Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
PROGRAM PENINGKATAN EFISENSI
2
Program Peningkatan Efisiensi internal (PLN)
dalam bentuk : a. Program penurunan susut jaringan distribusi (losses), untuk menekan susut teknis dan susut non-teknis. b. Program SSM (Supply Side Management), untuk penundaan investasi pembangunan sarana ketenagalistrikan baru. c. Efficiency Drive Program (EDP), program untuk mendorong upaya menekan / menghemat biaya investasi dan biaya operasi.
3
PROGRAM PENINGKATAN EFISIENSI
eksternal (Pelanggan / masyarakat) atas prakarsa Pemerintah dan keikutsertaan aktif PLN dalam bentuk : a. Program himbauan penghematan / konservasi penggunaan tenaga listrik PLN, untuk pelanggan agar lebih efektif dan efisien (hemat biaya). b. Program perbaikan Power Factor (cos phi) dengan himbauan memasang kapasitor di sisi pelanggan, untuk pelanggan agar dapat lebih optimal memanfaatkan daya tersambungnya. c. Program DSM (Demand Side Management) dengan himbauan agar menggunakan peralatan listrik di luar waktu beban puncak (LWBP / diluar pk – waktu setempat), bersedia mengoperasikan sumber tenaga listriknya sendiri bagi pelanggan yang memiliki dan sistem kelistrikan PLN dalam kondisi kekurangan daya dan menggunakan lampu / peralatan listrik hemat energi, untuk pelanggan optimalisasi daya tersambungnya dan menghemat biaya.
4
PROGRAM PENINGKATAN EFISIENSI
Program Penurunan Susut Jaringan Distribusi (losses) : a. Susut Teknis Susut teknis jaringan distribusi secara alami akan tetap timbul, artinya tidak bisa dihilangkan sama sekali tetapi ditekan seminimal mungkin karena sifat fisik material yang digunakan pada rangkaian listrik tersebut mempunyai hambatan listrik (disemua penghantar) dan efek arus Eddy (disemua trafo distribusi), dengan susut teknis tetap / fix terjadi pd semua trafo distribusi dan susut teknis sesuai arus beban / variabel terjadi pada semua penghantar yang besarnya sebanding dengan kuadrat arus beban.
5
Susut teknis dapat ditekan seminimal mungkin berdasarkan:
perencanaan / perancangannya (survey, design criteria, detail design, standar / spesifikasi teknik dan design konstruksi), pelaksanaan pembangunannya (pelelangan, pengadaan material, pemasangan / jasa konstruksi dan administrasi pengawasan) dan pengoperasian, pemeliharaan serta pengelolaannya sesuai kondisi system jaringan distribusinya (manajerial, proses bisnis, pengaturan tegangan, pembebanan jaringan, optimalisasi pengoperasian peralatan jaringan, penanganan gangguan dan pemeliharaan berkala / preventif / korektif).
6
Susut teknis dapat terjadi pada masing-masing komponen jaringan distribusi sebagai berikut :
Jaringan Tegangan Menengah (JTM). Gardu Distribusi (GD) / transformator (trafo) distribusi. Jaringan Tegamgan Rendah (JTR). Sambungan Listrik (SL) Pelanggan. Alat Pembatas dan Pengukuran (APP) Pelanggan.
7
Potensi penyebab terjadinya susut teknis pada jaringan distribusi adalah sebagai berikut :
Beban antar fasa tidak seimbang pada SL / JTR / GD / JTM, terjadi arus bocor ketanah. Penghantar JTM / JTR / SL terlalu panjang sesuai lengan beban, terjadi voltage drop. Penampang penghantar JTM / JTR / SL kecil dibanding beban, terjadi thermal loss. Jenis material penghantar JTM / JTR / SL hambatannya tinggi terhadap arus beban, terjadi voltage drop. Koneksitas terganggu / konektor jelek pada SL / JTR / GD (pada panel pembagi jurusan) / JTM, terjadi thermal loss. Power factor system TR dan TM rendah, terjadi ketidakefisienan asset. Trafo distrbusi diluar batas faktor utilisasi optimumnya /overload, terjadi rugi tembaga dan rugi besi. Kapasitas rangkaian listrik APP (kWh meter dan MCB) terlampaui (coil pada kWh meter jenis induksi elektromaknetik dan MCB thermal relay), terjadi rugi tembaga dan rugi besi.
8
Upaya yg dilaksanakan untuk menekan susut teknis dengan perhitungan sebesar 7,33% (2005) adalah :
Pengaturan tegangan pasokan listrik sesuai standar tegangan pelayanan, Pengaturan pembebanan jaringan distribusi yang memasok pelanggan sesuai standar penyempurnaan pengawatan APP dan perbaikan / penggantian CT pengukuran . Penggantian trafo distribusi (dengan kapasitas yang lebih besar) yang telah melampaui factor utilisasi / berbeban. Pemasangan GD sisipan bila dengan cara pengaturan pembebanan. Penggantian penghantar JTM / JTR / SL (dengan luas penampang yang lebih besar atau jenis logam penghantar yang lebih baik). Pengembangan jaringan distribusi baru (penambahan penyulang / JTM, pembentukan system radial / loop / interkoneksi, penambahan GD. Pemasangan kapasitor di jaringan distribusi PLN untuk meningkatkan power factor (cos phi). Pemasangan GI sisipan / baru.
9
b. Susut Non-teknis Susut non-teknis yang terjadi pada jaringan distribusi lebih banyak disebabkan oleh factor manusia dalam bentuk penggunaan listrik tidak sah (ilegal) oleh pelanggan dan non-pelanggan serta adanya kesalahan administrasi pelanggan, pembacaan meter dan wiring APP, yaitu dengan tidak mematuhi / memahami syarat-syarat / ketentuan / peraturan yang berlaku tentang penyambungan listrik PLN.
10
Potensi penyebab terjadinya susut non-teknis pada jaringan distribusi (JTM, GD, JTR, SL dan APP) adalah sebagai berikut : Penggunaan tenaga listrik oleh pelanggan dengan mempengaruhi / merusak SL / APP PLN atau kWh meter tidak ada. Penggunaan tenaga listrik oleh non-pelanggan dengan melakukan penyambungan sendiri ke jaringan listrik PLN /(PJU) secara tidak terdaftar / liar / menyala siang hari / pemborosan. Perhitungan kWh tagihan susulan belum tuntas, kedapatan oleh regu P2TL karena menggunakan tenaga listrik tidak sah. Meter kWh tidak berfungsi baik karena kesalahan pabrikasi . Kesalahan pembacaan meter pemakaian tenaga listrik oleh petugas baca meter. Kesalahan administrasi tata usaha pelanggan (TUL) Kesalahan data induk pelanggan (DIL) karena tidak diperbarui sesuai kondisi terkini. Kesalahan pengawatan APP / factor kali, sehingga pemakaian tidak terukur dengan sebenarnya.
11
Upaya yang dilaksanakan untuk menekan susut non-teknis dengan perhitungan sebesar 0,22% (2005 )adalah : Pelaksanaan pemeriksaan berkala maupun insidentil terhadap APP pelanggan potensial dan instalasi PLN. Pelaksanaan Penertiban Penggunaan Tenaga Listrik (P2TL) lebih diintensifkan dengan melakukan kerjasama pihak aparat hukum (Kepolisian dan Kejaksaan) maupun dengan pihak Pemda setempat. Penataan manajemen baca meter dengan pola outsourcing berdasarkan kesepakatan adanya kewajiban dan sanksi bila terjadi kesalahan baca meter. Pemasangan kWh meter elektronik yang mempunyai kemampuan menyimpan data histories operasional dan fungsi telemetering, telesignalling serta telecontrol secara bertahap dimulai dari pelanggan potensial / besar. Pelaksanaan survey penataan data pelanggan dan jaringan untuk update database DIL dan DIJ berbasis computer / TI.
12
Program Supply Side Management (SSM).
Dalam upaya melayani permintaan calon/pelanggan terhadap kebutuhan tenaga listrik dan sekaligus untuk efisiensi pembelian tenaga listrik untuk menginvestasi sarana ketenagalistrikan baru, maka Program Supply Side Management (SSM) menjadi salah satu solusi jangka pendek / darurat guna menunda kekurangan cadangan daya untuk memenuhi kebutuhan listrik pada saat beban puncak, yaitu dengan melakukan optimasi penggunaan pembangkit tenaga listrik yang ada dan pemanfaatan captive power baik milik pelanggan (access power) maupun milik non-pelanggan (swasta, koperasi dan badan usaha lainnya). Potensi captive power dengan status utama status dan status darurat. Upaya yang dilakukan PLN dalam melaksanakan program ini, memanfaatkan embeded generator PLTA, program pembangkit skala kecil, Sewa genset. Tambahan pembangkit skala kecil .
13
Efficiency Drive Program (EDP):
program untuk mendorong upaya menekan / menghemat biaya investasi dan biaya operasi dengan mengoptimalkan sumber daya perusahaan yang ada, sehingga didapatkan net saving berupa net gain dari penghematan yang dilakukan. Penghematan / efisiensi (DEP) dapat dilakukan : OPEX (OPERATING EXPENDITUR) : penekanan susut, peningkatan pendapatan, penekanan biaya pembelian tenaga listrik, penekanan SFC genset milik sendiri, penekanan umur piutang, penekanan tenaga listrik tidak terjual dengan online maintenance dan penekanan gangguan, percepatan penagihan, swakelola pekerjaan, program DSM, pekerjaan pihak ketiga, penekanan biaya cetak rekening dan PPJ, pendapatan dari invoice, dll. CAPEX (CAPITAL EXPENDITUR) : rekondisi / modifikasi material, manajemen / mutasi trafo, pemanfaatan asset, modifikasi standar konstruksi / inovasi design, dll. SUPEX (SUPPORT EXPENDITUR): penekanan biaya outsourcing, penekanan biaya non pegawai, dll.
14
Demand Side Management (DSM)
Program penerapan Demand Side Management kepada pelanggan dimaksudkan untuk mengenda likan pertumbuhan permintaan tenaga listrik dgn cara mengendalikan beban puncak, pembatasan sementara sambungan baru terutama didaerah kritis dan sangat mempengaruhi naiknya beban puncak serta langkah2 lainnya disisi pelanggan.
15
Salah satu program DSM adalah menganjurkan pelanggan memakai lampu hemat energi.
Hal ini dimaksudkan sebagai kontrol beban distribusi pada sektor rumah tangga tarif R1, akan didapatkan pengurangan kapasitas pembangkit yang dibutuhkan , khususnya pada WBP (Waktu Beban Puncak) tanpa mengurangi kebutuhan pelanggan atau dengan kapasitas pembangkit yang sama dapat melayani lebih banyak konsumen, serta didapatkan penghematan daya yang dpt digunakan utk menunda pembangunan pembangkit baru yg memerlukan biaya yg mahal.
16
Kebutuhan energi listrik yang cukup besar
Kebutuhan energi listrik yang cukup besar. Dan laju pertumbuhan rata-rata per tahun misalnya di Jawa Timur (1995 – 2004) yaitu : laju pertumbuhan rata-rata pelanggan sebesar 6,2% per tahun, laju pertumbuhan rata-rata daya tersambung sebesar 6,5% per tahun, dan laju pertumbuhan rata-rata konsumsi energi listrik sebesar 7,6% per tahun.
17
Perbandingan Pembuatan Pembangkit Baru dengan Lampu Hemat Energi :
(1). Dengan mengambil contoh pembuatan pembangkit jenis pembangkit PLTU Gas dan Minyak Dengan kriteria data : Kapasitas terpasang : 2 x MW. Biaya Dasar : $/KW. Biaya kapasitas total : $/KW Lama Pembangunan : Tahun. Sehingga dapat di hitung biaya pembangunan pembangkit PLTU Gas dan Minyak (asumsi harga dolar dipatok Rp.7000,00 /US$) : Biaya pembangunan per KW = (Rp/kW) Biaya pembangunan Total = Biaya /kW xTotal Daya Terpasang = Rp. 3,3712 trilyun.
18
(2). Dengan asumsi penggunakan lampu hemat energi
Life time : jam (asumsi berjalan normal) Pemakaian Rata-rata : 7 jam perhari Pemasangan lampu baru setelah : 3 tahun Harga lampu konstan. Kapasitas penghematan daya tiap lampu = 40 W – 9 W = 31 W/lampu. Jumlah lampu yang dibutuhkan sampai kapasitas 2 x 400 MW = buah lampu. Biaya yang diperlukan untuk lampu sebesar = Rp. 0, Trilyun. Jadi dengan kapasitas daya yang sama, diperoleh selisih biaya : Rp. 2,49378 Triliun
19
b. Perbandingan Lampu Hemat Energi dengan Lampu Pijar
Data pelanggan sektor rumah tangga tahun 2004 sebagaimana tabel dibawah KELOMPOK TARIF, JUMLAH DAN ENERGY SALES PELANGGAN TAHUN 2004 Kelompok Pelanggan Pelanggan Tersambung Energi Terjual (MWh) R-1 R-2 44.946 R-3 6.886 Total
20
Perbandingan lampu hemat energi dengan lampu biasa dengan asumsi kuat cahaya yang sama, umur lampu masing-masing dan pada periode yang sama sebagaimana perhitungan pada tabel dibawah ini. Uraian Lampu Biasa Lampu Hemat Energi Pemakaian Listrik 40 Watt 9 Watt Umur Lampu 1000 Jam 8000 Jam Jumlah Lampu 8 1 Harga Lampu Rp 2.500,- Rp ,- Rp ,- Pemakaian Listrk Selama 8000 Jam 320 kWh 72 kWh Harga kWh yg harus dibayar selama 8000 jam (Tarif R1= Rp 495,-/kWh pemakaian kWh > 60 kWh) Rp ,- Rp ,- Total Biaya Rp ,- Rp ,-
21
Dengan beberapa asumsi penggunaan dan harga lampu serta tingkat bunga, perhitungan secara ekonomi di dapat : Biaya yang di keluarkan pembelian lampu selama 3 tahun : - Lampu hemat energi : Rp ,- - Lampu biasa : Rp ,- Total keuntungan (NPV) = Rp atau 34,19 % dari penggunaan lampu biasa. Keuntungan yang diperoleh pelanggan dengan memakai lampu hemat energi = Rp 109,196,- dari total biaya yang dikeluarkan selama jam menyala. Keuntungan yang dapat di peroleh PLN adalah pengurangan pemakaian pada WBP atau dengan kapasitas yang sama dapat melayani lebih banyak konsumen, serta penghematan biaya operasional pembangkitan pada WBP.
22
Program peningkatan efisiensi internal meliputi :
KESIMPULAN Peningkatan efisiensi listrik di PT. PLN (Persero) dapat dilaksanakan dengan program secara internal (PLN) dan program secara eksternal (pelanggan / masyarakat). Program peningkatan efisiensi internal meliputi : Penurunan susut jaringan distribusi (losses) teknis dan non-teknis. Pelaksanaan program Supply Side Management (SSM). Pelaksanaan Efficiency Drive Program (EDP). Program peningkatan efisiensi eksternal meliputi Program DSM (Demand Side Management) berupa sosialisasi kepada masyarakat agar menggunakan listrik secara efektif dan efisien (hemat biaya) dengan menggunakan capasitor atau lampu hemat energi dan sesuai jadwal kebutuhan serta upaya menghindari penggunaan listrik pada beban puncak (pk – waktu setempat).
23
Dengan program peningkatan efisiensi internal dan eksternal diatas, manfaat bagi PLN adalah menekan kerugian bagi pemakaian tenaga listrik yang tidak disubsidi dan harga jual rata-rata tarif-nya lebih kecil dari HPP, menekan susut teknis dan optimalisasi pemanfaatan asset, perbaikan Load Factor, menekan beban puncak / penundaan biaya investasi pembangunan sarana ketenagalistrikan baru dan peningkatan pemasaran yang biaya investasiya cukup besar. Dengan program peningkatan efisiensi eksternal diatas, manfaat bagi pelanggan adalah upaya penjelasan guna menekan biaya / penghematan penggunaan tenaga listrik dari PLN dengan kebutuhan yang sama kerugian bagi pemakaian tenaga listrik yang tidak disubsidi dan harga jual rata-rata tarif.
24
WASSALAM
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.