Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
Diterbitkan olehAnto Jaka Telah diubah "9 tahun yang lalu
1
Kesehatan Kerja Dasar (TEMU 1-6 ) dr.Farid Budiman MSc
Definisi dan Ruang Lingkup
2
Definisi: Konvensi ILO&WHO.Geneva 1959
Adalah kondisi kesehatan tenaga kerja yang optimal,sehat kondisi fisik ,jiwa dan sosial-ekonomi serta dapat beradaptasi terhadap beban kerja dan lingkungan kerjanya ( prinsip ergonomi ) Temu : 1 Suma,mur PK .Kesehatan dan Keselamatan Kerja,Gunung Agung 1980
3
Prinsip Ergonomi kesehatan kerja
Adaptasi” Man fit to the job –job fit to the man “ -Dasar dari program “ seleksi awal penerimaan tenaga kerja di sektor industri” -prinsip ergonomi : “man –machine system” -konsep baru dari preventive medicine -pedoman aman bekerja : * Nilai Ambang Batas ( NAB ) lingkungan kerja * Nilai batas Aman Pemaparan Kerja(NAPK), /Heath Base Occupational Exposure Limit ( HBOEL ) sebagai indikator biologi tenaga kerja Temu : 1
4
Ruang Lingkup temu : 1 Kedokteran Pencegahan (Preventive Medicine )
- Promosi Kesehatan - Pencegahan penyakit oleh pekerjaan - Promp treatment - Rehabilitasi Kesehatan Kerja
5
PROMOSI KESEHATAN KERJA temu : 1
Program promosi kesehatan - Meningkatkan gisi kerja - Meningkatkan kebugaran kerja - Meningkatkan kesehatan jiwa - Meningkatkan pengetahuan dan sikap sehat dan aman kerja
6
PENCEGAHAN PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 1
Program pencegahan penyakit - menurunkan resiko penyakit oleh pekerjaan dengan teknologi pengendalian linkungan kerja ( higene industri ) - Menurunkan resiko penyakit dengan pemantauan kesehatan tenaga kerja ( pemeriksaan kesehatan: awal,berkala dan khusus pada tenaga kerja ) - Pelatihan tenaga kerja untuk meningkatkan sikap kerja sehat dan aman bekerja. - riset kesehatan kerja
7
PROMP TREATMENT temu : 1 Pengobatan penyakit okupasi
- pendekatan kuratif klinis dalam bidang kedokteran okupasi - promp treatment sesuai diagnosa penyakit okupasi murni - medikamentosa,non medikamantosa
8
REHABILITASI KESEHATAN KERJA temu : 1
- rehabilitasi medis - rehabilitasi sosial - rehabilitasi okupasi
9
PERUNDANG-UNDANGAN temu : 2
UU No 1 Tahun 1970 ,tentang Keselamatan Kerja * untuk mencapai kesejahteraan hidup,meningkatkan produksi dan produktivitas nasional * perlindungan tenaga kerja, - Perlindungan orang lain di tempat kerja - pengawasan alat dan lingkungan kerja agar dapat dipakai secara aman - Program jaminan sosial tenaga kerja
10
UU No,1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja temu : 2
Penyakit Akibat Kerja ( PAK ) - Lampiran 1 Keputusan Menaker Transkop No 116/ Kep – Men/1977,PAK adalah Kecelakaan Kerja - Pasal 8 UU No,1 TH ’70,Peraturan Menteri No.02/Per-Men/1980 tentang prosedur penegakan diagnosa PAK oleh dokter pemeriksa kesehatan tenaga kerja - Seleksi awal masuk kerja dan pemantauan kesehatan tenaga kerja awal,berkala dan khusus
11
PEKERJAAN DAN RESIKO PENYAKIT temu : 2
12
PEKERJAAN DAN RESIKO PENYAKIT temu : 2
13
KEBOLEHAN TENAGA KERJA temu : 2
14
RESIKO GANGGUAN KESEHATAN TENAGA KERJA temu ; 2
15
RESIKO GANGGUAN KESEHATAN TENAGA KERJA temu : 3
16
RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3
GANGGUAN KESEHATAN DINI - gejala penyakit tidak spesifik (prodromal) - sifat penyakit reversibel - Indikator Biologis = atau > NAPK ( Nilai Aman Pemaparan Kerja ) / Health Base Occupational Exposure Limit ( HBOEL ) - diagnosa gangguan kesehatan dini kadang- kadang ditemui pada pemeriksaan kesehatan berkala pada tenaga kerja
17
RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3
PENYAKIT HUBUNGAN KERJA ( WORK RELATED DISEASES ) - etiologi penyakit multikausal ( oleh faktor industri & non industri ) - diagnosa penyakit sulit - gejala penyakit tidak spesifik - indikator biologis multikompleks NAPK/HBOEL disertai gangguan nilai indikator patologi klinik lainnya - morbititas tinggi dinegara berkembang - dibawah penanganan multidisiplin profesi - misal : anemia defisiensi Fe di sektor perkebunan, silikotuberkulosis
18
RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3
PENYAKIT AKIBAT KERJA ( OCCUPATIONAL DISEASES ) - gejala penyakit spesifik ( patognomonis ) - sifat penyakit reversibel atau ireversibel - indikator biologis > NAPK / HBOEL - ditemui pada pemeriksaan kesehatan khusus pada tenaga kerja - dibawah penanganan kedokteran okupasi - morbiditas penyakit menurun dinegara berpenghasilan tinggi,jarang ditemui dinegara berkembang
19
RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3
PENYAKIT AGREGASI KERJA /WORK AGGRAGETED DISEASES - etiologi penyakit berasal dari penyakit penyerta / penyakit bawaan - gejala penyakit semula menjadi ganas oleh faktor pekerjaan - misal : dermatitis ecema,status asmaticus tuberkulosilikosis - morbiditas penyakit tinggi di negara berkembang
20
RESIKO PENYAKIT OLEH PEKERJAAN temu : 3
STRES KERJA - Penyakit Manajerial ( Managerial – Diseases ) : Neurosis,psikosomatik - Penyakit Kebosanan : pekerjaan - monotoni , status kerja statis - Stres sosial-ekonomi : tekanan psikis sosial kelompok kerja & atasan, upah kerja rendah
21
BEBAN KERJA OKUPASI temu : 4
BEBAN KERJA FISIK - cara kerja - beban mekanik - lama kerja - lama istirahat
22
BEBAN KERJA OKUPASI temu : 4
FAKTOR LINGKUNGAN KERJA - Faktor Lingkungan Kerja Fisik - Faktor Lingkungan Kerja Kimia - Faktor Lingungan Kerja Biologi - Faktor Lingkungan Kerja Psikologi - Faktor Lingkungan Kerja Ergonomi
23
Pemaparan faktor lingkungan kerja fisik temu : 4
- pemaparan iklim kerja panas&dingin - pemaparan kebisingan & getaran - pemaparan sinar tidak mengion - pemaran sinar mengion pemaparan - pemaparan gelombang elektro magnetik
24
Pemaparan faktor lingkungan kerja kimia temu : 4
- bahan kimia iritan - bahan kimia asfiksian - bahan kimia narkotik - bahan kimia partikel - bahan kimia karsinogen - bahan kimia mutagen
25
Pemaparan faktor lingkungan kerja biologis temu : 4
- kuman : Anthks, tuberkulosis - parasit : Ascaris ,ankilostomum, malaria, - jamur : kandida,aspergilus - virus : Transmitted sexual diseases (HIV, Lues/ venerial diseases),H5NI
26
Pemaparan Lingkungan Kerja Faktor Psikologis temu : 4
- tanggung jawab okupasi pada para manajer - Cara kerja monotoni pada pekerja asembling / sistem ban berjalan - tekanan psikologis antar karyawan/ kecemburuan profesi,atau tekanan oleh manjemen atasan
27
Pemaparan lingkungan kerja faktor faal kerja/ergonomi temu : 4
- Man-machine system (ukuran mesin <--- ukuran tubuh tenaga kerja ) - beban kerja mekanik - sikap / cara kerja - waktu istirahat - shift kerja ( ritme sirkadian )
28
Pengaruh pemaparan iklim kerja panas temu : 5
- Tekanan Panas ( Heat Stress ) - NAB : > ISBB – Indeks Suhu Bola Basah - gejala: kepanasan (merasa tidak nyaman,pengeluaran keringat meningkat tinggi untuk belum beraklimatisasi ),suhu tubuh meningkat- turun setelah berkeringat (deep core temp ) miliaria , keringat buntet - termoregulator tubuh : berfungsi normal - Terapi : minum cairan elektrolit
29
Pengaruh iklim kerja panas temu : 5
Kejang Panas ( Heat Cramps ) NAB :> ISBB Gejala - kejang pada otot-otot tungkai - dehidrasi,terutama kekurangan Ca tetani - suhu tubuh tergantung aklimatisasi Termoregulator tubuhberfungsi normal Terapi ,berikan cairan elektrolit + Calcium
30
Pengaruh iklim kerja panas temu : 5
Pukulan Panas ( Heat Stroke ) NAB : > ISBB Gejala : . dehidrasi . hipertermia ( suhu tubuh tinggi ) Termoregulator : tidak berfungsi Terapi : pindahkan ke tempat bersu hu dingin
31
Pengaruh pemaparan kebisingan temu : 5
Tinitus ( telinga berdenging ) & Gangguan Komunikasi Berbicara NAB Lingkungan Kerja > 85 dBA, Audiometri normal Gejala : . gejala awal dari penurunan intensitas(atenuasi ) pendengaran .harus dibedakan dengan oleh pengaruh non okupasi Sifat :. reversibel/tidak permanen . merupakan gejala prodromal dari gangguan kesehatan dini . Sering ditemukan pada pemeriksaan kesehatan awal tenaga kerja terpapar kebisingan
32
Pengaruh pemaparan kebisingan temu : 5
Tuli Perseptif Sementara ( Temporary Threshold Shift / TTS ) NAB Lingkungan Kerja : > 85 dBA Audiometri : atenuasi > 10 db pada frekuensi suara Hz ( gambar : 1 ) Reversibel - pulih setelah beristirahat /tanpa pemaparan kebisingan selama 3x24 jam
33
Pengaruh Pemaparan Kebisingan temu : 5
Tuli Perseptif Permanen (Permanent Threshold Shift / PTS ) NAB Lingkungan Kerja: > 85 dBA Audiometri :atenuasi> 10db kurva audiometri pada frekuensi Hz ( gambar : 2 ) Sifat gangguan ireversibel- tidak dapat pulih kembali setelah tidak terpapar kebisingan selama 3x 24jam
34
Audiogram penurunan penurunan daya dengar temu : 5 (Dan Petersen, Techniques of safety management,Mc Graw Hill Kogakusha ) Tingkat penurunan daya dengar ( decibel ) ( dB ) normal > ( dB ) gangguan ringan >40 – 60 ( dB ) gangguan moderate >60– 120( dB ) gangguan berat
35
KURVA AUDIOGRAM PENURUNAN DAYA DENGAR OLEH PEMAPARAN KEBISINGAN temu : 5 ( SUMBER DAN PETERSEN,Techniques of safety management )` -10 kanan 40 60 kiri 100 120
36
Kurva penurunan pendengaran oleh gangguan konduktif telinga tengah ( sumber Petersen,Techniques of safety management ) -10 20 40 60 80 100 120
37
Kurva penurunan daya dengar oleh trauma akustik Temu : 5 (sumber : Petersen,Techniques of safety management ) -10 20 40 60 80 100 120
38
KLASIFIKASI TULI KOMUNIKASI BICARA temu : 5
No klsifikasi kehilangan komunikasi bicara kemampuan mendengar I normal < 15 decibel normal II hampir >15dB , < 25 dB tidak ada kesulitan normal mendengar pembicaraan pada 20 feet ( 6m) III Gangguan > 25 dB, < 40 dB Kesulitan berkomunikasi ringan bicara pada jarak 5feet IV Gangguan > 40 dB , < 65 dB Kesulitan berkomunikasi moderate bicara pada jarak 5 feet V Gangguan > 65 dB, < 75 dB Kesulitan mendengar berat teriakan pada jarak 5 feet VI Hampir tuli > 75 dB, < 85 dB Kesulitan mendengar teriakan pada jarak kurang dari 5 feet VII Tuli total > 85 dB Tidak mendengar apapun
39
Pengaruh lain pemaparan kebisingan temu : 5
- fisiologis, perubahan tekanan darah dan frekuensi denyut nadi - psikologis ,gangguan kenyamanan ( subyektif )
40
BATAS WAKTU KERJA DILINGKUNGAN KERJA BISING ( Sumber Dan Pettersen,Techniques of,Safety Management )
DESIBEL BATAS WAKTU KERJA YANG DIPERKENANKAN JAM/HARI ,, ,, ,, ,, , ,, ,, , ,, ,25 ,,
41
Pemaparan getaran/vibrasi temu : 6
- komponen yang berpengaruh terhadap tubuh ole4h pemaparan getaran adalah percepatan dan lamanya pemaparan - efek terhadap tubuh :efek vertikal , segmental dan resultante efek vertikal dan segmental _ Efek vertikal - belum dilaporkan _ Efek segmental “ Hand Arm(vibration)Syndrome (HAVS) _ Resultante efek (vertikal&segmental)->p. Raynaud _ Efek vertikal belum dilaporkan ( vertebra spin .?)
42
NAB pemaparan getaran pada tangan(hand vibration ) ( temu 6 )
Nilai frekuensi dominan( Dominant Freq.Weighted)komponen aselerasi aK.(aKeq) m/s gA Pemaparan total/,hari jam ,40 jam ,61 jam ,81 < jam
43
Risiko gangguan muskuloskeletal, disamping oleh pengaruh vibrasi ( sumber : Good man and Boissonnaut,Pathology implication for the physcal therapist ) Penggunan mesin –mesin vibrasi selama lebih dari 2 jam Mengangkat baran lebih dari 25 lbs ( Kg ? ) lebih dari sekali dalam satu sift kerja Kerja statis lebih dari 2 jam dalam satu sift Bekerja dengan gerakan repetitif setiap detik selama 2 jam kerja
44
PROGRAM PENCEGAHAN KETULIAN ( HEARING CONSERVATION PROGRAM) ( TEMU 7 )
1. PENDEKATAN ADMINISTRATIF 2. PENDEKATAN TEKNIS 3. PENDEKATAN MEDIS
45
PROGRAM PENDEKATAN ADMINISTRATIF
Intensitas kebisingan < NAB ( < 85 dB ) Teknologi pengendalian lingkungan kerja ( program higene industri ) ( pemantauan intensitas kebisingan ditempat kerja Perlindungan tenaga kerja : inspeksi kerja ( pengawasan kerja ) Jaminan kesehatan sosial tenaga kerja Intensitas kebisingan > NAB - Pendekatan teknis & medis Pengendalian enjiniring fasilitas kerja Pemantauan Kesehatan tenaga kerja ( pemeriksaan kesehatan awal/seleksi tenaga kerja,pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus ) Pindah bagaian kerja ( job replacement ) Pembatasan waktu kerja ( permissible exposure times )
46
PROGRAM PENDEKATAN TEKNIS ( NOISE ENGINEERING CONTROL )
1. Inspeksi /kontrol alat/mesin baut/sekrup /tatakan mesin longgar 2.Mengganti bagian-bagian mesin dari metal ke kayu (bila mungkin ) - engine mounting, lantai mesin dsb 3.menganti sumber suara ( mesin yang kurang bising ) 4. Isolasi sumber kebisingan ( memberikan barier /penyekat mesin - misal penyekat dinding beton lebih meredam kebisingan dari penyekat /dinding kayu, kebisingan frekuensi tinggi lebih mudah dihambat daripada frekuensi rendah ( penting untuk pencegahan ketulian akibat pemaparan kebisingan frekuensi tinggi ) 5.Perlu bantuan ahli yang lebih profesional untuk penegndalian kebisingan.
47
Program pencegahan ketulian pendekatan medis
* Perlu pemeriksaan klinis khusus untuk mengetahui pengaruh faktor kebisingan terhada alat pendengaran ( Ahli Kedokteran Okupasi ) * Tes Audiometri ( untuk Temporaly Threshold Shift dan Permanent Threshold Shift )
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.