Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pertemuan III: Motivasi & Penyusunan Guidance Interview

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pertemuan III: Motivasi & Penyusunan Guidance Interview"— Transcript presentasi:

1 Pertemuan III: Motivasi & Penyusunan Guidance Interview

2 TINGKAT MOTIVASI Tingkat Motivasi yang diperlukan & sumber motif yang relevan tergantung pada faktor-faktor antara lain: Besarnya “perlawanan” ITEE Derajad ancaman yg bersifat pribadi, yg terkandung dlm topik wawancara bagi ITEE Tuntutan wawancara terhadap waktu, tenaga, pikiran ITEE

3 MOTIVASI INTRINSIK Pengembangan MOTIVASI INTRINSIK
Lingkungan Psikologis Hubungan ITER-ITEE bukan tahapan sementara intervi-ew, melainkan iklim psikologis secara keseluruhan. A.Proses INFORMAL 1. Dari Dalam Diri (kesalahan IMPRESI) Hallo Effect Stereotipe Leniency Effect Mood (suasana hati) Proyeksi, Defense Mechanism, Konsep Diri, dll

4 2. Dari Orang Lain Karakteristik orang yang sulit dinilai Kecenderungan untuk tampil dgn kesan sebaik-baiknya Sikap berpura-pura, menyembunyikan diri. METODE yang biasa digunakan : Observasi Conversation Memperoleh data dari sumber lain tentang individu

5 B.PROSES FORMAL 1.Pendekatan Klinis Tujuan : memperoleh gambaran kepribadian individu, menetapkan treatment (terapi) yang sesuai Dengan metode langsung (kontak langsung) Dengan metode tidak langsung (melalui proyeksi) Dengan metode bantu : observasi, wawancara, analisa dokumen pribadi, test 2. Pendekatan Obyektif Mengukur kemampuan & kepribadian individu lbh obyektif Membuka perkembangan baru ke arah psikometri Statistik & perhitungan kuantitatif

6 HUBUNGAN ITER - ITEE Pengertian Dukungan Bantuan Pemoralisasian
Hubungan ITER-ITEE secara terus menerus berada dlm proses perkembangan & modifikasi Beberapa macam reaksi (dalam Hub dng org lain) a. Reaksi PERSAHABATAN Pengertian Dukungan Bantuan b. Reaksi GURU Pemoralisasian Penilaian Penolakan terhadap pernyataan Dukungan terhadap tokoh otoritas

7 HUBUNGAN ITER - ITEE Tidak melakukan penilaian positif & negatif
c. Reaksi TERAPEUTIK Tidak melakukan penilaian positif & negatif Tidak menyarankan pertolongan atau menyatakan bgm perasaannya, tetapi Memusatkan perhatian pada pernyataan ITEE dan pada sikap atau kerangka pikir ITEE shg menimbulkan akibat dukungan Tidak menyatakan simpati atau pengampunan, tetapi menyiratkan pengertian & penghargaan pada perasaan dan reaksi ITEE

8 BEBERAPA CIRI HUBUNGAN KLINIS
Menurut Shoben (1953), keramah tamahan, kehangatan, dan kedekatan emosional yang nyaman. Terapis menunjukkan : Minat yg murni pd klien sbg pribadi, bukan sebagai suatu obyek untuk ‘dibedah’ Keserba-bolehan, memelihara sikap tenang & penger-tian permissive Keamanan, tidak bersifat menilai (menghakimi) dan bersifat “memuji” Berusaha secara tetap untuk menjernihkan penger-tiannya mengenai klien dan mengkomunikasikan pe-ngertian di dalam konteks konseling

9 INTINYA : “APA YANG HENDAK DIUTARAKAN INDI-VIDU INI KEPADA SAYA & BAGAIMANA SAYA DAPAT MENJELASKAN KEPADA-NYA BAHWA SAYA MENGERTI TIDAK HANYA SECARA INTELEKTUAL TETAPI DALAM ARTI EMPATHI.”

10 IDEALNYA TERAPIS FIEDLER (1953) menyatakan bahwa seorang terapis
Mampu berpartisipasi secara penuh dalam perasaan pasien Ulasannya selalu sejalan dengan apa yang ingin disampaikan klien Mampu mengerti perasaan pasien Berusaha sungguh-sungguh untuk mengerti perasaan pasien Selalu mengikuti jalan pikiran dan alur berpikir pasien Nada suaranya menyatakan kemampuan untuk menanggung bersama perasaan pasien Memandang pasien sbg rekan kerja dalam masalah bersama Memperlakukan pasien sebagai sesama (sederajad)

11 IDEALNYA HUBUNGAN ITER - ITEE
DENGAN DEMIKIAN, maka ITER menciptakan & mempertahankan suatu suasana yg membuat ITEE merasa bahwa ia dimengerti dan bahwa ia mengkomunikasikan segala sesuatu tanpa merasa takut dinilai atau dikritik Hubungan demikian memberikan kebebasan pada ITEE untuk berkomunikasi lebih lanjut karena ITEE tidak perlu bersikap defensive Karena ITER memusatkan perhatiannya pada isi komu-nikasi, ITEE dirangsang untuk mempertimbangkan topik lebih dalam dan menjelajahinya secara lengkap dan jujur posisinya Jenis interaksi semacam ini membuat komunikasi terpu-sat secara tajam pada topik yang menjadi perhatian ITER.

12 MOTIVASI EKSTRINSIK Pengembangan MOTIVASI EKSTRINSIK
Apabila ITEE mengamati tujuan tertentu bagi diri-nya dalam wawancara tsb dan dengan demikian dimotivasikan untuk berpartisipasi, sangatlah penting bagi ITEE untuk mengerti dengan jelas : Maksud Wawancara Cara informasi yang ia berikan akan digunakan Secara umum apa yang diharapkan daripadanya selama wawancara berlangsung.

13 MASALAH ETIS DALAM MENYATAKAN MAKSUD WAWANCARA
Sebaiknya maksud wawancara & prosedur pelak-sanaannya disampaikan scr lengkap kpd ITEE KECUALI: Apabila hal itu menyebabkan tidak tercapainya maksud & tujuan wawancara. Dalam hal tsb di atas ITER harus selektif dalam memberikan informasi mengenai maksud & tujuan wawancara TANPA Memberikan informasi yang tidak benar

14 PEDOMAN Berikan informasi tentang maksud & tujuan wawancara selengkap-lengkapnya, bila perlu hanya maksud umum wawancara Jelaskan proses wawancara & apa yang dituntut dari ITEE

15 PERUMUSAN TUJUAN Wawancara merupakan salah satu bagian dari serangkaian kegiatan yang menyeluruh , ARTI-NYA wawancara berlangsung dalam suatu kon-teks atau matriks dan hanya dapat dimengerti dan dilaksanakan dengan berhasil apabila ITER menyadari dan berpegang teguh pada konteks ini. 2 (dua) unsur umum setiap wawancara 1.Maksud & Tujuan umum 2.Penjabaran tujuan umum ke dalam serangkai-an tujuan spesifik

16 Suatu wawancara diprakarsai oleh suatu mak-sud, dalam hal ini adalah salah satu pihak MEM-BUTUHKAN INFO dari pihak lain. Wawancara dianggap EFEKTIF apabila info yang diperlukan BERHASIL DIKUMPULKAN. EFISIENSI wawancara tergantung pada kemam-puan ITER untuk mencegah masuknya hal-hal yang tidak relevan EFEKTIF ----- tujuan-- harapan (kenyataan) EFISIEN------ Input : Output ***JADI, wawancara harus dipusatkan pada isi tujuan yg spesifik

17 Menentukan ISI WAWANCARA
Nyatakan maksud secara lengkap Pikirkan jenis informasi yang harus dida-pat agar maksud tsb pada butir 1 tercapai dan menyatakannya dalam tujuan spesifik 3. Susunlah suatu questioner sedemikian rupa sehingga jawabannya akan meme-nuhi tujuan spesifik pada butir 2

18 MENGEMBANGKAN TUJUAN SPESIFIK
Apabila tujuan spesifik dapat disusun secara tepat, kita akan memperoleh gambaran yang tepat tentang jenis informasi yang diperlukan untuk memenuhi maksud wawancara Tujuan spesifik ini merupakan penghubung antara mak-sud atau masalah yang harus dipecahkan dan pertanyaan yang diajukan, Dengan kata lain, Tujuan “MELIHAT KE DUA ARAH” yaitu ke BELAKANG ke masalah yang harus dipecahkan dan ke DEPAN ke pertanyaan-pertanyaan spesifik yang masih harus dirumuskan. Pengembangan tujuan spesifik tidak tergantung pada penerapan teknik tetapi pada ORISINALITAS, WAWASAN & PENGALAMAN ITER.

19 SUMBER TUJUAN Dari wawasan sendiri dan pengalaman orang lain
Pengalaman khusus & latihan merupakan sum-ber untuk mendapatkan “DUGAAN”, wawasan dan hipotesis Dari literartur professional, yang merupakan sua-tu cara memanfaatkan pengalaman orang lain Dapat pula secara lebih formal kita peroleh “dugaan-dugaan” biasanya dinyatakan sebagai HIPOTESIS ## Kita tidak selalu dapat merumuskan tujuan-tujuan spesifik sebelumnya.Seringkali ITER harus melaksanakan wawancara dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk membuat rencana sebelumnya

20 Menghadapi Keadaan di Luar Rencana, maka ITER harus :
Mengandalkan PENGALAMAN & LATIHAN yang pernah diikutinya Mengandalkan PENGETAHUAN tentang perkembangan ilmu beserta teorinya Mengandalkan DATA ITEE yang dimilikinya

21 PERUMUSAN PERTANYAAN Tujuan-tujuan spesifik dapat dianggap se-bagai usaha merinci informasi yang diper-lukan. JADI, Tujuan Spesifik mengingatkan ITER pada “APA” (informasi) yang diinginkan, BUKAN tentang “BAGAIMANA” mendapat-kannya.

22 KEPUTUSAN DLM PENGAJUAN PERTANYAAN
Masalah yang terdapat dalam pengajuan perta-nyaan seringkali bukan sekedar mengetahui tu-juan wawancara kemudian mengkomunikasikan hal itu kepada ITEE, tetapi ada sejumlah KEPUTUSAN yang harus diambil : Apakah kita dapat bertanya secara langsung Ataukah diperlukan cara-cara tidak langsung Bagaimana merumuskan pertanyaan, agar dapat mengkomunikasikan kepada ITEE apa yang diinginkan

23 ANALISA HASIL INTERVIEW
Sasaran utama Analisa hasil wawancara adalah memenuhi maksud umum yaitu menjawab pertanyaan umum atau meme-cahkan masalah.

24 PERUMUSAN PERTANYAAN FUNGSI :
Menterjemahkan tujuan spesifik ke dalam bentuk yang mudah dikomunikasikan kepada ITEE dengan singkat, efektivitas maksimal Pertanyaan yang disusun dengan baik dapat membantu dan membimbing ITER mengembangkan motivasi ITEE untuk berkomunikasi TUJUAN : Landasan bagi ITER untuk MEMPEROLEH INFO untuk menjawab tujuan wawancara Membantu ITER MEMOTIVASI ITEE berkomuni-kasi secara bebas.

25 CONTOH TOPIK INTERVIEW
Keluhan : “Saya pada saat ini sulit berkonsentrasi dalam belajar” Tujuan Umum : Menggali masalah-masalah yg menyebabkan sulit berkonsentrasi Tujuan Khusus/spesifik : Mengetahui Kebiasaan/Pola belajar Mengetahui Minatnya Mengetahui faktor-faktor psikologis,fisik ybs pada saat sekarang atau pada waktu itu (keadaan kesehatan,mood, kelelahan fisik/psikis yang dialami) Mengetahui sejarah/kapan masalah tsb dialami

26 KEURUTAN PERTANYAAN Sangat tergantung dari apa yang dianggap penting dan hal ini didasarkan pada teori-teori perkembangan (misal: umur) dari penampilan yang terlihat dll.

27 LATIHAN MEMBUAT GUIDANCE INTERVIEW
TOPIK : Motivasi Mahasiswa Kuliah di Prodi (Psikologi, Fikom, Hukum, Teknik, DKV, dll) Tetapkan Tujuan Umum Interview Anda ber-dasarkan topik Tetapkan Tujuan Khusus Interview Anda, agar tujuan umum dapat tercapai. Buatlah Kisi-kisi pertanyaan berdasarkan Tujuan Khusus yang Anda Tetapkan


Download ppt "Pertemuan III: Motivasi & Penyusunan Guidance Interview"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google