Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehEmma Saiiank Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
SEPTIANA PARAMITHAWATI, 2150405508 UPACARA TRADISI NGUNDHUH SARANG BURUNG WALET DI DESA KARANGBOLONG KECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA
2
Identitas Mahasiswa - NAMA : SEPTIANA PARAMITHAWATI - NIM : 2150405508 - PRODI : Sastra Indonesia - JURUSAN : Bahasa & Sastra Indonesia - FAKULTAS : Bahasa dan Seni - EMAIL : fathin_syafa07 pada domain yahoo.co.id - PEMBIMBING 1 : Drs.Mukh Doyin,M.Si. - PEMBIMBING 2 : Sumartini,S.S.,M.A. - TGL UJIAN : 2010-03-25
3
Judul UPACARA TRADISI NGUNDHUH SARANG BURUNG WALET DI DESA KARANGBOLONG KECAMATAN BUAYAN KABUPATEN KEBUMEN: KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA
4
Abstrak Upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet merupakan upacara selamatan yang dipersembahkan kepada penguasa (dhanyang) Laut Selatan yaitu Nyai Roro Kidul yang dilaksanakan secara kolektif dan turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Upacara ini bertujuan untuk memohon izin dan mendapatkan perlindungan serta hasil yang melimpah dalam pengambilan sarang burung walet yang dilaksanakan setiap empat kali dalam satu tahun (mangsa Karo, mangsa Kapat, mangsa Kepitu, dan mangsa Kesongo). Permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana bentuk dan fungsi dari upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet, serta apa makna simbolik yang terdapat dalam upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet di desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna simbolik dari upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet, serta relevansi antara teks dengan realita yang ada di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet di Desa Karangbolong Kecamatan Buayan Kabupaten Kebumen adalah pendekatan naturalistik dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah dapat diketahuinya bentuk upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet, meliputi tradisi masang janur, selamatan, masang krathilan, larung sesaji, pertunjukan wayang kulit, ketoprak, kuda lumping dan tayuban. Fungsi upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet bagi masyarakat pendukungnya meliputi fungsi religi, fungsi ekonomi, fungsi sosial budaya, fungsi pengembangan wisata budaya dan hiburan, serta fungsi pendidikan. Makna simbolik yang terkandung dalam upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet yaitu sebagai wujud gotong royong, kebersamaan, penghormatan, permohonan keselamatan dan keberkahan rizki yang melimpah, serta rasa syukur kepada para penguasa. Relevansi antara teks dengan realita pelaksanaan upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung Walet terdapat kesesuaian yang hingga saat ini masih dilaksanakan. Saran dalam penelitian ini adalah upacara tradisi Ngundhuh Sarang Burung walet ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan dokumentasi. Bagi Dinas Parsenibud dan DPPKAD bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Kebumen hendaknya lebih memperhatikan, mengembangkan, dan memberikan dukungan terhadap tradisi- tradisi yang ada di Kabupaten Kebumen dengan harapan dapat dijadikan sebagai aset wisata yang berpotensi tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi kepada pemerintah Kabupaten Kebumen.
5
Kata Kunci Folklor, Upacara Tradisi Ngundhuh, Bentuk, Fungsi, dan Makna Simbolik.
6
Referensi Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Asmito. 1988. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Bastomi, Suwaji.1995. Seni dan Budaya Jawa. Semarang: IKIP Semarang Press. Danandjaja, James. 1991. Folklor Indonesia (Ilmu Gosip, dongeng, dan lain-lain). Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Endarwati, Sri. 2000. Persepsi Masyarakat Terhadap Tradisi Tingkeban di Desa Sekaran. Skripsi. FBS. Unnes. Endraswara, Suwardi. 2009. Metodologi Penelitian Folklor (Konsep, Teori, dan Aplikasi). Jakarta: PT. Buku Kita. ------------- 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Herusatoto, Budiono. 2005. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia. http://id.wikipedia.org/wiki/Tradisi diunduh pada 20 November 2009 pukul 20.00 WIB. Khotib, Chusnul. 2007. Tradisi Perang Obor di Desa Tegalsambi Kecamatan tahunan Kabupaten Jepara. Skripsi. FBS Unnes. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. ------------- 1994. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta. ------------- 1997. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta. ------------- 2000. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Maran, Rafael Raga. 2000. Manusia dan Kebudayaan dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitaif. Bandung: Remaja Rosdakarya MPSS, Pudentia. 1998. Metodologi Kajian Tradisi Lisan (Kumpulan Artikel). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Prasetya, Joko Tri. 2004. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Robiyanti. 2005. Tradisi 10 Sura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin di Kabupaten Pati. Skripsi. FBS Unnes. Saleh, Mursid. 2008. 6 Tradisi Besar Penelitian Pendidikan Bahasa. Semarang: Unnes Press. Soekanto, Sarjono. 1991. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sujarno. 2008. Upacara Ngunduh Sarang Burung Walet di Karangbolong (dalam Patrawidya Vol. 9 No. 1. Maret 2008). Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta. Sudikan, Setyo Yuwono. 2001. Metodologi Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana. Suyono, R. P. 2007. Dunia Mistik Orang Jawa (Roh, Ritual, Benda Magis). Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Sztompka, Piotr. 2007. Sosiologi Perubahan Sosial (diterjemahkan oleh Alimandan). Jakarta: Prenada Media Group. Yunarfin, AMR. 2005. Tradisi Padusan di Jimbung Kabupaten Klaten. Skripsi. FBS Unnes. Zwirn, Susan Goetz, and Esther Fusco. 2009. Interdisciplinary literacy unit: transformation of Italian folklore through shadow theater. Pinocchio, Son of Leonardo, Survivor of Vesuvius: a strong body of research supports the common-sense assumption that by teaching interdisciplinary curriculum, concepts become more relevant to students. Childhood Education 85.4. diunduh dari http://find.galegroup.com/gps/infomark.do?&contentSet=IAC108 Documents&type=retrieve&tabID=T002&prodId=IPS&docId=A1 989 31262&source=gale&srcprod=PROF&userGroupName=idunnes&am p;ver sion=1.0 pada tanggal 17 Maret 2010 pukul 11.00 WIB.
7
Terima Kasih http://unnes.ac.id
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.