakat Persepsi thdp TBC STIGMA Persepsi thd gejala “Low appreciation” dr puskes Alternatif pengobatan Pengobatan tradisional ) Pengobatan sendiri ) Kurangnya dukungan dari pemuka agama/masyarakat RS Pemerintah belum DOTS Sektor Swasta DPS RS Swasta Apotik swasta Rendahnya “health care seeking behaviour of TB suspects”UPK Tidak adanya R/R karena belum DOTS Faktor Personal Rendahnya komitmen Kurang keahlian/Ketrampilan Prilaku krng baik thd pasien Rendahnya kerjasama ptugas Stigma Kualitas Pelayanan TBC Poor patient flow Poor clinical diagnosis Poor compliance to guidelines Poor laboratory diagnosis Poor sputum collection methods Poor staining methods Poor reading skills Poor quality control Poor transport and storing of sputum samples Poor reporting and recording Kurang berfungsinya sistem rujukanr Tidak ada contract tracing Kurangnya penyuluhan kpd penderita dan masyarakat Faktor suspek penderita TBC Tanggapan thd gejala2 TBC Tanggapan thd beratnya p. TBC Pengetahuan TBC dpt sembuh Tanggapan thd pengobatan OAT Tanggapan thd pelayanan UPK DOTS/non-DOTS Pengalaman sebelumnya thdp pelayanan kesehatan Kesediaan utk memeriksakan dahak dgn baik Dukungan keluarga kurang Pilihan pengobatan alternatif Tidak ada asuransi kesehatan Adanya stigma Status ekonomi Mobilitas tinggi Tingkat pendidikan Sex/umur Low CDR Estimasi insiden TBC yg tidak akurat (terrlalu tinggi/ rendah) Beban kerja yang tinggi Akses thdp pelayanan Beban biaya pengobatan Beban biaya transportasi Jarak dan waktu tempuh Terbatasnya jam pelayanan UPK
22
Kebutuhan Operasional research lainnya
Diagnosis TBC pada anak dgn menggunakan sistim “scoring”, di bandingkan metode diagnosis saat ini Konsep Kelompok Puskesmas Pelaksana (KPP), PRM- PPM dan PS Sistim Jejaring rujukan yang efektif
23
Operasional Research Dapat dilaksanakan pada setiap simpul simpul tersebut Menjawab kebutuhan program memperbaiki kebijaksanaan dan implementasi di lapangan
24
TERIMA KASIH
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.