Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehHamdani Pencari Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
SISTEM KEPERCAYAAN MASYARAKAT PRIMITIF
Disusun oleh : Yuninda Rahendini Ratnasari Dwi Pratiwi Rizka Lufitaningtyas Chorina Puspita Dewi Nikita Yenya Rizky Rizky Amelia Karina Rahma Oktaviani Tri Wahyuni Ambarwati
2
Pengertian Masyarakat Primitif
Istilah “primitif” yaitu pra-literate, non-literate, archaic, dan sebagainya. Dalam artian bahwa sesuatu yang primitif itu sesuatu yang kuno, sudah ketinggalan zaman, prasejarah. Pengertian seperti ini kebanyakan dikemukakan oleh para ahli antropologi pada abad ke-19. Mereka menempatkan manusia primitif pada skala yang sangat rendah dari perkembangan kebudayaan manusia kontemporer. Bagi Spencer, orang primitif itu rasional. Sekalipun pengetahuannya sedikit dan lemah, namun pandangan-pandangannya masuk akal.
3
Pengertian Agama atau Sistem Kepercayaan Masyarakat Primitif
Agama adalah suatu ketetapan yang dibuat oleh Tuhan Yang Maha Esa secara mutlak atau tanpa adanya campur tangan siapa saja. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) kata primitif yaitu keadaan yg sangat sederhana; belum maju (tt peradaban; terbelakang): kebudayaan. Berdasarkan indikasi tertentu yang menunjukkan adanya karakteristik sebagai manusia primitif, bisa dilihat dari prilaku, pandangan, ataupun tradisi yang masih primitif sebagai contoh pada umumnya orang primitif tidak bisa menciptakan elektonik yang serba canggih, sehingga menganggap itu sebuah benda yang sangat keramat.
4
Banyak kita jumpai sistem ritus, kepercayaan dan etika-etika manusia primitif misalnya, dinamisme, fetitisme, dan lain-lain yang dimana kesemuanya itu merupakan nama-nama ilmiah bagi suatu jenis keagamaan, agama primitif sendiri tidak mengenal adanaya isme-isme, kecuali orang yang memeluk agama Islam, ia akan menyebut dirirnya muslim, sedangkan orang primitif tidak mengenal apakah dirinya animisme, dinamisme atau sebagainya. Dalam hal ini manusia primitif adalah sekelompok masyarakat yang memiliki ciri dan karakteristik yang mempunyai isme-isme, praktek, dan tradisi tertentu yang dianut dan diyakininya. Seperti adanya kepercayaan terhadap mahluk-mahluk halus dan pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, atau melakukan ritual tertentu terhadap benda-benda yang dianggap keramat dan dipercaya memiliki kekuatan gaib.
5
Maka dengan adanya hal semacam ini timbulah adanya upacara bersaji atau sesajen pada masyarakat primitif, seperti halnya upacara bersaji dimana bersaji ini merupakan suatu keyakinan dan sudah menjadi doktrin, karena kegiatan ini merupakan perwujudan dari agama. Yang memiliki fungsi sosial untuk mengintensifkan solidaritas masyarakat yang ditujukan pada Dewa melalui adanya korban binatang misalnya, yang dalam hal ini darahnya disajikan untuk para Dewa, sedangkan dagingnya untuk kita. Dalam hal ini sangat bertentangan dengan ajaran islam karena mereka meminta pertolongan kepada selain Allah. Namun adat-adat semacam ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat primitif didaerah tersebut, walaupun mempunyai dampak positif terhadap kehidupan bermasyarakat.
6
Setelah melihat uraian diatas dapat dikatakan bahwa masyarakat primitif berpadangan bahwa dunia dan alam sekitarnya bukanlah objek sebagai subjek, lain halnya dengan masyarakat modern memandang dirinya sebagai subjek sedangkan alam sebagai objeknya. Akibat dari tidak bisanya membedakan antara subjek dan objek antara manusia dan alam sektarnya, akhirnya masyarakat primitif memandang sakrala terhadap sesuatu yang dapat menimbulkan manfaat, kebaikan dan bencana, sebagai contoh apabila ada yang sakit mereka lebih mempercayai dukun dari pada dokter. Agama-agama primitif meskipun disana sini bersifat sinkretis (antara dua aliran), pada hakekatnya sangat berbeda-beda karena telah bercampurnya bebagai unsur
7
Ciri-ciri Keagamaan atau Sistem Kepercayaan Masyarakat Primitif
1.Pandangan tentang Alam Semesta Masyarakat primitif mengangap bahwa alam adalah sebagai subjek, dalam artian bahwa alam seakan-akan mempunyai jiwa, makhluk yang berpribadi dan menempatkan alam sebagai subjek atau “personal”. 2. Mudah mensakralkan objek tertentu Masyarakat primitif mempunyai ciri yakni mudah mensakralkan objek tertentu, dalam artian memandang sakral pada suatu yang menurut mereka mengandung kemanfaatan, kebaikan, bencana.
8
3.Sikap Hidup yang Serba Magis
Ciri –ciri masyarakat primitif yakni masyarakat dalam kehidupnya itu selalu dihubungkan dengan hal-hal “gaib”. Ada hal-hal tertentu saja yang terjadi, masyarakat primitif langsung menghubingkannya dengan sesuatu hal yang magis. 4.Hidup Penuh dengan Upacara Keagamaan Masyarakat primitif itu hidup penuh dengan upacara keagamaan, sebagai contoh ketika musim panen tiba mereka menyediakan sesaji-sesaji yang diperuntukan Dewi Sri tersebut sebagai tanda berterimakasih kepada dewi sri atas keberhasilan panen misalnya.
9
Agama atau Sistem Kepercayaan yang Dianut Masyarakat Primitif
Pada dasarnya agama primitif mempunyai dua asal-usul yaitu : Pertama suatu ajaran yang bersumber langsung dari Tuhan yang berupa wahyu yang kemudian diturunkan kepada manusia, yeng terbuktu dengan diturunkannya Adam kedunia, namun terjadi penyelewengan agama oleh para pemeluknya. Sehingga agama yang pada dasarnya monotheisme menjadi politeisme dan bahkan animisme. Muka oleh sebab itu Tuhan menurunkan kembali utusannya guna meluruskan penyelewengan tersebut. Kedua agama bersumber pada kajian antropologis, sosiologis, histories, dan psikologis, karena agama merupakan suatu fenomena sosial ataupun spiritual yang mengalami evolusi dari bentuk yang sederhana , biasa disebut dengan agama primitif, kepada bentuk yang sempurna.
10
Kepercayaan pada roh nenek moyang
Bentuk-bentuk perkembangan kepercayaan yang dimulai dari kepercayaan purba hingga mutakhir : Kepercayaan pada roh nenek moyang Kepercayaan pada roh nenek moyang adalah bentuk kepercayaan masyarakat Indonesia tertua. Kepercayaan ini diduga mulai muncul ketika masyarakat Indonesia masih mengandalkan kehidupan berburu, mengumpulkan serta meramu makanan. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan masyarakat Indonesia dipimpin oleh kepala suku yang dipilih menurut sistem primus interpares. Kepala suku dipilih karena memiliki keunggulan, misalkan ahli berburu dan kuat dalam melindungi kelompoknya. Ketika pemimpin tersebut wafat maka anggota-anggota masyarakatnya percaya bahwa walaupun sosok pemimpin tersebut telah mati, roh menggerakan pemimpin suku tersebut akan terus ada dan tetap melindungi kelompoknya. Oleh karenanya roh atau jiwa pemimpin tersebut tetap dihormati dan dipuja-puja.
11
Animisme Animisme adalah kelanjutan perubahan secara perlahan (evolusi) dari kepercayaan kepada roh nenek moyang. Kepercayaan ini berasal dari perkembangan berfikir manusia purba dalam memahami sebab-musabab gejala-gejala alam yang terjadi di sekitarnya seiring dengan perkembangan daya berfikir manusia purba dalam memikirkan asal usul gejala-gejala alam seperti hujan, panas, gunung meletus, gempa bumi, tumbuh-tumbuhan, angin dan lain sebagainya. Pada masa sekarang animisme masih sangat melekat dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di desa. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan manusia Indonesia sekarang dalam memahami fenomena alam secara rasional-ilmiah. Kepercayaan-kepercayaan terebut akhirnya masih bertahan ditengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
12
Dinamisme Dinamisme adalah paham atau kepercayaan bahwa pada benda-benda tertentu baik benda hidup atau mati bahkan juga benda-benda ciptaan (seperti tombak dan keris) mempunyai kekuatan gaib dan dianggap bersifat suci. Benda suci itu mempunyai sifat yang luar biasa (karena kebaikan atau keburukannya) sehingga dapat memancarkan pengaruh baik atau buruk kepada manusia dan dunia sekitarnya. Bagi manusia yang memiliki suatu benda yang diyakini berkekuataan gaib dan dianggap suci ini akan dapat dianggap memiliki keunggulan ataupun keburukan tertentu. Dengan demikian, dinamisme dapat dikatakan lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia yang kemudian membutuhkan objek lainnya untuk menguatkannya.
13
Monoisme Pada perkembangan kecanggihan berfikir manusia selanjutnya manusia mulai beranggapan bahwa dewa-dewa yang bersusun secara hirarkis tersebut pada hakikatnya hanya merupakan penjelaan satu dewa saja, yaitu dewa tertinggi. Keyakinan itu kemudian berkembang tentang adanya satu Tuhan atau Tuhan Yang Maha Esa dan mulai munculah kepercayaan-kepercayaan yang bersifat monoisme atau monoteisme sebagai tingkat terakhir dalam evolusi kepercayaan manusia. Politeisme Politeisme ialah mengandung kepercayaan kepada dewa-dewa. Dewa-dewa dalam politeisme talah mempunyai tugas-tugas tertentu. Tujuan beragama dalam politeisme bukan hanya memberi sesajen atau persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang bersangkutan.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.