Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

DETERMINASI SEX Win Darmanto, Ph.D..

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "DETERMINASI SEX Win Darmanto, Ph.D.."— Transcript presentasi:

1 DETERMINASI SEX Win Darmanto, Ph.D.

2 PERKEMBANGAN GONAD Pada mamalia perkembangan gonad sepenuhnya ditentukan oleh kromosom. Pada non mamalia, perkembangan gonad sering dipengaruhi oleh lingkungan. Contoh Lizards, telur diinkubasi pada temperatur dibawah 25°C, semua berkembang menjadi betina. Jika diatas 32°C akan menjadi jantan.

3 Pada mamalia ditentukan oleh :
Pada Turtles, telur dinkubasi di bawah 28°C semua berkembang jadi jantan dan di atas 31°C semua jadi betina. Pada mamalia ditentukan oleh : Kromosom XX berkembang jadi betina Kromosom XY berkembang jadi jantan Kromsoom Y : membawa gen yang mengkode testis determining factor.

4 Tidak seperti pada Drosophila, kromosom Y pada mamalia merupakan faktor yang sangat menentukan jenis kelamin. Contoh: Seorang dengan kromosom XXXXY, akan jadi Pria, sedangkan individu dengan hanya satu kromosom X (X0) akan berkembangan menjadi perempuan dan membentuk ovari.

5 Proses deferensiasi Gonad
Gonad dibentuk sebagai suatu penebalan pada permukaan ventromedial mesonefrous. Penebalan ini menonjol ke dalam coelom sepanjang anterior posterior disebut sebagai pematang genital. Pematang genital terdiri dari : Mesenkim di bagian dalam dan epithelium di bagian luar bersambungan dengan epithelium mesonefrous.

6 Chromosomal sex determination

7 Embrio 4 mingggu

8 6 minggu

9

10

11 Awal perkembangan proneprous, dari nephrostome

12

13

14 Epithelium pematang genital menebal menjadi epitel germinal (kortek).
Pada saat terbentuk epithel germinal, sel kelamin (berasal dari luar gonad) masuk ke dalam epithel germinal. Epithel germinal pematang gonad berproliferasi ke arah dalam (medula) membentuk pita-pita sex primer. Pada tahap ini gonad masih indeferent, belum bisa dibedakan antara jantan dan betina

15 Pada embrio jantan (XY), pita sex serta bakal sel kelamin berproliferasi, masuk ke dalam jaringan ikat. Pita-pita ini bersambungan membentuk pita-pita sex internal (medula). Pada ujung distal menjadi rete testis. Pita-pita kemudian terlepas dari epithel germinal dan dilapisi oleh tunika albugenia. Pada awalnya pita-pita testis adalah masif, setelah pubertas berkembang menjadi tubuli seminiferous, yang bermuara di ductus eferens.

16 Sel mesenkim diantara pita testis berderensiasi menjadi sel Leydig, dan sel mesenkim di dalam pita testis berdeferensiasi menjadi sel sertoli. Pada betina (XX), bakal sel kelamin berada pada epithelium germinal. Pita sex akan berdegenerasi dan gonad bagian dalam berisi dengan mesenkim dan pembuluh darah.

17 Epithelium germinal atau korteks menebal and sel korteks berkelompok mengelilingi sel kelamin yang selanjutnya menjadi folikel primer dari ovarium. Selama periode deferensiasi sex, embrio baik jantan maupun betina terdapat saluran genital duktus mesonefrous (Ductus Woff) yang akan menjadi Vas deferen pada jantan. Duktus Muller menjadi genital betina.

18 Pada pangkal ekor bagian ventral terdapat penebalan disebut tuberkel genita.
Ductus Muller menjadi saluran genital betina dan tuberkel menjadi klitoris dan labia. Pada embrio XY, deferensiasi gonad menjadi testis diikuti dengan degenerasi ductus Muller. Tuberkel genital menjadi penis dan kantong skrotum.

19 Pada mamalia testis akan berpindah (desendensi) dari rongga perut ke skrotum melalui canalis inguinalis, melalui proses penarikan oleh ligament inguinal (gabernakulum)

20 Skema deferensiasi organ kelamin jantan dan betina

21

22

23

24 Beberapa gen yang berperan dalam deferensiasi sex :
SF1 dan WT1 : merubah genital ridge menjadi “bipotential gonad”. Jika mencit tidak ada gen tersebut gonad tidak akan terbentuk DAX1 dan WNT4a : merubah bipotential gonad menjadi alat kelamin betina. Dalam ovary berkembang sel folikel dan sel theca, kedua menyusun Folikel

25 3. SRY dan SOX 9 : merubah bipotential gonad berkembang menjadi jantan (testis)
4. SF1 : Steroidogenic factor 1 (sebagai transcription factor) Setelah testis terbentuk : berikutnya berkembang (1) Sel sertoli, dengan adanya SF1, menghasilkan anti mullerian hormon (AMH), sehingga Muller degenerasi

26 (2) Sel Leydig, dengan adanya SF1, menghasilkan
(2) Sel Leydig, dengan adanya SF1, menghasilkan testosteron, yang akan dirubah menjadi Dihidrotestosteron (DHT)

27 Skema Peran Beberapa Gen dalam Perkembangan Organ Kelamin

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40 Testosteron dan dehidrotestosteron dependent region pada fetus manusia pria (Gb. 20.10)

41 Estrogen binding region pada otak wanita


Download ppt "DETERMINASI SEX Win Darmanto, Ph.D.."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google