Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Perikanan: Spesies - Habitat
SLIDE 1: Pengantar Perikanan: Spesies Hasil Tangkap dan Habitatnya Tujuan Pembelajaran: Manajer Kampanye mengetahui jenis-jenis ikan hasil tangkapan yang nantinya mereka temui di lapang. Hal ini akan membantu mereka dalam menyusun materi dan pesan sesuai dengan kondisi lokal. Klasifikasi spesies ini berdasarkan: DirJen Perikanan, 1975a. Ketentuan Kerja Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data Statistik Perikanan, Buku I: Standar Statistik Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian., 207p. Informasi tambahan tentang karakteristik spesies beserta foto spesies diambil melalui software FishBase, Juga, beberapa informasi tambahan didapat melalui: Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes.The livingmarine resources of the Western Central Pacific. Volume 1. Seaweeds, corals, bivalves and gastropods. Rome, FAO pp ; Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAOspecies identification guide for fishery purposes.The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, crustaceans, holothurians and sharks. Rome, FAO p.; Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of theWestern Central Pacific. Volume 3. Batoid fishes, chimaeras and bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Rome, FAO pp ; Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony fishes part 2 (Mugilidae to Carangidae). Rome, FAO pp ; Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony fishes part 3 (Menidae to Pomacentridae). Rome, FAO pp ; Carpenter, K.E.; Niem, V.H. (eds), FAO species identification guide for fishery purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony fishes part 4 (Labridae to Latimeriidae), estuarine crocodiles, sea turtles, sea snakes and marine mammals. Rome, FAO pp ; Mengenal spesies utama dan habitat – materi dan pesan sesuai situasi lokal Dr. Ir. Daduk S, MP. FPIK-UB
2
Based on the latest information (Thurman and Trujillo, 1999), there are 1.4 million species (living organism) known to science, 1.18 million were listed as land species and only 235,000 (17%) were marine species. Science only grabs not more than 2% of the real marine live. So, it is not surprising for every time a marine scientist dive there will be a big opportunity for him/her to find a new marine species Thurman & Trujillo, 1999
3
IKAN: Ikan Bersirip 45 Binatang Kulit Keras 8 Binatang Kulit Lunak 8
Binatang Air Lain 4 Tanaman Air 1 Oceanic/neritic Reef associated Mangrove Sea grass Hard/Soft Bottom SLIDE 2: Kategori jenis Berdasarkan ketentuan statistik yang dikeluarkan Pemerintah, klasifikasi jenis hasil tangkapan dari perikanan laut dibedakan menurut kategori berikut: Ikan bersirip (45 kategori) Binatang Berkulit Keras (8 kategori) Binatang Berkulit Lunak (8 kategori) Binatang Air lain (4 kategori) Tanaman Air (1 kategori) Masing-masing kategori diberikan penjelasan secara morfologis dengan karakteristik habitat tempat hidupnya, seperti: kelompok ikan pelagis - demersal, oseanik – neritik, substrat keras – lunak, terumbu karang, bakau, lamun. Sebagai contoh: ikan Tuna termasuk dalam jenis ikan pelagis oseanik, sedangkan ikan kerapu termasuk kategori demersal yang terkait dengan habitat terumbu karang. Ikan: Pelagis Demersal
4
SLIDE 3: Definisi / Terminologi
Sebelum mendalami jenis ikan dengan ciri morfologinya, ada baiknya kalau kita mengenal beberapa terminologi yang digunakan untuk dalam mempelajari morfologi ikan sebagai berikut: Maxilla atau Jaw= istilah untuk rahang. Premaxilla adalah tutup atau bagian depan rahang yang bisa ditarik Nostril = istilah untuk hidung Chin = istilah untuk dagu, di bawah rahang bagian bawah Operculum = tulang penutup insang, terdiri dari empat jenis yaitu: opercle, preopercle, interopercle and subopercle. Nape = Kuduk, daerah kepala di atas dan di belakang mata, bagian paling keras dalam membuat filet ikan Gill = istilah untuk insang, terdiri dari gill racker, gill arch dan gill filament untuk menyaring oksigen 1st dorsal fin = sirip punggung pertama, biasanya mengandung beberapa duri keras; 2nd dorsal fin = sirip punggung kedua Pectoral fin = sirip dada, umumnya terdiri dari satu atau lebih duri keras Pelvic fin = sirip perut; anal fin = sirip dubur atau anus, letaknya di belakang anus Lateral line = gurat sisi, yaitu garis dimulai dari tutup insang ke arah ekor Suborbital plate = daerah di bawah mata Caudal peduncle = daerah di belakang sirip punggung dan sirip dubur sampai awal sirip ekor. Caudal fin = istilah untuk sisip ekor, bentuk percabangan sirip ekor berbeda untuk jenis ikan yang berbeda. Rounded = istilah untuk sirip ekor yang bentuknya bulat melingkar; Truncate = istilah untuk sirip ekor yang lurus dari atas ke bawah; emarginate = bentuk sirip ekor antara truncate dan lunat; Lunate = bentuk sirip ekor menyerupai bulan sabit; Forked = bentuk sirip ekor yang bercagak dalam; pointed = bentuk sirip ekor yang ujungnya menyatu (tidak bercabang) dan runcing
5
Pipih Bulat/gilik SLIDE 4: Definisi / Terminologi
Ikan yang berbeda jenis mempunyai bentuk badan yang berbeda, sehingga bentuk badan juga bisa digunakan untuk mengenali jenis. Pipih adalah istilah untuk menjelaskan bentuk badan yang melebar ke samping (lateral) atau ke atas (vertikal). Bulat adalah istilah untuk menjelaskan bentuk badan yang sebaliknya, tidak melebar ke samping atau ke atas. Bentuk badan bulat bisa dijelaskan secara lebih rinci, seperti terpedo atau cerutu. Posisi mulut ikan juga bisa digunakan untuk mengenali jenisnya. Terminal adalah posisi mulut di tengah bagian depan, dimana posisi rahang atas dan bawah seimbang. Sub-terminal adalah posisi mulut sedikit di bagian bawah moncong. Inferior adalah istilah untuk posisi mulut di bawah. Superior adalah istilah untuk posisi mulut dimana rahang bawah lebih di depan daripada rahang atas. Jenis gigi pada rahang – incisor adalah istilah untuk bentuk gigi jenis pemotong. Canine adalah istilah untuk jenis gigi bentuk taring. Molar adalah istilah untuk gigi pengunyah. Sedangkan villiform untuk gigi banyak tapi ukurannya sangat kecil. Istilah ukuran panjang ikan berbeda berdasarkan posisi pengukurannya. Panjang total (total length) adalah panjang dari ujung mulut sampai akhir sirip ekor. Fork length adalah panjang yang diukur dari ujung mulut sampai batas percabangan sirip ekor. Panjang standar (standard length) adalah panjang dari ujung mulut sampai pangkal sirip ekor. Finlet adalah istilah untuk sirip tambahan selain yang sudah normal, umumnya terletak di belakakng sirip punggung kedua atau di belakang sirip dubur. Adipose fin adalah sirip kecil dari daging tanpa tulang yang terletak di belakakng sirip punggung, terutama ikan-ikan bertulang keras yang masih primitif, seperti ikan Beloso (famili Synodontidae). Keel adalah tonjolan yang kuat pada bagian belakang caudal peduncle atau awal sirip ekor (pada sisi lateral). Ciri ini sangat khas untuk ikan-ikan perenang cepat dengan caudal peduncle yang kecil dan bentuk sirip ekor lunate (bulan sabit) Scute adalah tonjolan kulit ke arah luar yang berasal dari sisik pada ikan-ikan bertulang keras, seperti fmili Carangidae. Scute sering muncul sebagai kelanjutan dari gurat sisi di bagian mendekati ekor atau caudal peduncle.
6
1.1 Ikan Sebelah, Indian Halibuts, Spiny Turbot – Psettodidae
Kedua mata sebelah sisi Mulut lebar, terminal Berenang mendatar, mata di atas Predator, ikan kecil & bentos Panjang mencapai 75 cm Demersal, dasar lunak Trawl, Dogol, Payang, perangkap Kedalaman 75 m Komersial, jarang Psettodidae (3 spc) ; Psettodes eromei 1. Ikan Bersirip (FinFish) 1.1 Ikan Sebelah, Indian Halibuts, Spiny Turbot - Psettodidae Karakteristik: bentuk badan pipih (lateral), mulut lebar posisi terminal dan kedua mata berada pada satu sisi tubuh bagian atas. Ikan ini berenang di atas dasar, kadang menyembunyikan diri di dasar pasir atau pasir berlumpur – termasuk predator, jenis makanan ikan kecil dan bentos. Warna umumnya coklat kemerahan. Umumnya ditangkap pada ukuran 50 cm, namun bisa mencapai panjang 64 cm. Spesies yang paling umum adalah Psettodes erumei. Nama lokal: Beteh, Grobiat, Lewe, kalankan, Pila-Pila, Sisa Nabo, Tipo, Togok Habitat: ikan sebelah termasuk ikan demersal, berenang di atas dasar atau menyembunyikan diri di dasar. Tipe substrat yang digemari terutama pasir. Perikanan: ikan ini tidak termasuk jenis komersial seperti udang, terutama sejak pelarangan alat Pukat harimau (Trawl). Alat tangkap yang umum dipakai termasuk Trawl, Dogol, Payang dan di beberapa tempat termasuk perangkap. Beteh, Grobiat, Lewe, kalankan, Pila-Pila, Sisa Nabo, Tipo, Togok
7
1.2 Ikan Lidah, Tongue Soles - Cynoglossidae
Kedua mata sebelah sisi Mulut kecil inferior Berenang mendatar, mata di atas Predator, ikan kecil & bentos Sirip dorsal mulai depan mata Panjang badan 25 cm Demersal, dasar lunak Kedalaman mencapai 125 m Trawl, Dogol, Payang, perangkap Komersial, alami jarang Cynoglossus arel 1.2 Ikan Lidah, Tongue Soles - Cynoglossidae Karakteristik: bentuk badan pipih (lateral) seperti ikan Sebelah, mulut kecil dengan posisi inferior dan kedua mata berada pada satu sisi tubuh bagian atas (namun terletak di bagian tengah). Sirip punggung mulai dari depan mata bersambung sampai ke ekor. Ikan ini berenang di atas dasar, kadang menyembunyikan diri di dasar pasir atau pasir berlumpur – termasuk predator, jenis makanan ikan kecil dan bentos. Warna umumnya coklat tua kemerahan. Ukuran ikan relatif kecil dibanding ikan Sebelah, ditangkap pada ukuran sekitar 25 cm. Spesies yang paling umum di Indonesia adalah Cynoglossus abbreviatus dan C. arel. Nama lokal: Ilat-Ilat, Lila, Lidah Lumpur. Habitat: ikan sebelah termasuk ikan demersal, berenang di atas dasar atau menyembunyikan diri di dasar. Tipe substrat yang digemari terutama pasir. Perikanan: ikan ini tidak termasuk jenis komersial seperti udang, terutama sejak pelarangan alat Pukat harimau (Trawl). Alat tangkap yang umum dipakai termasuk Trawl, Dogol, Payang dan di beberapa tempat termasuk perangkap. Nama Daerah: Ilat-Ilat, Lila, Lidah Lumpur
8
1.3 Ikan Nomei, Indian Bombay Duck - Synodontidae
Badan memanjang, pipih, ujung moncong pendek Sirip ekor membentuk 3-bagian, kepanjangngan dari gurat sisi/linea lateralis Panjang mencapai 40 cm Demersal, dasar lunak Perairan pantai & dekat sungai Kalimantan, Papua Trawl, Pancing, Perangkap Komersial, alami jarang Harpadon microchir 1.3 Ikan Nomei, Indian Bombay Duck - Synodontidae Karakteristik: bentuk badan memanjang dan sedikit pipih (vertikal). Ujung moncong pendek, posisi mulut umumnya superior dan sirip ekor membentuk tiga cabang/cagak, cabang di tengah merupakan kepanjangan dari gurat sisi (linea lateralis). Mata relatif kecil dan sirip dada panjang seperti bulan sabit. Warna tubuh bagian atas umumnya coklat gelam, bagian perut lebih cerah. Ikan ini termasuk predator yang agresif dengan makanan makrofauna. Informasi biologis dari ikan jenis ini masih belum banyak diketahui. Spesies yang paling umum termasuk: Harpadon microchir dan H. nehereus. Walaupun bisa mencapai panjang 70 cm, umumnya ditangkap pada panjang 40 cm. Nama lokal: Acang-Acang, Luli, Lumek, Lumi-Lumi. Habitat: ikan Nomei termasuk jenis ikan demersal, tipe substrat yang digemari adalah lumpur dan pasir halus terutama pantai dekat dengan muara sungai. Perikanan: ikan ini tidak termasuk jenis komersial karena sudah jarang ditemukan. Paling sering ikan ini ditangkap di Kalimantan. Alat tangkap yang umum dipakai termasuk Trawl, Dogol, Payang dan di beberapa tempat termasuk perangkap. Nama Daerah: Acang-Acang, Luli, Lumek, Lumi-Lumi
9
1.4 Ikan Peperek, Slip Mouth/Pony Fish - Leiognathidae
Badan pipih, mulut dapat ditarik keluar Kepala bagian atas bergerigi Panjang umumnya mencapai 15 m Warna abu keperakan Banyak jenis – Leiognathus spp Demersal, dasar lunak Perairan pantai Utara Jawa, Kalimantan, Papua Trawl, Pukat pantai, Dogol Komersial, melimpah, harga murah Leiognathus bindus 1.4 Ikan Peperek, Slip Mouth/Pony Fish - Leiognathidae Karakteristik: bentuk badan sangat pipih (vertikal) dan tipis. Posisi mulut umumnya superior, mulut bisa ditarik keluar (protacted) dan ujung moncong pendek. Bagian kepala bergerigi, sedangkan pada nape (kuduk) terdapat duri-duri tidak teratur. Warna tubuh dominan abu-abu keperakan. Jenis ikan ini terdiri dari beragam spesies, yang paling umum adalah genus Leiognathus spp. Termasuk jenis omnivor, pemakan tanaman dan sisa organisme yang sudah mati (detritus). Tergantung jenisnya, ukuran ikan ini umumnya berkisar antara 15 – 20 cm. Nama lokal: Selangat, Petek, Kekek, Pepetek, Sekiki, Caria, Petah. Habitat: ikan Peperek termasuk jenis ikan demersal. Habitatnya adalah perairan pantai dengan tipe dasar lunak (pasir halus dan campuran lumpur) dari muara sungai. Perikanan: Ikan Peperek sangat sebagai produk perikanan skala kecil yang beroperasi di pantai. Perairan Utara Jawa dan kalimantan merupakan fishing ground utama dari perikanan ini. Alat tangkap yang paling umum dipakai adalah; Jaring Tarik (Beach Seine). Secara tidak sengaja ikan ini juga menjadi hasil samping dari alat Trawl dan Dogol (Danish Seine). Nama Daerah: Selangat, Petek, Kekek, Pepetek, Sekiki, Caria, Petah
10
1.5 Ikan Manyung, Marine Catfish, - Ariidae
Badan bulat memanjang, tanpa sisik Sirip punggung pertama berduri keras Sepasang sungut pada rahang atas dan bawah Panjang mencapai 100 cm Demersal, dasar lunak , lumpur Muara sungai & perairan pantai Utara Jawa, Kalimantan, Papua Trawl, Pukat Pantai, Pancing, Dogol, Gill Net 1.5 Ikan manyung, marine catfish - Ariidae Karakteristik: bentuk badan memanjang agak bulat, badan tidak bersisik dan mata relatif kecil. Sirip punggung pertama berduri keras, ujung sirip punggung umumnya memanjang. Sirip dada pertama juga berduri keras dan sering disebut patil karena bisa melukai tangan. Ciri lainnya adalah terdapatnya sepasang sungut pada rahang atas dan rahang bawah. Warna dominan adalah coklat kemerahan, sebagian berwarna abu-abu. Nama lokal: Keteng, Keting, Duri kerak, Pulutan, Utek. Habitat: ikan Manyung termasuk jenis ikan demersal. Habitatnya adalah perairan pantai dengan tipe dasar lunak seperti lumpur. Ikan ini paling banyak ditemukan pada muara sungai dekat hutan bakau, bahkan beberapa diantaranya sampai masuk ke sungai. Ikan Manyung termasuk predator dengan jenis makanan beragam (makrofauna). Fishing ground utama ikan ini adalah Utara Jawa, Sumatera dan kalimantan. Ikan ini juga banyak ditemukan di wilayah Papua Tenggara, namun nelayan lokal tidak tertarik untuk menangkap ikan ini di sana. Perikanan: Harga ikan ini relatif murah, sehingga kurang bernilai ekonomis. Ukurannya bervariasi, bisa mencapai panjang 100 cm. Alat tangkap yang paling umum dipakai adalah: jaring Insang (Gill net). Di Kalimantan dan Utara Jawa, ikan ini juga ditangkap dengan Dogol, Jaring Tarik, Mini-Trawl dan Pancing. Nama Daerah: Keteng, Keting, Duri kerak, Pulutan, Utek
11
1.6 Ikan Beloso, Lizard Fishes - Synodontidae
Badan bulat memanjang, mulut leabr, gigi tajam Sirip punggung kedua kecil, lemah tidak berduri, terdapat adipose fin Panjang badan bisa mencapai 45 cm Demersal, dasar lunak , lumpur, perairan pantai dangkal Juga reef associated, makanan ikan, crustacea Utara Jawa, Kalimantan, Papua Trawl, Pukat Pantai, Payang, Dogol 1.6 Ikan Beloso, Lizard Fishes – Synodontidae Karakteristik: masih satu famili dengan ikan Nomei (Harpadon spp), bentuk badan bulat memanjang seperti cerutu, mulut sangat lebar dan bergigi tajam (villiform). Kepala gepeng dengan moncong relatif pendek. Warna punggung kecoklatan, warna perut sedikit keperakan (putih). Bagian punggung bercorak (gelombang) warna hitam. Ujung sirip punggung, perut dan ekor bagian bawah berwarna kehitaman. Tiga genus yang ditemukan di Indonesia adalah: Saurida spp, Synodus spp., dan Trachinocephalus myops. Nama lokal: Kadil, Kedel, Unduk, Buntut Kerbo, Mudin-Mudin, Bekut Laut, Belungkor, Chonor Habitat: ikan Beloso termasuk jenis ikan demersal (hidup di dasar). Habitatnya adalah perairan pantai dengan tipe dasar lunak seperti pasir sedikit lumpur. Ikan ini juga banyak ditemukan pada perairan pantai dekat dengan muara sungai atau di bagian luar terumbu karang (reef associated). Makanan utamanya adalah ikan kecil dan krustasea. Perikanan: nelayan sudah relatif jarang mendapatkan ikan ini dan harganya relatif murah. Ukurannya bervariasi, bisa mencapai panjang 60 cm namun lebih sering ditangkap pada ukuran 45 cm. Ikan ini merupakan hasil sampingan dari alat modifikasi Trawl maupun Dogol. Nelayan sering mendapatkan ikan ini pada operasi Jaring Tarik (Beach Seine). Nama Daerah: Kadil, Kedel, Unduk, Buntut Kerbo, Mudin-Mudin, Bekut Laut, Belungkor, Chonor
12
1.7 Ikan Biji Nangka, Goat Fishes - Mullidae
Badan tertutup sisik sampai di kepala Sepasang sungut pada rahang bawah Garis membujur berwarna kuning Panjang badan bisa mencapai 50 cm Demersal, dasar lunak , lumpur, perairan pantai dangkal, muara sungai Sungut sebagai peraba dalam mencari makan Predator macrofauna Utara Jawa, Kalimantan, Papua Trawl, Pukat Pantai, Payang, Dogol 1.7 Ikan Biji Nangka, Goat Fish – Mullidae Karakteristik: badan memanjang dan tertutup sisik sampai kepala, kecuali moncong sebelah depan. Mulut kecil dengan gigi yang lemah. Ciri khusus ikan ini adalah terdapat sepasang sungut pada rahang bawah dan garis membujur berwarna kuning pada sisi badan. Ciri ini dikombinasi dengan bentuk tubuh menjadi nama ikan ini terkenal dengan sebutan Biji Nangka. Secara keseluruhan ikan berwarna cerah. Genus yang sering ditemukan di Indonesia termasuk Mulloidichthy spp., Parupeneus spp., dan Upeneus spp. Nama lokal: Kakunir, Kunir, Kuniran, Butir Nangka Habitat: ikan Biji Nangka termasuk jenis ikan demersal (hidup dekat dasar), sungutnya berfungsi sebagai alat peraba. Habitatnya adalah perairan pantai dengan tipe dasar lunak seperti lumpur. Beberapa jenis dari ikan ini juga ditemukan di bagian luar terumbu karang (reef associated). Makanan utamanya adalah ikan kecil dan makrofauna lainnya (termasuk jenis predator). Perikanan: nelayan, terutama di wilayah Utara Jawa masih menjadikan ikan ini sebagai target, terutama dengan semakin berkurangnya hasil tangkapan udang. Alat yang biasa digunakan adalah Dogol dan Payang, termasuk Lampara. Nelayan skala kecil juga sering menangkap ikan ini dengan alat Jaring Tarik. Ikan ini sebenarnya bisa mencapai ukuran 60 cm, namun lebih sering tertangkap pada panjang sekitar 30 cm. Nama Daerah: Kakunir, Kunir, Kuniran, Butir Nangka
13
1.8 Ikan Gerot-Gerot, Grunters/Sweet Lips - Haemulidae
Badan memanjang tapi pipih, sisik menutupi kepala, sirip dorsal menyatu Mulut kecil ditutupi bibir tebal, badan bertotol kecil atau besar Panjang mencapai 60 cm Spesies: Diagramma sp, Plectonrhynchus sp, Pomadasys sp Demersal, perairan pantai dangkal, berasosiasi dengan terumbu karang Predator : ikan dan makrofauna lainnya Indonesia Timur, perairan terumbu karang Trawl, Pancing, Gill Net 1.8 Ikan Gerot-gerot, Grunters / Sweet Lips – Haemulidae Karakteristik: badan memanjang agak pipih (vertikal), tertutup sisik sampai bagain kepala. Sirip punggung pertama dan kedua menyatu. Tepi belakang tutup insang bagian depan bergerigi. Ciri khusus ikan Gerot-Gerot adalah mulut kecil tapi ditutupi oleh bibir yang sangat tebal (sesuai dengan salah satu nama lokal ikan ini). Sirip dada lebih panjang dan meruncing dibanding sirip perut. Genus yang umum di Indonesia termasuk Diagramma spp., Plectorhynchus spp., dan Pomadasys spp. Nama lokal: Ampas tebu, Gerut-Gerut, Kompele Mas, Bibir Tebal Habitat: ikan Gerot-Gerot lebih menyenangi wilayah pantai dengan terumbu karang yang masih baik. Beberapa jenis ada yang bermigrasi sampai ke muara sungai bahkan masuk sungai, namun sebagian besar berada di karang. Dia termasuk jenis ikan demersal yang soliter. Dia memijah dan telurnya bersifat melayang (pelagis). Jenis ikan ini sering ditemui oleh penyelam. Pada siang hari ikan ini sering bersembunyi di bawah terumbu karang dan aktif pada saat malam hari. Makanan utamanya adalah ikan dan makrofauna lainnya. Perikanan: Ikan ini terutama ditangkap dengan alat Pancing dan Muro Ami. Kadang-kadang juga tertangkap dengan Jaring Insang Hanyut. Walaupun tidak begitu mahal, ikan ini juga termasuk jenis ikan ekonomis penting. Ukurannya bisa mencapai > 70 cm, namun sering tertangkap pada ukuran 45 cm. Nama Daerah: Ampas tebu, Gerut-Gerut, Kompele Mas, Bibir Tebal
14
1.9 Ikan Kakap Merah/Merah/Bangbangan, Red Snapper - Lutjanidae
Badan memanjang tapi pipih, sisik menutupi kepala, sirip dorsal menyatu Warna umumnya merah darah, merah kekuningan, coklat, coklat sampai pucat keperakan Panjang mencapai 100 cm Genus: Etelis, Lutjanus Demersal, perairan pantai dangkal, mangrove, berasosiasi dengan terumbu karang Predator : ikan dan makrofauna lainnya Indonesia Timur, perairan terumbu karang Pancing, Gill Net, Dogol 1.9 Ikan Merah/Bambangan, Red Snapper – Lutjanidae Karakteristik: badan memanjang dan tertutup sisik sampai kepala. Mulut sedang sampai besar, posisi mulut terminal. Terdapat tiga deretan sisik atau lebih pada keping tutup insang depan. Bentuk sirip ekor antara emarginate dan lunate. Sirip perut berada di bawah sirip dada. Ikan ini mempunyai banyak jenis. Genus Aphareus dan Aprion (Jobfish) digemari untuk spear-fishing, terutama oleh penyelam atau snorkeler. Termasuk genus yang komersial adalah Etelis spp., Lutjanus spp., dan Paracaesio spp. Nama lokal: Kerisi Basi, Ganrang Eca, Ungar, jenahak Mailah, Tanda-Tanda, Sendarat, Siakap Merah Habitat: hampir semua jenis dari ikan ini adalah penghuni laut (marine), namun beberapa spesies bisa bermigrasi ke air payau maupun sungai untuk mencari makan. Termasuk ikan demersal, ikan Bambangan tercatat bisa hidup sampai kedalaman 450 m. Semua jenis termasuk predator yang agresif. Makanan utamanya adalah ikan dan crustacea. Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Gill net dan Muro Ami. Belakangan ikan ini sering ditangkap dengan menggunakan pancing. Untuk mempertahankan ikan tetap hidup setelah ditangkap dengan pancing, nelayan mengeluarkan gas pada gelmbung renang untuk mengurangi resiko kerugian. Ikan ini bisa mencapai ukuran 100 – 150 cm. Namun lebih sering ditangkap pada ukuran < 60 cm. Nama Daerah: Kerisi Basi, Ganrang Eca, Ungar, jenahak Mailah, Tanda-Tanda, Sendarat, Siakap Merah
15
1.10 Ikan Kerapu, Groupers - Serranidae
Badan bulat panjang, sedikit pipih Duri keras pada tutup insang bagian atas Warna beragam, tergantung jenis, banyak jenis – perdgangan ikan karang hidup Genus: Plectropomus, Epinephelus Panjang mencapai > 100 cm Beberapa spesies sudah dibudidaya Komersial, harga tinggi untuk ikan hidup Demersal, terumbu karang Predator: ikan dan makrofauna lainnya Indonesia Timur, perairan terumbu karang yang masih bagus Pancing, potas 1.10 Ikan Kerapu, Groupers – Serranidae Karakteristik: badan memanjang, beberapa agak pipih. Terdapat 1 – 3 duri keras pada tutup insang. Tutup insang sebagian atau seluruhnya bergerigi. Mulut sedikit superior. Rahang dilengkapi gigi taring (canine) yang kuat. Sirip ekor kebanyakan rounded atau truncate, jarang yang lunate atau forked. Warna tubuh sangat beragam, tergantung dari jenisnya. Beberapa spesies mempunyai sabuk yang berwarna lain. Jenis lainnya mempunyai beberapa totol/noda. Ikan ini mempunyai banyak jenis. Genus yang paling komersial sebagai produk dalam perdagangan ikan karang hidup adalah: Epinephelus spp., dan Plectropomus spp. Nama lokal berdasarkan jenis: Kerapu Macan, Sunu, bebek, Tikus, Lumpur, kerapu Batu, Kerapu Minyak, Balong, Ukon, Pertang, Kerapu Lilin, Kerapu Tutul, barong Putih, Belidra, Kerapu Bara, Kerapu Lodi Habitat: hampir semua jenis ikan Kerapu hidup pada habitat terumbu karang. Distribusinya mencapai wilayah dari daerah tropis sampai iklim sedang. Termasuk jenis ikan demersal, makanannya tergantung dari berburu ikan, walaupun ada beberapa jenis (non komersial) pemakan plankton. dari ikan ini adalah penghuni laut (marine), namun beberapa spesies bisa bermigrasi ke air payau maupun sungai untuk mencari makan. Termasuk ikan demersal, ikan Bambangan tercatat bisa hidup sampai kedalaman 450 m. Semua jenis termasuk predator yang agresif. Makanan utamanya adalah ikan dan crustacea. Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Pancing atau jaring Muro Ami. Nelayan yang menangkap dengan pancing, bisa mempertahankan ikan tetap hidup dengan mengeluarkan gas dari gelembung renang, melalui anus. Mereka menggunakan ‘pentil’ karet berlobang untuk mengeluarkan gas. Beberapa nelayan juga menangkap ikan Kerapu dengan menggunakan racun terlarang seperti Potasium Sianida. Ikan kerapu pernah tercatat berukuran panjang 300 cm dengan berat mencapai > 200 kg. Nama Daerah: Kerapu Macan, Sunu, bebek, Tikus, Lumpur
16
1.10 Ikan Kerapu, Brown-Marbled , Tiger Groupers - Serranidae
1.10 Ikan Kerapu Macan, Tiger Groupers – Serranidae Karakteristik: Sirip ekor bundar (rounded), badan berwarna coklat kekuningan (pucat), terdapat ‘blotch’ berwarna coklat tua pada seluruh tubuh secara tidak teratur. Bersama totol-totol atau bintik-bintik berwarna coklat tua pada seluruh tubuh dan sirip. Pada caudal peduncle terdapat noda (sadel) berwarna hitam. Spesies: Epinephelus fuscoguttatus. Nama lokal Kerapu Macan. Habitat: penghuni lereng terumbu karang bagian luar, terutama pada terumbu karang yang subur dan cerah. Aktif pada saat sore hari, sebagai predator dengan jenis makanan ikan, kepiting dan cephalopoda. Perikanan: ikan ini merupakan komoditas yang sangat terkenal di pasar Hongkong dalam perdagangan ikan karang hidup. Kebanyakan nelayan sudah memahami tingkah laku reproduksi ikan ini terkait dengan musim penangkapan. Alat tangkap utama adalah Pancing. Ikan yang tertangkap hidup, anusnya dimasukkan slang plastik untuk mengeluarkan gas dari gelembung renang. Dengan cara itu ikan bisa dipertahankan hidup. Nelayan juga sering menangkap ikan ini dengan menyemprotkan racun (Potasium Sianida) pada terumbu karang. Ikan ini bisa mencapai ukuran 120 cm, sering tertangkap pada ukuran sekitar 50 cm. Kerapu Macan, Tiger Grouper: Epinephelus fuscoguttatus
17
1.10 Ikan Kerapu, Groupers - Serranidae
1.10 Ikan Kerapu Sunu, Squareail Coral Grouper – Serranidae Karakteristik: Sirip ekor truncate atau sedikit emarginate. Kepala, badan dan sirip ditutupi oleh bintik-bintik (bentuk bundar atau oval) yang berwarna biru tua pada pinggirnya. Jarak antar bintik sama dengan besarnya diameter bintik tersebut. Posisi mulut sedikit superior, rahang dilengkapi dengan gigi taring (canine) yang tajam. Spesies: Plectropomus areolatus. Nama lokal: Kerapu Sunu. Habitat: terumbu karang bagian depan yang subur dan kecerahan tinggi. penghuni lereng terumbu karang bagian luar, terutama pada terumbu karang yang subur dan cerah. Termasuk predator dengan makanan utama ikan. Perikanan: kerapu Sunu termasuk jenis ikan pemalu, tidak liar seperti jenis kerapu lainnya. Dia menempati wilayah terumbu karang yang lebih dangkal dibandingkan ikan Kerapu Macan. Pemijahan umumnya terjada menjelang bulan purnama. Menjelang terjadinya pemijahan, ikan ini relatif agresif dan sangat responsif terhadap umpan. Tingkah laku reproduksi ini sudah diketahui oleh nelayan yang menjadi sebab utama menurunnya populasi belakangan ini. Kerapu Sunu termasuk salah satu komoditas paling menarik dalam perdagangan ikan karang hidup di Hongkong. Alat tangkap utama adalah Pancing. Ikan yang tertangkap hidup, anusnya dimasukkan slang plastik untuk mengeluarkan gas dari gelembung renang. Dengan cara itu ikan bisa dipertahankan hidup. Nelayan juga sering menangkap ikan ini dengan menyemprotkan racun (Potasium Sianida) pada terumbu karang. Ikan ini bisa mencapai ukuran 70 cm, sering tertangkap pada ukuran sekitar 40 cm. Kerapu Sunu, Squarre-tail Grouper:, Coral trout: Plectropomus areolatus
18
1.10 Ikan Kerapu, Groupers - Serranidae
1.10 Ikan Kerapu Tikus, Mouse Grouper, Baramundi Cod – Serranidae Karakteristik: kepala bagian depan datar. Bentuk punggung cembung, dimulai dari bagian ‘nape’. Rahang dilengkapi dengan gigi bentuk villiform. Sirip ekor bundar (rounded). Tubuh berwarna coklat kehijauan. Kepala, badan dan sirip ditutupi noda hitam yang cukup jarang antara satu dengan lainnya. Noda hitam pada badan saling tumpang tindih dengan ‘blotch’ berwarna abu-abu (kotor). Spesies: Cromileptes altivelis. Nama lokal: Kerapu Bebek. Habitat: terumbu karang bagian depan yang subur dan kecerahan tinggi. penghuni lereng terumbu karang bagian luar, terutama pada terumbu karang yang subur dan cerah. Pertumbuhannya sangat lambat. Termasuk predator dengan makanan utama ikan dan crustacea. Perikanan: ikan kerapu Tikus termasuk jenis yang soliter menghuni terumbu karang. Alat tangkap utama adalah jenis perangkap (Bubu) dan Pancing. Kerapu Tikus juga termasuk salah satu komoditas paling menarik dalam perdagangan ikan karang hidup di Hongkong. Karena terbatasnya produksi hasil tangkapan (dan tidak bisa dipenuhi melalui budidaya), perdagangan jenis ikan ini terganggu. Ikan ini bisa mencapai ukuran 70 cm, namun banyak tertangkap pada ukuran sekitar 40 cm. Kerapu Tikus, Mouse Grouoer, Baramundi Cod, Humpback Grouper: Cromileptes altivelis
19
1.11 Ikan Lencam, Emperors - Lethrinidae
Badan bulat panjang, sedikit pipih, sisik menutupi insang Moncong meruncing dan tidak bersisik, mulut kecil bibir tebal Warna ungu kehijauan, sampai hijau muda dengan noda-noda gelap Sirip ekor forked/lunate Panjang bisa mencapai > 50 cm Genus Lethrinus spp Demersal, perairan dekat terumbu karang Predator: ikan dan makrofauna lainnya Hampir seluruh perairan Indonesia Pancing, bubu, Muro Ami, Dogol 1.11 Ikan lencam, Emperors – Lethrinidae Karakteristik: Badan bulat panjang, sedikit agak pipih, sisik menutupi seluruh tubuh sampai tutup insang. MONCONG meruncing dan tidak bersisik, MULUT kecil dengan bibir tebal. Sirip ekor bentuk LUNATE/FORKED. Warna badan ungu kehijauan sampai hijau. Terutama pada ikan muda, terdapat noda-noda gelap pada tubuh. Jenis ikan ini terdiri dari banyak spesies, yang paling umum adalah Lethrinus lentjan. Nama lokal: Ketamba, Pelandok, Mempinang, Senonching, Asuan, Sikuda. Habitat: Lencam termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Hidupnya terutama dekat terumbu karang, namun juga mendiami daerah pantai dengan muara sungai. Ikan ini menyebar pada hampir seluruh perairan pantai di Indonesia. Termasuk jenis predator dengan makanan utama makrofauna. Perikanan: Ikan ini umumnya ditangkap dengan menggunakan Pancing, Gill net, Bubu, Muro Ami dan Dogol. Nelayan jarang mendapatkan ikan ini dalam jumlah produksi yang banyak, sehingga kurang dikenal dibandingkan ikan lain, seperti Bambangan. Hasil tangkapan nelayan bisa mencapai ukuran > 50 cm. Nama Daerah: Ketamba, Pelandok, Mempinang, Senonching, Asuan, Sikuda
20
1.12 Ikan Kakap, Barramundi , Sea Bass - Centropomidae
Badan pipih, bulat panjang, KEPALA tipis melebar, moncong meruncing tertutup sisik Mulut besar, rahang bawah lebih panjang Sirip ekor bulat (rounded), sirip dada dan dubur membulat Warna coklat keemasan di atas, keperakan di bawah Panjang bisa mencapai 170 cm Spesies: Lates calcalifer, Kakap Putih Demersal, dasar lunak, berlumpur, bakau dan estuary Predator: ikan dan makrofauna lainnya Hampir seluruh perairan Indonesia Pancing, Trawl, Gill net dasar 1.12 Ikan Kakap, Baramundi, Sea Bass – Centropomidae Karakteristik: Badan pipih dan memanjang. KEPALA tipis dan datar, moncong runcing dan tertutup sisik, mulut besar dan RAHANG bawah lebih panjang (posisi mulut superior). Sirip ekor bundar, sirip dada dan dubur juga bulat. Warna tubuh coklat kemesan pada punggung dan keperakan di bagian perut. Dari seluruh Famili Centropomidae, hanya dua spesies yang banyak ditangkap di Indonesia, yaitu: Lates calcalifer dan Psammoperca waigiensis. Nama lokal: Kakap Putih, Petak, Pletekan, Tetahan, Kanja, Pica-Pica, Cukil, Cabik, Siakap , Selungsung, Ringan Habitat: Kakap Putih termasuk jenis ikan demersal dan soliter. Asosiasi habitat utamanya termasuk perairan pantai dangkal, bakau dan muara sungai dengan dasar lunak (berlumpur) – termasuk predator dengan makanan utama makrofauna. Fishing ground utama dari ikan kakap saat ini termasuk Sumatera, Kalimantan dan Papua (spesies Psammoperca waigiensis). Alat tangkap yang banyak digunakan terutama Gill Net dasar, Trawl dan Pancing. Ikan ini bisa mencapai panjang 200 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran < 150 cm. Nama Daerah: Kakap Putih, Petak, Pletekan, Tetahan, Kanja, Pica-Pica, Cukil, Cabik, Siakap , Selungsung
21
1.13 Ikan Kurisi, Threadfin Bream, - Nemipteridae
Badan pipih, bulat panjang, tertutup sisik yang mudah tanggal/lepas Beberapa jenis: sirip perut dan ekor atas memanjang seperti benang Sirip punggung bersatu, warna cerah: merah , ungu, kekuningan Nemipterus gracilis & N. balinensis – endemik Indonesia 1.13 Ikan Kurisi, Threadfin Breams – Nemipteridae Karakteristik: Badan agak bulat memanjang, tertutup sisik yang mudah tanggal atau lepas. Ciri khas ikan ini adalah sirip perut dan sirip ekor bagian atas memanjang seperti benang (threadfin). Ciri khusus lainnya adalah warna badan yang cerah, merah kekuningan. Dua spesies, Nemipterus gracilis dan N. balinensis termasuk spesies endemik Indonesia. Nama lokal: Trisi, Kerisi, Gurisi, Ili Pasir, Juku Eja, Kambayan Habitat: Ikan Kurisi termasuk jenis demersal, kadang membentuk gerombolan – hidup terutama pada daerah perairan pantai dengan dasar lunak seperti pasir dengan sedikit lumpur. Termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan makrofauna lainnya. Perikanan: dulunya ikan Kurisi merupakan hasil samping (by-catch) dari alat trawl. Di wilayah Utara Jawa, ikan ini sering tertangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat Jaring Tarik (Beach Seine). Ikan bisa mencapai panjang 20 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 15 cm. Demersal, perairan pantai Sumatera, Kalimantan, Jawa Dasar lunak: lumpur, pasir Alat tangkap: Dogol, Trawl Nama Daerah: Trisi, Kerisi, Gurisi, Ili Pasir, Juku Eja, Kambayan
22
1.14 Ikan Swanggi, Big Eye - Priacanthidae
Badan pipih memanjang, MATA besar Tonjolan duri pada tutup insang depan Warna merah sampai jingga Genus: Priacanthus spp Panjang mencapai 30 cm Demersal, perairan pantai Sumatera, Kalimantan, Jawa Dasar lunak: lumpur, pasir Alat tangkap: Dogol, Trawl, pancing 1.14 Ikan Swanggi, Big Eye – Priacanthidae Karakteristik: badan pipihmemanjang. Ciri khususnya adalah pada MATA yang berukuran besar. Terdapat tonjolan duri pada tutup insang bagian depan. Posisi mulut agak superior (rahang bawah lebih di depan). Hampir semua ikan ini berwarna merah sampai jingga. Terdapat noda-noda gelap pada dan di atas gurat sisi. Ikan Swanggi tersusun atas banyak jenis, spesies yang paling sering didapat adalah Priacanthus spp. Nama lokal: Gora Suangi, Lolong Bara, Temenggong, Serinding, Serinding Tembakau. Habitat: Ikan Swanggi termasuk jenis ikan demersal, sering kali membentuk gerombolan (schooling). Daerah kesukaannya adalah pantai dekat dengan terumbu karang. Ikan-ikan yang lebih kecil ditemukan mendekati pantai. Jenis makanan bervariasi, terutama organisme bentik. Perikanan: Perairan Arafura merupakan wilayah utama dari jenis ikan ini. Alat tangkap yang paling banyak digunakan adalah Trawl yang mampu mencapai kedalaman di atas 50 m. Ikan ini tidak didapat dengan menggunakan Jaring Tarik maupun Dogol. Ikan Swanggi bisa mencapai ukuran 35 cm, namun lebih sering tertangkap pada panjang sekitar 25 cm. Nama Daerah: Gora Suangi, Lolong Bara, Temenggong, Serinding Tembakau
23
1.15 Ikan Ekor Kuning/Pisang, Fusiliers - Caesionidae
Badan bulat telur memanjang Warna biru tua di bagian atas, kepala kehijauan, bagian bawah keperakan Garis membujur berwarna kuning (dari kepala sampai ekor) Ekor berwarna kuning kemerahan Panjang mencapai 35 cm Pelagis, terumbu karang, bergerombol Makanan zooplankton / telur ikan yang melayang Alat tangkap: Bagaan, Muro Ami, bom /dinamit / peledak 1.15 Ikan Ekor Kuning/Pisang-Pisang, Fusiliers – Caesionidae Karakteristik: Badan bulat memanjang, bentuk sirip ekor forked (bercagak). Ciri paling khusus adalah warna kuning yang membujur dari kepala sampai ekor. Warna tubuh bagian kepala dan punggu kehijauan, sedangkan bagian perut keperakan. Bagian ekor berwarna kuning kemerahan (sehingga disebut Ekor Kuning). Famili ini terdiri dari empat genus, semuanya ditemukan di Indonesia – Caesio spp, Dipterygonotus balteatus, Gymnocaesio gymnoptera dan Pterocaesio spp. Nama lokal: Pisang-Pisang, Kunir Pito, Para Nyai, Rapo-Rapo, Mrah Cina, Bagan, Delah, Anak Riok, Pinang-Pinang, Antuan, Kamsiah, Habitat: semua kelompok ikan Ekor Kuning bersifat pelagis dan bergerombol (schooling). Tempat hidupnya adalah pantai yang mempunyai terumbu karang cukup subur dengan kecerahan tinggi. Umumnya ikan ini ditemukan bergerombol di daerah kolom air sebagai plankton feeder. Pada saat ikan-ikan dasar seperti kerapu melepaskan telur (memijah), ikan-ikan ini berkumpul di atasnya untuk memakan telur-telur ikan tersebut. Perikanan: Ikan Ekor Kuning dikenal pada hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama di bagian timur dengan kondisi terumbu karang masih baik. Alat tangkap yang sering digunakan adalah perangkap (Bagan), Muro Ami, terkadang Gill Net. Paling sering ikan ini ditangkap dengan menggunakan alat terlarang dan tidak ramah lingkungan, seperti peledak (bom). Tergantung jenisnya, ikan ini bisa mencapai panjang 40 – 60 cm, yang sering tertangkap pada ukuran 25 – 30 cm. Nama Daerah: Pisang-Pisang, Kunir Pito, Para Nyai, Rapo-Rapo, Mrah Cina, Bagan, Delah
24
1.16 Ikan Gulamah/Tigawaja, Croackers/Drums - Sciaenidae
Badan memanjang agak pipih, sirip ekor bundar atau emarginate Gurat sisi sampai akhir sirip ekor Beberapa jenis mempunyai satu sungut di bagian dagu Warna: hampir seluruh badan keperakan, di sana sini terdapat noda-noda gelap Perairan pantai, terutama muara sungai Makanan ikan dan zooplankton Peraitan muara di Kalimantan Pelagis, terumbu karang, bergerombol Makanan zooplankton / telur ikan yang melayang Alat tangkap: Trawl, Gill Net, Pancing 1.16 Ikan Gulamah/Tiga Waja, croackers/Drums – Sciaenidae Karakteristik: badan memanjang agak pipih dengan sirip ekor umumnya bundar (rounded) atau emarginate. Ciri paling khusus adalah gurat sisi (linea lateralis) yang memanjang sampai akhir sirip ekor dan moncong mulut pendek. Beberapa jenis mempunyai satu sungut, terletak pada dagu. Seluruh tubuh berwarna keperakan, sirip dada dan perut sangat pucat. Di sana sini terdapat noda-noda berwarna gelap. Ikan Gulamah terdiri beragam spesies yang berbeda. Nama lokal: Siliman, krokot, Tengkerong, Sangeh Burung, Gelomo. Habitat: termasuk jenis ikan dasar dan tidak bergerombol. Tempat hidupnya adalah perairan pantai dengan dasar lunak (lumpur), terutama dekat muara sungai besar. Saat ini, Ikan Gulamah paling banyak ditemukan di wilayah Kalimantan. Dia mencari makan di dasar, termasuk jenis predator dengan makanan utama ikan dan crustacea. Perikanan: Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Trawl, Payang dan Dogol. Ukuran ikan bervariasi, namun jarang yang ditemukan lebih dari 30 cm. Nama Daerah: Siliman, krokot, Tengkerong, Samgeh Burung, Gelomo
25
1.17 Ikan Cucut, Shark - Carcharhinidae, Pristidae, Sphyrnidae, dll
Badan memanjang, kepala pipih, mulut di bawah moncong Sirip punggung menjulang, sirip ekor bagian atas lebih panjang (epicercal) Bertulang rawan, banyak jenis Panjang bisa mencapai > 200 cm Soliter, Habitat dari pantai, terumbu karang sampai perairan terbuka oseanik Predator: ikan berukuran lebih kecil Alat tangkap: Rawai Dasar, Pancing 1.17 Ikan Cucut, Sharks – Carcharhinidae, Pristidae, Sphyrnidae, dll Karakteristik: badan bulat memanjang, kepala pipih (lateral) dan mulut di bawah moncong (inferior). Sirip punggung menjulang tinggi dan sirip ekor bagian atas lebih panyang (epicercal). Badan tidak bersisik dan bertulang rawan. Di Indonesia tangkapan ikan cucut terdiri dari banyak jenis. Nama lokal: Cucut, Hiu, Cucut Ronggeng, Cucut gergaji, Hiu Martil, Cucut Macan, Mungsing. Habitat: Cucut termasuk jenis ikan yang solitar, tapi pada siang hari sering membentuk gerombolan kecil (seperti Cucut Martil). Distribusinya sangat luas, dari daerah pantai dengan terumbu karang yang subur sampai laut lepas. Beberapa jenis seperti Cucut sirip bintik putih maupun hitam, menghuni terumbu karang bagian luar, terutama pada bagian yang berarus. Termasuk jenis karnivor – makananya terutama ikan dan makrofauna lainnya. Perikanan: Ikan Cucut sering menjadi hasil samping dari alat Tuna Long Line. Karena harga siripnya yang sangat mahal di pasar Hongkong, akhir-akhir ini dia menjadi komoditas ekonomis yang dicari nelayan. Alat tangkap utama untuk ikan ini adalah Rawai dasar. Hasil tangkapan Cucut oleh nelayan bisa mencapai panjang 200 cm. Nama Daerah: Cucut, Hiu, Cucut Ronggeng, Cucut gergaji, Hiu Martil, Cucut Macan, Mungsing
26
1.18 Ikan Pari, Rays - Dasyatidae, Myliobatidae, dll
Badan umumnya pipih seperti cakram, ekor panjang seperti cambuk dengan duri beracun Mulut di bagian bawah kepala, di belakang mulut terdapat deretan celah insang Ukuran beragam, tergantung jenis Habitat: perairan pantai, dekat karang Genus: dasyatis, Himantura, Aetobatis, Makanan: makrofauna, menggaruk dasar Alat tangkap: pukat pantai, pancing Gill Net, Trawl, Tombak 1.18 Ikan Pari, Rays – dayatidae, Myliobatidae, dll Karakteristik: Badan sangat pipih (lateral), bentuknya simetri, badan lebih lebar daripada panjangnya. Kedua mata berada di bagian atas tubuh, tidak mempunyai sirip punggung dan sirip ekor. Hampir semua jenis mempunyai satu ekor (tail) yang panjang menyerupai cambuk. Umumnya ekor dilengkapi dengan satu duri yang beracun. Lebar badan bisa mencapai 4 m. Warna badan sangat beragam tergantung dari jenis. Nama lokal: Pari Macan, Lalat, Pari Tanjung, Pari Ketuka, pari Burung, Pari Belang Habitat: umumnya ikan Pari termasuk ikan yang hidup di laut. Namun beberapa spesies ada yang menghuni muara sungai bahkan masuk ke dalam aliran sungai. Sebagai ikan dasar (demersal), ikan pari sering menanam diri di dalam pasir untuk mengelabui mangsa atau pemangsa. Perikanan: Ikan Pari sering tertangkap dengan alat rawai dasar. Kadangkala ikan Pari juga tertangkap dan menjadi hasil sampingan dari alat tangkap Trawl. Lebar badan bisa mencapai 4 m. Ikan Pari tidak termasuk jenis yang komersial karena dagingnya kurang digemari oleh masyarakat. Nama Daerah: Pari Macan, Lalat, Pari Tanjung, Pari Ketuka
27
1.19 Ikan Bawal Hitam, Black Pomfret - Carangidae
Badan pipih dan melebar, sirip punggung dan perut memanjang sampai ekor Pada ekor terdapat scute, sirip dada panjang, merincung seperti sabit Warna: coklat abu kebiruan bagian atas, perut keputihan, ukuran cm Habitat: pantai dasar lumpur, schooling Makanan: zooplankton Komersial hampir seluruh Indonesia Spesies: Parastromateus niger Alat tangkap: Payang, Dogol, lampara, Trawl 1.19 Ikan Bawal Hitam, Black Pomfret - Carangidae Karakteristik: Badan sangat pipih (vertikal), sirip perut dan punggung memanjang sampai ke ekor. Sirip dada panjang, meruncing seperti sabit. Di depan sirip ekor (caudal peduncle) terdapat scute. Moncong pendek dan mulut kecil. Warna badan bagian atas coklat abu kebiruan, bagian bawah keperakan. Sepintas ikan ini kirip dengan Bawal Putih, namun keduanya terpisah , berbeda pada tingkat famili. Bawal Hitam terdiri dari hanya satu spesies: Parastromateus niger. Nama lokal: Gebel, Manriwasa Leleng, Bawal Tambak, Bawar, Dueh Hitam. Habitat: Bawal Hitam lebih banyak menghuni perairan pantai dengan dasar lumpur. Pada siang hari dia berada dekat dengan dasar, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan. Sering kali ikan ini memasuki wilayah estuari, terutama dekat dengan sungai-sungai besar dengan membentuk gerombolan besar (schooling). Makanan utamanya adalah plankton. Perikanan: Alat tangkap utama ikan ini termasuk Lampara dasar, Payang, Dogol dan Trawl. Daerah operasi penangkapan paling besar dari ikan Bawal Hitam saat ini adalah perairan Kalimantan. Ukuran ikan yang tertangkap mencapai panjang 30 – 40 cm. Nama Daerah: Gebel, Manriwasa Leleng, Bawal Tambak, Bawar, Dueh Hitam
28
1.20 Ikan Bawal Putih, Silver Pomfret - Stromatidae
Badan pipih, punggung bongkok Mirip Bawal Hitam – sirip dada tidak runcing, tidak ada scute, sirip ekor bercabang dalam (forked) Warna atas biru kehitaman, bawah putih mengkilap dengan totol-totol (titik) hitam Habitat: pantai dasar lumpur, schooling Makanan: zooplankton Komersial hampir seluruh Indonesia Genus: Pampus spp Alat tangkap: Lampara dasar, Payang, Dogol dan Trawl 1.20 Ikan Bawal Putih, Silver Pomfret - Stromatidae Karakteristik: Badan sangat pipih lateral (punggung bongkok), moncong sangat pendek, sirip dada tidak runcing sperti Bawal Hitam dan tidak mempunyai sirip perut. Sirip ekor bercagak (forked) dalam, bagian bawah lebih panjang. Warna badan bagian atas abu-abu, bagian bawah putih keperakan. Terdapat bintik-bintik hitam (sangat kecil) pada hampir seluruh tubuh. Sirip punggung ujungnya gelap. Jenis yang ditemukan di Indonesia terdiri dari dua spesies, yaitu: Pampus argenteus dan pampus chinensis. Nama lokal: Bawal Tambak, Kilat, Dawah, Lawang, Manriwasa kebo, Dueh Putih, Duweh Bujang, Bawal Cermin Habitat: Bawal Putih lebih banyak menghuni perairan pantai dengan dasar lumpur, sseperti Bawal Hitam. Pada siang hari dia berada dekat dengan dasar, sedangkan pada malam hari naik ke permukaan. Sering kali ikan ini memasuki wilayah estuari, terutama dekat dengan sungai-sungai besar dengan membentuk gerombolan besar (schooling). Makanan utamanya adalah plankton. Perikanan: Alat tangkap utama ikan ini termasuk Lampara dasar, Payang, Dogol dan Trawl. Daerah operasi penangkapan paling besar dari ikan Bawal Hitam saat ini adalah perairan Kalimantan. Ukuran ikan yang tertangkap mencapai panjang 30 – 40 cm dengan panjang maksimum 60 cm. Nama Daerah: Dawah, Lawang, Manriwasa kebo, Dueh Putih, Bawal Cermin
29
1.21 Ikan Alu-Alu, Barracuda - Sphyraenidae
Badan panjang dan silindris, Mulut lebar dengan gigi kuat, rahang bawah agak menjulur ke depan Warna atas abu-abu, bagian bawah putih Panjang dapat mencapai 165 cm, yang kecil sekitar 40 cm Habitat: perairan pantai sekitar terumbu karang Predator – ikan & makrofauna Alat tangkap: Sero, Gill Net, Pancing Spesies: Sphyraena barracuda 1.21 Ikan Alu-Alu, Barracuda - Sphyraenidae Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu, mulut lebar dengan gigi taring (canine) yang kuat, rahang bawah lebih menonjol ke dapan (superior). Sirip ekor berbentuk emarginate ganda, kedua ujung sirip ekor berwarna pucat. Pada tubuh bagian bawah terdapat noda-noda (blotch) berwarna hitam. Kepala diantara kedua mata datar atau sedikit cekung. Famili Sphyraenida hanya mempunyai satu genus dan 25 spesies. Jenis yang tertangkap di Indonesia diduga terdiri dari 7 spesies: Sphyraena barracuda, S. forsteri, S. helleri, S. jello, S. obtusata, S. putnamae dan S. qenie. Nama lokal: Kucul, Titil, Kacang-Kacang, Pengaluan, Tenak, Tenok, Kadalan, Leres, Tunel, Pengalasang, Senuk, Kacang Merah, Langsar, Tancak, Curut, Kacang Lopek, Habitat: termasuk jenis ikan pelagis. Ikan muda berada di daerah bakau, estuari dan terumbu karang bagian dalam; ikan dewasa tersebar luas dari pantai sampai laut lepas; bersifat soliter namun bisa juga ditemukan dalam gerombolan kecil. Termasuk ikan carnivor, jenis makanannya dari ikan, cephalopoda dan udang. Perikanan: Alat tangkap utama ikan pancing. Ikan ini bisa ditangkap pada seluruh perairan Indonesia dengan terumbu karang yang masih baik. Panjangnya dapat mencapai 160 cm, namun ditangkap umumnya pada ukuran 40 cm. Nama Daerah: Kucul, Titil, Kacang-Kacang, Pengaluan, Tenak
30
1.22 Ikan Layang, Scads - Carangidae
Badan bulat memanjang, antara sirip dubur dan ekor terdapat finlet, dua duri depan sirip dubur Bagian ekor terdapat scute Warna atas biru kehijauan, bawah keperakan, sirip berwarna kuning kemerahan Habitat: perairan pantai, pelagis, schooling, Makanan: plankton, Komersial tapi harga murah Alat tangkap: Payang Purse Seine, Lampara 1.22 Ikan Layang, Scads - Carangidae Karakteristik: Badan bulat memanjang, antara sirip dubur dan sirip punggung dengan sirip ekor terdapat finlet. Di bagian depan sirip dubur terdapat dua duri keras, pada ekor terdapat scute pada kedua sisi lateral dan pada tutup insang terdapat noda berwarna hitam. Tubuh bagian atas berwarna biru kehijauan sedangkan bagian perut berwarna keperakan. Sirip berwarna kuning kemerahan. Ikan Layang termasuk genus Decapterus dalam famili Carangidae. Nama lokal: Malalugis, Basung, Sardin Merah, Selayang Ekor, Benggol Deles, Luncu, Curut, Layang Lidi, Korok, lajeng Lakek, Julung-Julung, Tengkerong, Gelama. Habitat: termasuk jenis ikan pelagis, membentuk gerombolan dan lebih sering berada di lepas pantai. Ikan Layang ditemukan pada hampir seluruh perairan Indonesia. Wilayah migrasi yang paling utama termasuk Selat Malaka, Utara Jawa, laut Flores dan Sulawesi. Kadang ditemukan dalam rombongan kecil di bagian luar terumbu karang. Makanan utama adalah plankton. Perikanan: Alat tangkap paling efektif untuk menangkap ikan Layang adalah Purse Seine (Laut Jawa dan Selat Makasar). Layang juga sering tertangkap dengan menggunakan alat Payang. Ukuran ikan bervariasi, tergantung jenisnya. Untuk jenis Decapterus macrosoma (yang umum ditemukan di Indonesia), panjang maksimum bisa mencapai 35 cm, namun lebih sering tertangkap pada ukuran 25 cm. Nama Daerah: Malalugis, Basung, Sardin Merah, Selayang Ekor, Benggol Deles, Luncu, Curut
31
1.23 Ikan Selar, YellowStrip Scads - Carangidae
Badan agak pipih dan memanjang, mata besar dibanding layang Dua duri didepan sirip dubur dan scute pada ekor. Sirip dada meruncing bagian ujung nya (bulan sabit) Bagian atas berwarna biru kehijauan, perut putih keperakan. Sebagian ada garis sisi berwarna kuning. Ujung insang ada noda hitam. Panjang 13 – 15 cm ada juga 25 – 30 cm 3 spesies: Selaroides leptolepis, Selar boops, Selar crumenophthalmus Habitat: perairan pantai, pelagis, schooling, hampir seluruh perairan Indonesia Makanan: plankton Komersial, cukup banyak didapat Alat tangkap: Purse Seine, Lampara 1.23 Ikan Selar, yellow Strip Scads - Carangidae Karakteristik: badan agak pipih (vertikal) dan memanjang. Mata besar (dibanding pada ikan Layang), sirip dada panjang dan meruncing seperti bulan sabit dan pada sisi badan terdapat garis berwarna kuning dari belakakng kepala sampai ekor. Pada tutup insang terdapat noda berwarna hitam, gurat sisi menjadi scute pada ekor dan terdapat dua duri keras di depan sirip dubur. Punggung berwarna biru kehijauan, sedangkan bagian perut berwarna putih keperakan. Spesies yang paling umum ditemukan di perairan Indonesia adalah: Selaroides leptolepis, Selar boops dan Selar crumenophthalmus. Nama lokal: Pelata Kuning, Pelata Sanui, Selar Kuning, Angora, Jalu-Jalu, Lolong Jalur Habitat: menyebar dari laut lepas (dekat pulau) sampai perairan pantai. Genus Selar bersifat pelagic dan membentuk gerombolan sampai ratusan ribu. Sedangkan genus Selaroides lebih sering mendekati demersal pada dasar lunak (kedalaman < 50 m). Jenis makanan bervariasi dari plankton, bentos dan juga larva ikan. Ikan ini ditemukan pada hampir di seluruh wilayah perairan Indonesia. Perikanan: Alat tangkap paling efektif untuk menangkap ikan Selar adalah Purse Seine (Laut Jawa dan Selat Makasar). Namun juga sering tertangkap dengan menggunakan alat Payang. Ukuran ikan bervariasi, tergantung jenisnya. Untuk jenis Selar crumenopthalmus bisa mencapai ukuran maksimum 70 cm (banyak tertangkap ukuran 30 cm). Jenis Selar boops lebih banyak ditangkap pada ukuran sekitar 22 cm. Sedangkan Selaroides leptolepis bisa mencapai ukuran 22 cm (banyak tertangkap pada ukuran 15 cm). Nama Daerah: Pelata Kuning, Pelata Sanui, Selar Kuning, Angora, Jalu-Jalu, Lolong Jalur
32
1.24 Ikan Kuwe, Trevallies/jacks - Carangidae
Badan lebar dan pipih, dua duri depan sirip dubur, dada tidak bersisik Duri lunak pada sirip punggung kedua panjang mencapai ekor Noda coklat atau hitam pada tutup insang Warna beragam: biru kehijauan bagian atas, kuning mas atau keperakan di bagian bawah Panjang beragam, tergantung spesies – ada yang mencapai 150 cm Habitat: perairan terumbu karang, pelagis, schooling, sebagian soliter, hampir seluruh perairan Indonesia Makanan: berburu ikan Komersial, cukup banyak didapat Alat tangkap: pancing, Purse Seine, Payang, Gill Net 1.24 Ikan Kuwe, Trevallies/Jacks - Carangidae Karakteristik: Badan pipih, punggung lebih CEMBUNG dibanding perut (khas untuk genus Caranx), terdapat scute pada ekor sebagai perpanjangan dari gurat sisi, sirip punggung kedua dan sirip dubur memanjang sampai ekor, dua duri keras didepan sirip dubur (umum untuk famili Carangidae) dan noda hitam pada tutup insang (khusus untuk spesies caranx papuensis, noda tersebut berwarna putih). Sirip dada panjang dan membentuk bulan sabit (falcate). Wara badan sangat bervariasi, tergantung spesies. Spesies Caranx ignobilis berwarna hitam sampai keperakan. Jenis Gnathanodon speciosus berwarna kuning dengan garis-garis vertikal berwarna hitam. Sedangkan Caranx melampygus berwarna abu kebiruan dengan totol-totol hitam pada punggungnya. Famili Carangidae terdiri dari 33 genus, tujuh genus termasuk dalam kategori ikan Kuwe, yaitu: Alectis, Alepes, Atropus, Atule, Carangoides, Caranx, Gnathanodon, Trachinotus dan Uraspis. Nama lokal: Languan, Putihan, Pulas Keladi, Cupak, Jamah, Repoh, Tai Ayam. Habitat: tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat beragam, dari pantai sampai laut lepas (oseanik) dan dari yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar (demersal). Caranx dan Gnathanodon sangat khas sebagai penghuni terumbu karang (reef associated). Hampir semua ikan Kuwe mempunyai sifat bergerombol (schooling) dan bersifat carnivor. Makanan utamanya adalah ikan dan makrofauna lainnya. Perikanan: perikanan komersial dari ikan Kuwe sebagian besar ditujukan bagi jenis ikan yang bergerombol dan berada di luar habitat karang (laut lepas). Alat tangkap yang paling dominan adalah Purse Seine dan Gill Net (sebagian kecil). Untuk jenis ikan Kuwe yang terdapat di terumbu karang, alat tangkap paling dominan adalah Pancing dan jaring Muro Ami. Di Indonesia, produksi ikan Kuwe terutama dijual segar dan untuk pindang. Ukuran yang tertangkap sangat beragam, tergantung dari spesiesnya. Jenis perikanan ini sangat penting bagi nelayan untuk pasar lokal dan domestik. Nama Daerah: languan, Putihan, Pulas keladi, Cupak, Jamah, Repoh, Tai Ayam
33
1.25 Ikan Tetengkek, Hardtail Scad - Carangidae
Badan terpedo, ada 6-9 finlet di belakang sirip punggung dan dubur Terdapat scute sepanjang gurat sisi. Ekor keras dan langsing. Sirip ekor forked. lTerdapat noda hitam pada tutup insang. Warna: atas biru kehijauan, bawah putih keperakan Panjang bisa mencapai 37 cm, umumnya 25 cm Habitat: hampir seluruh perairan pantai Indonesia , pelagis, schooling Makanan: terutama ikan Alat tangkap: pancing tonda, gill net, payang, purse seine Komersial – untuk ikan pindang 1.25 Ikan Tetengkek, Hardtail Scad, Torpedo Scad - Carangidae Karakteristik: badan bulat memanjang, bagian belakang agak pipih. Di belakang sirip punggung kedua dan di belakang sirip dubur terdapat 7 – 10 finlet yang terpisah satu sama lain. Gurat sisi membentuk kurva di bagian depan badan dan berbelok pada duri keras ke-lima dari sirip punggung pertama. Setelah itu gurat sisi membentuk scute. Kepala dan punggung berwarna abu kebiruan sampai hijau, bagian perut keperakan. Pada operculum terdapat noda berwarna hitam yang berukuran cukup besar dan jelas. Ujung sirip ekor berwarna gelap. Spesies yang paling umum ditemukan dari hasil tangkapan di Indonesia adalah Megalaspis cordyla. Nama lokal: Cengkurungan, Kacangan, Panga, Sarisi, Selar Tengkek, Kerongan, Cencaru, Keras Ekor, Habitat: Ikan ini tersebar pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia, termasuk jenis ikan pelagis dan bergerombol (schooling). Jenis makanannya adalah ikan-ikan kecil. tergantung dari spesiesnya, habitat dari ikan Kuwe sangat beragam, dari pantai sampai laut lepas (oseanik) dan dari yang bersifat pelagis sampai mendekati dasar (demersal). Alat tangkap yang paling sering digunakan adalah Purse Seine, Payang dan Pancing Tonda. Ikan ini sebenarnya bisa mencapai panjang 70 cm. Namun lebih sering tertangkap pada ukuran 25 – 35 cm. Sayangnya ikan ini sudah mulai jarang didapat oleh nelayan di Indonesia. Nama Daerah: Cengkurungan, Kacangan, Panga, Sarisi, Selar Tengkek, kerongan, Cencaru, Keras Ekor,
34
1.26 Ikan Daun Bambu/Talang2, Queen Fish - Carangidae
Badan bmemanjang dan tipis (pipih) , finlet di belakang sirip punggung dan dubur, dua duri didepan sirip dubur dan 6-7 duri di depan sirip punggung Di atas gurat sisis terdapat 6-8 noda hitam Warna: atas biru kehijauan, bawah kuning keemasan. Panjang dapat mencapai 100 cm, umumnya 60 cm Habitat: hampir seluruh perairan pantai Indonesia , pelagis, schooling Makanan: terutama ikan Alat tangkap: pancing tonda, gill net, payang, purse seine Komersial – untuk ikan pindang 1.26 Ikan Daun Bambu, Queen Fsihes - Carangidae Karakteristik: badan memanjang dan tipis/pipih (vertikal). Sirip punggung pertama terpisah-pisah dengan 6 – 7 duri keras. Pada ikan dewasa terdapat noda hitam berbentuk bulat atau seperti jari yang memotong/berimpit dengan gurat sisi (ciri khas). Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat sirip tambahan (finlet) yang hampir bersatu. Kepala dan punggung berwarna hijau keabu-abuan, bagian perut keperakan. Jenis yang terdapat di Indonesia termasuk Scomberoides tala, S. lysan, S. tol, S. commersonnianus dan Acanthocybium solandri. Nama lokal: badong, Lima Jari, Tok Pekang, Bekalang, Seliat, Iyot, Talang Padi Habitat: Kecuali spesies Acanthocybium solandri, semua jenis Daun Bambu hidup pada perairan pantai. Ikan-ikan ini tersebar pada hampir seluruh wilayah perairan Indonesia. Makanannya bervariasi seperti makrofauna, namun makanan utama adalah ikan. Umumnya ikan ini bersifat soliter, tapi terkadang membentuk gerombolan yang tidak permanen. Perikanan: alat tangkap yang paling sering digunakan adalah Pancing Tonda, namun bisa juga tertangkap dengan gill Net hanyut dan Purse Seine. Dia bisa mencapai ukuran 100 cm dan sering tertangkap pada panjang sekitar 60 cm. Sayangnya ikan ini sudah mulai jarang didapat oleh nelayan di Indonesia. Nama Daerah: badong, Lima Jari, Tok Pekang, Bekalang, Seliat, Iyot, Talang Padi
35
1.27 Ikan Sunglir, Ranbow Runner - Carangidae
Badan bulat panjang . Terdapat satu finlet dibelakang sirip punggung dan dubur Sirip ekor forked, dengan lekukan hampir bertemu tulang ekor Warna: atas biru laut kehijauan, bawah putih keperakan. Panjang dapat mencapai 180 cm, umumnya 90 cm Satu spesies: Elagatis bipinnulata Habitat: ditemukan dekat terumbu karang, bisa oseanik – Sumatera, Sulawesi, Ambon, Banda, pelagis Makanan: avertebrata, crustacea dan zooplankton Alat tangkap: Muro Ami, payang 1.27 Ikan Sunglir, Rainbow Runner - Carangidae Karakteristik: badan memanjang hampir seperti cerutu. Kepala runcing, mulut kecil dan rahang atas berakhir dekat mata. Rahang bergigi bentuk villiform, gigi juga terdapat pada mulut dan lidah. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur masing-masing terdapat 2 sirip tambahan (finlet). Sirip ekor bercagak dalam (forked). Warna punggung biru kehijauan dan perut berwarna keputihan. Terdapat dua garis membujur pada sisi badan berwarna biru muda, diantaranya juga terdapat strip berwarna kekuningan. Diduga jenis ikan Sunglir terdiri dari hanya satu spesies, yaitu: Elagatis bipinnulata. Nama lokal: Bandeng Laut, Sinrili Batang, Pisang-Pisang, Sulir Habitat: Ikan Sunglir termasuk jenis pelagis, biasanya berada dekat permukaan. Dia lebih banyak berada pada habitat terumbu karang, namun bisa jiga ditemukan di laut lepas. Secara temporer bisa membentuk gerombolan, namun umumnya soliter. Jenis makanannya adalah avertebrata air dan ikan-ikan kecil. Perikanan: ikan Sunglir tersebar hampir pada seluruh wilayah perairan Indonesia, terutama Padang, Jawa, Sulawesi, Ambon dan Banda. Ukuran maksimum bisa mencapai 110 kg (berat maksimum 10 kg), namun sering tertangkap pada ukuran 80 cm (fork length). Sunglir sering tertangkap dengan Pancing Tonda, bisa juga tertangkap dengan Muro Ami dan Payang. Nama Daerah: Bandeng Laut, Sinrili Batang, Pisang-Pisang, Sulir
36
1.28 Ikan Terbang, Flying Fishes – Exocoetidae
Badan bulat panjang , ukuran ikan kecil Sirip dada memanjang seperti sayap, untuk meluncur di atas air Sirip perut dekat dengan pangkal ekor Warna: atas biru, bawah keperakan Panjang bisa mencapai 27 cm, umumnya 20 cm Habitat: oseanik dan pantai – Indonesia Timur, Selat Makasar Makanan: plankton feeder Alat tangkap: payang dengan bantuan rumpon (Sulawesi Selatan), gill net (Manado) 1.28 Ikan Terbang, Flying Fishes - Exocoetidae Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu (fusiform), rahang relatif pendek. Sirip dada sangat besar dan bisa digunakan untuk membantu bergerak di atas air. Beberapa spesies juga mempunyai sirip perut yang berukuran besar untuk membantu bergerak di atas air sekaligus dengan empat sayap. Sirp perut bercagak dalam (forked). Sirip ekor bagian atas lebih pendek dibanding bagian bawah. Gurat sisi terletak pada tubuh bagian bawah (perut) dan sirip tidak mempunyai duri keras. Jenis yang banyak ditemukan di Indonesia adalah genus Cypselurus spp. Nama lokal: Belalang, Bangsi Habitat: Ikan terbang adalah jenis ikan permukaan (pelagis) yang menghuni wilayah pantai, neritik sampai laut lepas. Ikan ini dikenal karena kemampuannya untuk bergerak di atas air (terbang) dalam jarak yang cukup panjang. Hidupnya bergerombol dan wilayah migrasinya lokal. Jenis makanan utamanya adalah zooplankton, jenis yang lebih besar juga memakan ikan-ikan kecil. Perikanan: beberapa spesies dari ikan ini bisa mencapai ukuran 45 cm, namun di Indonesia umumnya tertangkap pada ukuran < 20 cm. Selat Makasar adalah wilayah perairan yang paling potensial untuk perikanan ikan Terbang. Alat tangkap yang umum dipakai adalah payang dengan bantuan rumpon. Di daerah Menado juga biasa digunakan alat Gill Net. Nama Daerah: Belalang, Bangsi
37
1.29 Ikan Belanak, Mullets – Mugilidae
Badan bulat panjang , tidak mempunyai gurat sisi Bibir atas tebal, sirip dada berwarna hitam Warna: atas kecoklatan, bawah keperakan Panjang bervariasi antara 25 – 35 cm Habitat: daerah pantai yang ada muara sungai – Jawa, kalimantan, Papua Barat Makanan: tanaman air dan detritus Alat tangkap: Sero, Jermal, Togo, dilengkapi lampu 1.29 Ikan belanak, Mullets - Mugilidae Karakteristik: badan bulat panjang, mulut kecil dan bisa ditarik keluar (protactile), dua sirip punggung yang terpisah cukup jauh satu sama lain dan tidak mempunyai gurat sisi (lateral line). Sirip dada kecil dan berwarna kehitaman. Genus yang paling umum di Indonesia adalah Mugil spp. Nama lokal: Gereh, Gerpuh, Gerita, Jumpul, Kedera, Rapang. Habitat: Ikan belanak sebenarnya termasuk jenis ikan laut (daerah pantai), namun sering juga tertangkap di daerah air payau dan kadang sampai ke daerah aliran sungai. Hidupnya lebih banyak di dasar (demersal) perairan yang berlumpur. Jenis makanannya fitoplankton (diatom) dan detritus pada sedimen dasar. Perikanan: Ikan ini dulunya sangat terkenal di pantai Utara Jawa (tahun 1980an). Masyarakat Indra Mayu merupakan wilayah penangkapan utama dan digemari oleh masyarakat lokal. Jenis alat tangkap utama adalah Jermal, Togo dan Sero yang operasinya dibantu dengan alat lampu. Selain itu ikan ini juga ditangkap dengan gill net. Alat jenis purse seine kurang tepat untuk menangkap ikan Belanak karena sering meloncat setelah terkurung. Nama Daerah: gereh, gerpuh, Gerita, Jumpul, Kedera, Rapang
38
1.30 Ikan Kuro/Senangin, Paradise Fish – Polynemidae
Badan bulat panjang , mulut besar di bawah moncong rahang atas Sirip dada dua, bagian bawah seperti cambuk (sungut) panjang sampai perut bahkan ekor Warna: atas hijau keperakan atau gelap, bawah keemasan Panjang bisa mencapai 100 cm, umumnya 25 cm Habitat: demersal, daerah pantai yang ada muara sungai, masuk sungai – kalimantan, Sumatera Makanan: crustacea Alat tangkap: Sero, Jermal, gill net, trawl Banyak ditangkap di Sumatera dan Kalimantan 1.30 Ikan Kuro/Senangin, Paradise Fish, Threadfins - Polynemidae Karakteristik: badan agak bulat memanjang, posisi mulut di bawah (inferior). Ciri khas ikan ini adalah mempunyai di pasang sirip dada – sirip dada kedua (letaknya lebih di depan) mempunyai 3 – 15 duri lunak yang panjang; mempunyai dua sirip punggung yang terpisah satu sama lain cukup jauh. Badan bagian atas berwarna hijau keperakan. Sedangkan bagian perut berwarna keemasan. Ikan ini termasuk dalam famili Polynemidae yang terdiri dari 7 genus dan ada 6 genus yang ditemukan di wilayah perairan Indonesia: Eleutheronema, Filimanus, Leptomelanosoma, Parapolynemus, Polydactylus dan Polynemus. Nama lokal: Jangut, Kurau, Borneo Threadfin, Kurau Jangut, Kesumbang, Lausan, Sumbal, Baling, enohong, Moncong. Habitat: sebagian besar termasuk ikan laut maupun air payau, beberapa spesies ada yang menghuni daerah sungai, terutama dekat dengan laut. Ikan Kuro termasuk jenis demersal terutama dengan tipe dasar lunak. Jenis makanannya adalah detritus dan organisme bentos lainnya. Beberapa spesies berada di sekitar terumbu karang. Perikanan: ikan Kura saat ini masih cukup mudah ditemukan pada pasar-pasar lokal dan rumah makan di Kalimantan Timur. Nelayan menangkap ikan ini di muara-muara sungai dengan menggunakan alat perangkap seperti Sero, Jermal dan Gill net. Ikan jenis ini sebenarnya bisa mencapai panjang > 100 cm, namun paling sering tertangkap pada ukuran sekitar 25 cm. Fishing ground utama termasuk Sumatera, Kalimantan dan Utara Jawa. Nama Daerah: Jangut, Kurau, Borneo Threadfin, Kurau Jangut
39
1.31 Ikan Julung-Julung, Halfbeak, Needlefish – Belonidae, Hemiramphidae
Badan memanjang, ramping. Rahang memanjang dan berduri keras seperti gigi Sirip punggung dan dubur terletak berlawanan. Warna punggung biru kehijauan Panjang bisa mencapai 100 cm, umumnya < 50 cm Habitat: daerah pantai dekat muara sungai pelagis, - terkait terumbu karang Makanan: makrofauna Alat tangkap: gill net, jaring tarik, pancing apung 1.31 Ikan Julung-Julung, garfish, Halfbeak, Needlefish – Belonidae, Hemiramphidaelat Karakteristik: badan memanjang, langsing seperti cerutu. Rahang memanjang dan berduri keras, kuat seperti gigi. Pada famili Belonidae, sebagian genus mempunyai bentuk sirip bercabang (forked), sebagian lagi berbentuk bulat. Pada famili Hemiramphidae, rahang bawah panjang melebihi rahang atas dengan sirip ekor bercabang dan bagian bawah lebih panjang. Warna punggung biru kehijauan, bagian perut berwarna putih keperakan. Juga terdapat garis berwarna biru tua pada bagian sisi tubuh. Nama lain: Kacangan, Loncong, Saku, Todak, Sindik, Sunduk, Sundoprono, Tracas, Kacang-Kacang. Habitat: sebagian besar merupakan jenis ikan laut dan air payau; beberapa spesies ada yang sampai menyebar ke sungai. Ikan Julung-Julung termasuk jenis ikan karnivor – makanannya ikan-ikan kecil, ditangkap secara terbalik (famili Hemiramphidae). Jenis dari famili Belonidae beberapa kali dilaporkan melukai manusia, terutama pada saat malam hari ketika ikan tertarik pada lampu. Perikanan: ikan ini bisa tertangkap dengan alat bagan yang dibantu dengan lampu. Jenis ikan yang berukuran besar juga tertangkap dengan alat Gill Net dan Pancing Apung dan Pancing Layang. Pancing tersebut umumnya dilengkapi dengan umpan ‘lure’. Beberapa jenis ikan Julung-Julung bisa mencapai ukuran 100 cm namun ada juga jenis yang tertangkap pada panjang < 10 cm. Nama Daerah: Kacangan, Loncong, Saku, Todak, Sindik, Sunduk, Sundoprono, Tracas, Kacang-Kacang
40
1.32 Ikan Teri, Anchovies – Engraulidae
Badan memanjang, moncong tumpul, rahang bawah lebih pendek Antara sirip dada dan sirip perut terdapat scute (sisik keras melindungi perut) Warna punggung gelap dan badan tidak berwarna Panjang umumnya antara 9 – 12 cm Habitat: perairan pantai, schooling – Utara Jawa, Sumatera, papua pelagis, - terkait terumbu karang Makanan: plankton (kopepod dan larva udang) Alat tangkap: Bagan (lampu), Serok 1.32 Ikan Teri, Anchovies – Engraulidae Karakteristik: badan memanjang seperti cerutu, moncong tumpul dan rahang bawah lebih pendek dibanding rahang atas (posisi mulut subterminal). Antara sirip dada dan sirip perut terdapat scute (sisik keras yang bisa berfungsi untuk melindungi perut). Warna bagian punggung gelap dan bagian perut biasanya transparan. Sering terdapat garis keperakan pada bagian sisi badan. Jenis yang paling umum di Indonesia adalah Stolephorus spp. Nama lokal: Gunjing, Sampu Layang, Mangban, Bilis, Gonjeng, Lawi Ayam, Ikan Putih, Bunga. Habitat: Ikan teri termasuk jenis ikan laut, beberapa juga hidup di perairan payau. Termasuk jenis ikan pelagis dan bergerombol (schooling), ikan ini paling banyak menghuni wilayah dekat pantai. Hampir semuanya termasuk jenis pemakan plankton, namun ada beberapa spesies yang carnivor. Perikanan: Ikan Teri umumnya tertarik pada sinar lampu. Nelayan menggunakan tingkah laku ini dengan menaruh lampu di atas Bagan. Selain Bagan, ikan ini juga ditangkap dengan menggunakan Serok. Ikan ini ditangkap pada hampir seluruh wilayah di Indonesia dan sangat khas merupakan perikanan skala kecil. Beberapa nelayan menangkap ikan Teri sebagai umpan pada perikanan Huhate (Pole and Line). Ikan ini bisa mencapai panjang maksimum 50 cm, namun ukuran yang tertangkap adalah < 15 cm. Nama Daerah: Gunjing, Sampu Layang, Mangban, Bilis, Gonjeng, Lawi Ayam, Ikan Putih, Bunga Air
41
1.33 Ikan Japuh, Rainbow Sardine – Clupeidae
Badan memanjang, perut membulat. Sirip punggung dan perut dekat dengan ekor dibanding kepala Terdapat ventral scute. Pada sisi badan terdapat sabuk berwarna keemasan (setelah dewasa warna semakin samar) Warna: punggung hijau kebiruan, dan perut keperakan Panjang: maksimum mencapai 20 cm Hanya dua spesies: Dussumieria acuta dan D. elopsoides Habitat: pelagis, dekat pantai, terbatas Kalimantan Makanan plankton Alat tangkap: Gill Net, Bagan (lampu), Payang dan Sero 1.33 Ikan Japuh, Rainbow Sardine – Clupeidae Karakteristik: badan memanjang berbentuk cerutu, tetapi secara melintang agak pipih sedangkan bagian perut membulat. Sirip punggung dan sirip perut lebih dekat dengan ekor dibandingkan kepala. Terdapat scute antara sirip perut dan dubur. Pada ikan yang lebih muda, terdapat garis keemasan pada sisi badan (warna tersebut semakin samar pada ikan dewasa). Warna punggung hijau kebiruan, sedangkan perut berwarna keperakan. Jenis yang terdapat di Indonesia adalah Dussumieria acuta dan D. elopsoides. Nama lokal: Tembang Jawa, Janggul, Tamban Bulat, Tamban Buluh, Tamban Bines, Tembang Bines. Habitat: termasuk ikan pelagis dengan penyebaran di sekitar perairan pantai. Sumatera, Utara Jawa dan Kalimantan adalah daerah utama penanglapan ikan ini. Makanannya adalah plankton. Perikanan: Ikan Japuh lebih banyak tertangkap dengan alat Payang dibandingkan Purse Seine yang lebih banyak mengejar gerombolan ikan Layang, Lemuru dan Tembang. Biaya operasi Payang relatif lebih rendah dibanding Purse Seine. Selain itu Japuh juga banyak ditangkap dengan menggunakan Sero. Ikan Japuh bisa mencapai panjang 20 cm, dan lebih banyak tertangkap pada ukuran 15 cm. Nama Daerah: Tembang Jawa, Janggul, Tamban Bulat, Tamban Buluh, Tamban Bines, Tembang Bines
42
1.34 Ikan Tembang, Fringescale Sardinella – Clupeidae
Badan memanjang, perut membulat. Terdapat ventral scute dimulai sirip dada sampai dubur Sirip punggung terletak di tengah. Pada sisi badan terdapat sabuk berwarna keemasan (setelah dewasa warna semakin samar) Warna: punggung hijau kebiruan, san perut keperakan Panjang: umumnya sekitar 14 cm Diduga 3 spesies: Sardinella fimbriata, S. gibbosa dan S. brachysoma 1.34 Ikan Tembang, Fringescale Sardinella – Clupeidae Karakteristik: badan memanjang, perut bulat, bagian bawah lebih cembung dibanding ikan Lemuru atau Selar. Terdapat ventral scute dari sirip dada sampai sirip dubur. Pada sisi badan terdapat sabuk berwarna keemasan. Sirip punggung terletak di tengah, antara moncong dan ekor. Ikan Tembang diduga terdiri dari tiga spesies, yaitu: Sardinella fimbriata, S. gibbosa dan S. brachysoma. Nama lokal: Alur-Alur, Mata Lebar, Puput, Tamban Bujur, Lopek, Tamban Sisik, Tamban Pipih. Habitat: Ikan Tembang termasuk jenis ikan pelagis yang bergerombol, habitat utamanya adalah perairan pantai. Makanan utamanya adalah plankton. Perairan Utara Jawa dan Sulawesi merupakan daerah penangkapan potensial untuk ikan ini. Perikanan: Perikanan Tembang, seperti umumnya famili Clupeidae, termasuk jenis ikan pelagis kecil yang berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat pantai. Jenis alat tangkap yang biasa dipakai adalah Payang, Dogol, Bagan dan Purse Seine. Ikan ini biasanya ditangkap pada ukuran sekitar 14 cm. Produksi hasil tangkap umumnya dijual segar, selanjutnya dijadikan produk ikan pindang. Habitat: pelagis, dekat pantai, Jawa, Sulawesi Makanan plankton Alat tangkap: Purse Seine (lampu), Payang dan Dogol Nama Daerah: Alur-Alur, Mata Lebar, Puput, Tamban Bujur, Lopek, Tamban Sisik, Tamban Pipih
43
1.35 Ikan Lemuru, Indian Oil sardine, Bali Sardinella – Clupeidae
Badan memanjang, sisik halus, keping tutup insang bawah menyudut, keping tutup insang antara berbentuk setengah lingkaran Bagian bahu ada noda kuning kehijauan Warna: punggung gelap, perut keperakan Panjang: umur deawsa ditangkap pada ukuran 15 cm Hanya dua spesies: Sardinella lemuru dan S. longiceps Habitat: perairan pantai, pelagis, schooling, Selat Bali Makanan plankton Alat tangkap: Purse Seine (lampu), Payang, Dogol dan Bagan 1.35 Ikan Lemuru, Indian Oil Sardine, Bali Sardinella – Clupeidae Karakteristik: badan memanjang agak bulat, sisik lebih halus (dibanding famili Clupeidae lainnya), tutup insang bagian bawah membentuk sudut, keping insang antara berbentuk setengah lingkaran. Di belkang tutup insang ada noda kuning kehijauan diikuti dengan garis berwarna kekuningan pada gurat sisi (lateral line). Pungung berwarna gelap, sedangkan perut berwarna keperakan. Ikan ini terdiri dari dua spesies: Sardinella lemuru dan S. longiceps. Nama lokal: Kucingan, Protolan, Semenit, Seroi, Tembang Mata Kucing, Tembang Moncong. Habitat: Ikan Lemuru termasuk jenis ikan pelagis yang membentuk gerombolan sangat besar. Penyebarannya terutama di wilayah perairan pantai. Selat Bali adalah salah satu habitat ikan Lemuru yang dianggap paling besar di wilayah Samudera Indonesia, dengan tipologi pantai yang sering membentuk up-welling. Makanan utamanya adalah fitoplankton dan zooplankton, terutama copepods. Perikanan: Perikanan Lemuru di perairan Selat Bali mulai terkenal sebagai wilayah penangkapan terbesar setelah diperkenalkannya alat tangkap Purse Seine pada tahun Sebelumnya ikan ini ditangkap dengan alat tangkap Payang. Purse Seine dengan ukuran mata jaring ½ inci mampu menangkap ikan Lemuru pada berbagai ukuran. Berdasarkan kategori ukuran, nama ikan ini di Muncar diberi nama berbeda – Semenit (ukuran < 6 cm), protolan (6 – 12 cm), Kucing (12 – 15 cm) dan lemuru (> 15 cm). Hasil tangkapan terutama diolah untuk ikan kaleng, sebagian lagi dijadikan pindang. Nama Daerah: Kucingan, Protolan, Semenit, Seroi, Tembang Mata Kucing, Tembang Moncong
44
1.3 6 Ikan Golok Golok/Parang Parang, Wolf Herring – Chirocentridae
Badan memanjang, tipis seperti golok. Mulut lebar menghadap ke atas, taring besar Tidak mempunyai gurat sisi. Ujung sirip punggung berwarna hitam Warna: punggung kebiruan, perut keperakan Panjang: dapat mencapai 100 cm Hanya dua spesies: Chirocentrus dorab dan C. nudus Habitat: perairan pantai, pelagis, Makanan: predator (makrofauna) Alat tangkap: Gill net, Pancing, Purse Seine 1.36 Ikan Golok-Golok/Parang-Parang, Wolf Herring – Chirocentridae. Karakteristik: badan memanjang tapi tipis seperti golok. Mulut lebar dan menghadap ke atas (superior) dengan gigi taring yang besar. Semua sirip berduri lunak (tidak mempunyai duri keras). Sirip punggung dan dubur terletak di bagian belakang (mendekati ekor) dan tidak mempunyai gurat sisi. Tubuh bagian punggung berwarna biru keabu-abuan, sedangkan bagian perut berwarna keperakan. Ujung sirip punggung berwarna hitam. Famili ini mempunyai dua spesies, keduanya terdapat di Indonesia – Chirocentrus dorab dan C. nudus. Nama lokal: Balebale, Dorab, Blidah, Teros, Terak, Bureng, Pacal Habitat: Ikan Golok-Golok lebih banyak berada di daerah pantai dan air payau; bersifat soliter, sebagai predator dengan makanan utama ikan-ikan yang bergerombol. Namun juga pemakan crustacea dan makrofauna lainnya. Perikanan: Ikan Golok-Golok bisa mencapai ukuran 100 cm. Di Indonesia, ikan ini lebih banyak tertangkap dengan alat tangkap Gill net dan Pancing. Karena produksi hasil tangkapan tidak banyak dan tidak regular, ikan ini kurang dikenal oleh masyarakat nelayan. Sebenarnya ikan ini bisa mencapai ukuran 100 cm, namun sering tertangkap pada ukuran sekitar 60 cm. Nama Daerah: Balebale, Dorab, Blidah, Teros, Terak, Bureng, Pacal
45
1.37 Ikan Terubuk, Chinese Herring, Toli Shad – Clupeidae
Badan lonjong agak pipih, sisik kecil coklat samar Ventral scute dimulai dari belakang tutup insang sampai sirip dubur Warna: punggung hijau keunguan, bawah keperakan, sirip kekuningan Panjang: dapat mencapai 60 cm Hanya dua spesies: Tenualosa macrura dan T. toli Habitat: perairan pantai, muara sungai, bertelur di sungai Makanan: predator (makrofauna) Alat tangkap: Gill net, perangkap, Pencar (Cast Net), dan Pacing 1.37 Ikan Terubuk, Chinese Herring, Toli Shad - Clupeidae. Karakteristik: badan lonjong agak pipih, sisik kecil danterdapat ventral scute yang dimulai dari belakang tutup insang sampai depan sirip dubur. Punggung berwarna hijau keunguan, bagian perut keperakan dan sirip berwarna kuning keemasan. Hasil tangkapan di Indonesia diduga terdiri dari dua spesies: Tenualosa macrura dan T. toli. Nama lokal: Ikan Bengkalis, Temparik, Terubuk Padi, Terubuk Mulut Besar, Terubuk Payau Habitat: Ikan Terubuk termasuk jenis ikan pelagis yang bersifat schholong. Tempat hidupnya termasuk wilayah perairan pantai dan air payau. Pada saat melakukan reproduksi, ikan ini melakukan migrasi masuk kesungai. Jenis makanan utamanya adalah plankton dan detritus dengan mengaduk dasar perairan. Perikanan: Penangkapan ikan terubuk di Indonesia lebih banyak dilakukan di wilayah sungai, pada saat ikan ini melakukan migrasi untuk memijah. Lokasi penangkapan ikan Terubuk di Indonesia yang paling terkenal adalah sungai-sungai di Sumatera. Jenis alat tangkap yang digunakan adalah perangkap. Penangkapan ikan Terubuk di pantai dilakukan dengan menggunakan alat Payang. Ikan ini bisa mencapai panjang sekitar 60 cm, namun banyak tertangkap pada ukuran sekitar 30 – 40 cm. Di Sumatera produksi ikan ini terutama ditujukan untuk pasar telurnya. Nama Daerah: Ikan Bengkalis, Temparik, Terubuk Padi, Terubuk Mulut Besar, Terubuk Payau
46
1.38 Ikan Kembung, Indian Mackerel – Scombridae
Badan lonjong (dalam), langsing dan pipih Terdapat finlet di belakang sirip punggung dan dubur. Kembung Lelaki mempunyai noda hitam di belakang sisip dada Terdapat noda-noda hitam di bawah sirip punggung Warna: biru kehijauan di punggung, bawah kuning keperakan Panjang: dapat mencapai 35 cm Tiga Spesies: Rastrelliger brachysoma, R. faughni dan R. kanagurta Habitat: perairan pantai, pelagis, schooling Makanan: plankton Alat tangkap: Purse Seine, Payang (lampu), Gill Net 1.38 Ikan Kembung, Indian Mackerel - Scombridae. Karakteristik: badan lonjong (dalam) dan pipih. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sirip tambahan (finlet) dan terdapat sepasang keel pada ekor. Pada ikan Kembung Lelaki terdapat noda hitam di belakang sirip dada. Pada semua jenis terdapat barisan noda hitam di bawah sirip punggung. Punggung berwarna biru kehijauan, sedangkan bagian perut berwarna kuning keperakan. Jenis ikan Kembung yang tertangkap di Indonesia terdiri dari spesies: Rastelliger brachysoma, R. faughni dan R. kanagurta. Nama lokal: Rumahan, Temenong, Mabong, Pelaling, Banyar, kembung Lelaki Habitat: Ikan Kembung tersebar membentuk gerombolan (schooling) besar di wilayah perairan pantai. Ikan ini sering ditemukan bersama dengan ikan famili Clupeidae seperti lemuru dan Tembang. Jenis makanannya adalah phytoplankton (diatom), zooplankton (cladocera, ostracoda, larva polychaeta). Ikan dewasa memakan makroplankton seperti larva udang dan ikan. Perikanan: Sejak awal tahun 1976, ikan Kembung tertangkap terutama dengan alat Purse Seine. Sebelum itu dia lebih banyak ditangkap dengan alat Payang dan Bagan. Ikan ini bisa mencapai panjang 35 cm, sering tertangkap pada ukuran sekitar 25 cm. hasil tangkapan biasanya dijual segar dan dalam bentuk Pindang banyar. Nama: Auau, Kembung Perempuan, Rumahan, Temenong, Mabong, Pelaling, Banyar, kembung Lelaki
47
1.39 Ikan Tengiri Batang, Indo-Pacific King Mackerel – Scombridae
Badan memanjang dan pipih seperti papan Mulut lebar terletak diujung moncong Badan tanpa sisik, terdapat 8-9 finlet di belakang sirip punggung dan dubur Noda-noda bulat mulai sisip dada mengikuti gurat sisi ke ekor. Sirip punggung gelap Warna: punggung biru, bawah keperakan Panjang: umumnya 60 cm (bisa 100 cm) Spesies: Scomberomorus guttatus Habitat: pelagic oseanik, kadang ke terumbu karang, kadang membentuk schooling kecil Makanan: ikan-ikan kecil Alat tangkap: Purse Seine, Pancing Tonda 1.39 Ikan Tengiri Papan, Indo-Pacific King Mackerel - Scombridae. Karakteristik: badan memajang dan pipih (tipis) seperti papan. Mulut lebar dan terletak diujung moncong (terminal). Badan tanpa sisik, terdapat 8-9 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur. Terdapat noda-noda (bulat) berwarna hitam dimulai dari sirip dada, mengikuti gurat sisi ke arah ekor. Pada sisi ekor terdapat tiga keel. Warna punggung biru, bagian perut keperakan. Jenis yang tertangkap di Indonesia adalah Scomberomorus guttatus. Nama lokal: Ayong-Ayong, Usek-Usek, Tandang, Tandau, Luding, Tohok. Habitat: jenis ikan pelagis, hidup di daerah pantai dari kedalaman 15 – 200 m, sering didapat dalam gerombolan (schooling) kecil. Makanan utama adalah mencari gerombolan ikan-ikan kecil (Clupeidae dan Engraulidae), Cumi-Cumi dan Crustacea. Alat tangkap utama untuk menangkap ikan ini adalah pancing Tonda dan Gill Net. Ikan ini dijual dalam bentuk segar dan beku. Sebagian menjadi komoditas pasar ekspor. Ikan Tengiri Papan bisa mencapai panjang 75 cm, sering tertangkap pada panjang 60 cm. Nama Daerah: Ayong-Ayong, Usek-Usek, Tandang, Tandau, Luding, Tohok
48
1.40 Ikan Tengiri Papan, Narrow Barred Spanish Mackerel – Scombridae
Badan bulat panjang seperti cerutu. Mulut besar terletak diujung moncong Badan tanpa sisik, terdapat 8-10 finlet di belakang sirip punggung dan dubur Gari-garis bengkok melintang tubuh. Gurat sisi menurun pada akhir sirip punggung kedua Warna: punggung biru abu-abu, bawah keperakan. Panjang: umumnya 70 cm (bisa 100 cm) Spesies: Scomberomous commerson Habitat: pelagic, perairan pantai terumbu karang (reef associated), soliter Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing Tonda, Gill Net 1.40 Ikan Tengiri, narrow Barred Spanish Mackerel - Scombridae. Karakteristik: Badan bulat panjang sepeti cerutu, tapi juga sedikit pipih. Badan tanpa sisik dan terdapat 8 – 11 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan di belakang sirip dubur. Gurat sisi melengkung turun pada akhir sirip punggung kedua. Terdapat garis-garis bengkok secara melintang pada sisi tubuh. Pada individu muda noda-noda hitam tersebut berbentuk bulat. Spesies yang ditangkap di Indonesia adalah Scomberomorus commerson. Nama lokal: Calong, Iyot, Luding, Tengiri Batang, T. Bunga, T. Dengkek, Tohok Langi. Habitat: termasuk ikan pelagis yang menempati perairan pantai pada kedalaman 15 – 200 m. Kadang ikan ini ditemukan membentuk gerombolan kecil dan lebih banyak menghabiskan waktu pada habitat terumbu karang bagian luar. Jenis makanannya adalah ikan-ikan pelagis kecil seperti famili Clupeidae (Tembang, lemuru) dan Engraulidae (Teri). Perikanan: Ikan tengiri terutama tertangkap dengan alat Pancing Tonda, Pancing Ulur (Hand Line) dan Gill Net. Kadang-kadang dia juga tertangkap bersama ikan pelagis kecil dengan alat tangkap Purse Seine. Ikan ini bisa mencapai panjang > 100 cm dan umumnya tertangkap pada panjang sekitar 70 cm. Belakangan, ikan Tengiri jenis ini sering ditangkap dengan menggunakan spear gun. Hasil tangkapan umumnya dijual segar maupun beku untuk memenuhi pasar ekspor. Nama Daerah: Calong, Iyot, Luding, Tengiri papan, T. Bunga, T. Dengkek, Tohok Langi
49
1.41 Ikan Layur, Hairtails – Trichiuridae
Badan panjang dan pipih, meruncing di bagian belakang seperti buntut Mulut besar dan lebar. Moncong tumpul, rahang bawah lebih menonjol ke depan Sirip punggung bersambung dari kepala sampai ekor Warna: putih keperakan Panjang: bisa mencapai 110 cm 1.41 Ikan Layur, Hairtails, Cutlassfishes - Trichiuridae. Karakteristik: Badan memanjang dan pipih (tipis) seperti pita. Mulut lebar dan besar dengan gigi taring yang kuat, rahang bawah lebih kedepan (posisi mulut superior). Sirip punggung bersambung dari kepala sampai ekor, Sirip dubur berupa tonjolan duri-duri yang terpisah, sirip ekor meruncing (pointed) pada genus Tentoriceps dan tidak ada pada genus Trichiurus. Tidak mempunyai sirip perut, tidak bersisik, tapi terdapat gurat sisi (lateral line). Warna abu-abu keperakan. Jenis yang paling umum tertangkap di Indonesia terdiri dari: Tentoriceps cristatus, Trichiurus auriga dan T. lepturus. Nama lokal: Jogor, Lajuru, Selayar, Tetimah Layor, Selayur, Timah. Habitat: Layur termasuk jenis ikan benthopelagic berada pada wilayah paparan benua, pada kedalaman 350 m atau lebih. Namun pada malam hari sering bermigrasi ke perairan yang lebih dangkal. Ikan muda memangsa larva-larva crustacea. Namun setelah besar memakan ikan seperti Teri. Perikanan: Ikan Layur dulunya merupakan hasil samping dari alat tangkap Trawl. Pada saat itu ikan Layur hampir tidak mempunyai nilai ekonomis. Belakangan ini, ikan Layur ditangkap dengan Pancing Ulur (Pancing Dasar). Hasil tangkap dijual segar (es) dan diekspor ke Jepang. Kualitas kedua biasanya dijual di pasar domestik. Spesies: Trichiurus auriga dan T. lepturus Habitat: bathydemersal, perairan pantai Indonesia Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing dasar (ulur) Nama Daerah: Jogor, Lajuru, Selayar, Tetimah
50
1.42 Ikan Tuna, Tunas – Scombridae, Istiophoridae, Xiphidae
Scombridae genus Thunnus disebut Tuna Badan terpedo dan padat. Terdapat 8-10 finlet, sirip ekor bercabang dalam sekali (forked). Sirip dada memanjang Pada tulang ekor terdapat keel. Warna: punggung hitam kebiruan, putih di bawah. Sirip berwarna kekuningan. Panjang: bisa mencapai cm (umumnya cm) Spesies: Thunnus albacares, T. alalunga, T. maccoyii, T. obesus, T. tonggol 1.42 Ikan Tuna – Scombridae. Sebutan ikan Tuna di Indonesia umumnya terdiri dari tiga famili, yaitu Scombridae, Istiophoridae (Layaran) dan Xiphidae (Pedang). Famili Scombridae dari genus Thunnus umum disebut Tuna. Karakteristik: Badan terpedo dan padat. Terdapat 7 – 10 finlet di belakang sirip punggung kedua dan di belakang sirip dubur. Sirip ekor bercabang dalam (forked) dan pada ekor terdapat 3 pasang keel. Warna punggung hitam kebiruan, perut berwarna putih keperalan dan sirip umumnya berwarna kekuningan. Jenis yang ditemukan di Indonesia terdiri dari spesies: Thunnus albacares, T. alalunga, T. maccoyii, T. obesus dan T. tonggol. Nama lokal: Abu-Abu, Tongkol Hitam, Tongkol kayu, Bakulan, Gelang Kawung. Habitat: Ikan Tuna jenis Thunnus spp. Termasuk ikan pelagis bermigrasi secara oseanik. Dia menyenangi berada pada kedalaman di sekitar thermocline. Ikan sering didapatkan bergerombol berdasarkan ukuran. Ikan ukuran lebih besar bergerombol mengikuti objek seperti debris yang melayang dekat permukaan. Tingkah laku ini dimanfaatkan nelayan melalui rumpon. Makanan utamanya adalah ikan, crustacea dan cumi-cumi. Termasuk ikan yang sensitif terhadap konsentrasi oksigen rendah, dia jarang berada pada kedalaman lebih dari 250 m. Perikanan: Ikan jenis Thunnus spp. paling sering ditangkap dengan menggunakan alat Pancing Tuna (Tuna Longline). Pada lokasi-lokasi tertentu seperti selatan Jawa, penangkapan dilakukan dengan menggunakan rumpon, sedangkan alat tangkapnya adalah Pancing Ulur (Handline). Hasil tangkapan ikan ini sering disimpan sementara dengan menggunakan es atau dibekukan sementara pada palka dengan suhu -40 oC. Hasil tangkap kualitas terbaik dijual dalam bentuk beku (frozen) untuk pasar ekspor. Panjang bisa mencapai ukuran 230 cm, dan sering tertangkap pada ukuran 150 cm. Termasuk komoditas ekonomis penting terutama bagi perikanan skala menengah dan besar. Habitat: pelagik oseanik, soliter – Samudera Indonesia dan Pasifik Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing LongLine, Pancing Tonda Nama Daerah: Abu-Abu, Tongkol Hitam, Tongkol kayu, Bakulan, Gelang Kawung,
51
1.42 Ikan Tuna – Layaran, Sailfish , Marlin – Istiophoridae
Badan bulat panjang, moncong memanjang membentuk pedang Sirip punggung dimulai dari kepala, kadang sangat besar seperti layar Sirip perut memanjang seperti cambuk. Setiap sisi tualng ekor terdapat 2 keel Warna: punggung biru abu-abu (hampir hitam), perut putih Panjang bisa mencapai 190 cm, umumnya 150 cm Spesies: Istiophorus platypterus, Macaira mazara 1.42 Ikan Tuna, Layaran, Sailfish, Marlin – Scombridae. Ikan Layaran atau Marlin juga termasuk dalam kategori ikan Tuna. Karakteristik: Badan bulat memanjang, moncong memanjang membentuk seperti pedang. Sirip punggung dimulai dari atas kepala. Pada beberapa jenis, sirip punggung sangat lebar seperti layar. Sirip perut memanjang seperti cambuk dan pada setiap sisi tulang ekor terdapat 2 keel. Warna punggung biru abu-abu (hampir hitam), sedangkan perut berwarna putih. Jenis spesies yang tertangkap di Indonesia terdiri dari: Istiophorus platypterus, Macaira mazara. Nama lokal: Jangilus, Jegan, Klayar, Lanjareng, Marsuji. Habitat: Ikan Layaran termasuk jenis ikan dengan penyebaran oseanik dan epipelagic, lebih sering ditangkap pada kedalaman di atas thermocline. Distribusinya lebih sering pada wilayah perairan dekat pantai dan pulau-pulau; membentuk gerombolan berdasarkan ukuran. Makanan utamanya adalah ikan, crustacea dan cephalopoda. Ikan ini ditemukan hampir di seluruh perairan Indonesia, terutama Samudera Indonesia, Ambon, Banda dan Sulawesi. Perikanan: seperti jenis Thunnus sp., ikan ini juga tertangkap dengan alat tangkap Tuna Longline dan handline dengan menggunakan alat bantu Rumpon. Namun dia juga banyak tertangkap dengan menggunakan Pancing Tonda (untuk ukuran yang lebih kecil). Hasil produksi umumnya disimpan dengan es atau dibekukan sementara pada suhu -40 oC. Produksi biasanya dijual dalam bentuk beku untuk konsumsi ekspor. Ikan layaran bisa mencapai panjang maksimum > 300 cm, lebih banyak tertangkap pada ukuran 250 cm; termasuk komoditas ekonomis penting bagi perikanan skala kecil, juga menengah dan besar. Habitat: pelagik oseanik, soliter – Samudera Indonesia dan Pasifik Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing LongLine, kadang Pancing Tonda Nama Daerah: Jangilus, Jegan, Klayar, Lanjareng, Marsuji
52
1.43 Ikan Cakalang, Skipjack Tuna – Scombridae
Badan terpedo, gemuk, padat. Terdapat 8 finlet di belakang sirip punggung dan 7 di belakakng sirip dubur. Terdapat 2 keel (masing-masing sisi) tulang ekor Bagian bawah terdapat 4-6 garis membujur Warna: punggung gelap, perut cerah Panjang bisa mencapai 90 cm, umumnya 40 – 60 cm Satu spesies: Katsuwonus pelamis 1.43 Ikan Cakalang, Skipjack Tuna – Scombridae. Karakteristik: Badan terpedo, gemuk, padat dan bulat memanjang. Badan tanpa sisik kecuali untuk gurat sisi (lateral line). Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 8 sirip tambahan (finlet) yang terpisah satu sama lain. Pada masing-masing sisi tulang ekor terdapat 2 keel. Bagian bawah (perut) terdapat 4 – 6 garis membujur yang berwarna kehitaman. Punggung berwarna dominan gelap, sedangkan bagian perut berwarna cerah. Jenis di Indonesia hanya satu spesies, yaitu: Katsuwonus pelamis. Nama lokal: Wandan, Cakalang Merah, Cakalang Lelaki, Perempuan, Tongkok, Tongkol Jepun. Habitat: ditemukan pada perairan lepas pantai dan mempunyai tingkah laku membentuk gerombolan yang sangat besar, berasosiasi dengan burung, objek yang bergerak di permukaan, Cucut dan Paus, dan mempunyai tingkah laku meloncat-locat di atas permukaan. Jenis makanannya adalah ikan, crustacea, cephalopoda dan moluska. Dia juga mempunyai tingkah laku kanibal (saling memakan diantara kelompoknya). Perikanan: ikan Cakalang tersebar terutama di perairan Sulawesi, Ambon, Banda dan Arafura. Dulunya ikan ini lebih banyak ditangkap dengan alat Huhate (Pole and Line). Saat ini, nelayan skala kecil mengembangkan alat Pancing Tonda dengan menggunakan perahu < 5 GT. Di Sulawesi alat ini disebut Kedo-Kedo, sedangkan di Ambon dan banda disebut Buru Cakalang. Hasil tangkapan Pole and Line umumnya bisa disimpan dalam es atau dibekukan sementara pada suhu -40 oC, dijual beku untuk kualitas ekspor. Hasil tangkapan Kedo-Kedo dan Buru Cakalang umumnya dijual beku untuk kebutuhan pasar domestik. Ikan Cakalang bisa mencapai panjang 90 cm, namun lebih bayak tertangkap pada ukuran sekitar 40 – 60 cm; termasuk jenis ikan ekonomis penting untuk nelayan skala kecil, menengah dan besar. Habitat: pelagik oseanik, schooling, terkenal di bagian Timur Indonesia Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing Huhate (Pole and Line), kadang Pancing Tonda Nama Daerah: Wandan, Cakalang Merah, Cakalang lelaki, perempuan, Tongkok, Tongkol Jepun
53
1.44 Ikan Tongkol, Eastern Little Tuna – Scombridae
Badan bulat seperti cerutu dan padat. Terdapat 8 finlet di belakang sirip punggung dan 7 di belakakng sirip dubur. Terdapat 1 keel keras diantara 2 keel kecil pada tulang ekor Punggung gelap, bergaris tidak teratur Warna: punggung gelap, perut cerah Panjang bisa mencapai 100 cm, umumnya 50 – 60 cm Satu spesies: Euthynnus affinis Habitat: pelagik oseanik, juga pantai, schooling, terkenal di bagian Timur Indonesia Makanan: predator makrofauna Alat tangkap: Pancing Huhate (Pole and Line), kadang Pancing Tonda 1.44 Ikan Tongkol, Eastern Little Tuna – Scombridae. Karakteristik: badan bulat seperti cerutu dan padat. Terdapat 8 sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur dan pada ekor terdapat satu keel diantara 2 keel pada setiap sisi tubuh. Punggung berwarna gelap dengan garis tidak teratur berwarna biru kehitaman. Sedangkan perut berwarna cerah. Jenis yang paling umum tertangkap di Indonesia adalah Euthynnus affinis. Nama lokal: Tongkol Komo, mangkok, Ambu-Ambu, Tongkok Kurik, Sembak Habitat: termasuk ikan yang hidup pada perairan laut epas namun dekat dengan garis pantai. Ikan-ikan muda sering masuk ke dalam teluk atau pelabuhan. Gerombolannya terbentuk bersama spesies lain, terdiri dari 100 sampai ekor. Termasuk predator oportunistik dengan jenis makanan dari ikan kecil (Clupeidae dan Engraulidae), cumi-cumi, crustacea sampai zooplankton. Perikanan: Ikan Tongkol biasa ditangkap dengan Huhate (Pole and Line). Untuk mempertahankan ikan tetap dalam gerombolan disekitar perahu, nelayan melemparkan ikan Teri hidup ke dalam air. Belakangan ini ikan Tongkol juga ditangkap dengan Pancing Tonda yang diisi dengan umpan bulu. Seperti Ikan Cakalang, armada Tonda yang terkenal adalah kedo-Kedo dan Buru Cakalang. Ikan Tongkol bisa dijual dalam bentuk pindang dan ikan kaleng. Jenis ini termasuk komoditas ekonomis penting bagi nelayan skala kecil dan menengah. Ikan Tongkol bisa mencapai ukuran 100 cm, dan lebih sering tertangkap pada ukuran 40 – 60 cm. Nama Daerah: Tongkol Komo, mangkok, Ambu-Ambu, Tongkok Kurik, Sembak
54
1.45 Ikan lainnya, Beronang, Rabitfishes – Siganidae
Mulut kecil, duri sirip tajam dan beracun ringan Habitat: terumbu karang, pada lamun, sering schooling (bergerombol) Makanan: herbivor, terutama lamun 1.45 Ikan Lain: Beronang, rabitfishes – Siganidae Karakteristik: badan pipih dan lebar (vertikal). Mulut kecil dengan posisi terminal, rahang tidak bisa ditarik. Sisik jenis cycloid dan berukuran kecil. Sirip dengan duri keras menganding kelenjar untuk mengeluarkan racun. Ikan-ikan yang hidup di karang umumnya berwarna terang dan beragam. Spesies yang hidup di luar karang umumnya berwarna kecoklatan. Nama lokal: Lada, Samandar, Masadar, Limaran, Belais Habitat: lebih banyak hidup di dasar (demersal) pada perairan pantai sampai kedalaman 50 m. Beberapa hidup secara berpasangan pada habitat karang. Jenis lain hidup bergerombol di sekitar karang, bakau, estuari, air payau dan laguna (Nambo). Termasuk jenis ikan herbivor dengan jenis makanan zooplankton (umur muda) sampai rumput laut, lamun, spons dan tunikata. Namun jika dipancing dengan umpan ikan, dia bisa memakan umpannya. Perikanan: ikan Beronang umumnya ditangkap di pantai dengan alat tangkap Pancing, Bagan, Jaring Insang dan Muro Ami. Untuk jenis yang suka bergerombol, nelayan kadang menggunakan alat peledak yang sudah dilarang oleh pemerintah. Dulunya ikan ini tidak termasuk jenis ikan ekonomis penting. Ikan ini bisa mencapai ukuran 40 cm (tergantung jenisnya). Pada umumnya ditangkap pada ukuran sekitar 25 cm. Pasar ikan Beronang dalam bentuk segar, kering dan asin. Dulunya tidak komersial Alat tangkap: Bagan, Sero, potas Nama Daerah: Lada, Samandar, Masadar, Limaran, Belais,
55
1.45 Ikan lainnya, Kakatua, parrotfishes – Scaridae
Mulut kecil, gigi rahang bersatu seperti burung Kakatua Bolbometopon muricatum – spesies terbesar Makanan: herbivor – alga dan karang 1.45 Ikan Lainnya, Kakatua, Parrotfishes – Scaridae Karakteristik: badan umumnya oblong (segi empat) dan pipih. Gigi pada rahang menyatu seperti pada burung kakatua. Mulut kecil; sisik cycloid berukuran besar. Sirip ekor bervariasi dari bundar (rounded) sampai lunate, namun tidak sampai bercagak (forked). Warna bervariasi dan beragam sesuai dengan habitatnya pada terumbu karang. Nama lokal: Kerotong, Angke, Bayan, Perencong. Spesies yang paling terkenal sebagai ikan Kakatua adalah Bolbometopon muricatum. Habitat: Semua jenis ikan Kakatua hidup pada habitat terumbu karang di sekitar pantai sampai kedalaman 30 m. Termasuk ikan jenis ikan demersal dan bersifat herbivor, ikan ini sering memakan alga yang menempel pada karang mati. Karena giginya yang kuat, ikan ini memakan alga bersama karang. Kotorannya sering membentuk pasir laut. Perikanan: Ikan kakatua termasuk salah satu jenis ikan penting untuk konsumsi lokal, namun tidak termasuk dalam catatan statistik perikanan di Indonesia. Alat tangkap yang digunakan adalah perangkap, Jaring Muro Ami maupun spear fishing. Dulunya tidak komersial Alat tangkap: jaring Muro Ami, Tombak Nama Daerah: Kerotong, Angke, Bayan, Perencong
56
1.45 Ikan lainnya, Ikan Kulit Pasir, Surgeonfishes – Acanthuridae
Mulut kecil, mata di kepala bagain atas Pisau tajam pada masing-masing sisi pangkal sirip ekor Makanan: herbivor atau pemakan plankton 1.45 Ikan Lainnya, Kulit Pasir, Surgeonfish – Acanthuridae Karakteristik: badan pipih (vertikal) dan lebar. Pada caudal peduncle terdapat 1 atau lebih keel yang disebut juga ‘peduncular spines’. Mulut kecil terletak agak jauh di bawah kepala, namun posisi mulut terminal. Gigi pada rahang tersusun dalam satu baris; bentuk gigi incisor/gigi potong. Ukuran sisik kecil, jenis ctenoid. Warna dominan adalah coklat dan grey, beberapa spesies mempunyai warna yang beragam (warna warni). Teridi dari spesies yang beragam (> 90 spesies). Habitat: Ikan kulit Pasir selalu berasosiasi dengan habitat terumbu karang. Termasuk jenis ikan demersal, sampai kedalaman < 100 m namun pemiijahan terjadi secara pelagis. Beberapa jenis ikan Kulit Pasir termasuk pemakan zooplankton. Sebagian besar lainnya adalah herbivor pemakan alga yang melekat pada terumbu karang. Perikanan: ikan Kulit Pasir dulunya bukan termasuk ikan ekonomis penting walaupun sudah sering ditangkap sejak dulu. Belakangan ini alat tangkap yang sudah berkembang menangkap ikan ini adalah Bubu (Perangkap). Alat tangkap lainnya yang juga dikembangkan adalah Muro Ami dan Spear Gun. Dulunya tidak komersial Alat tangkap: jaring Muro Ami, Tombak Nama Daerah: Buntana, Dengkis
57
2.1 Rajungan, Swimming Crabs – Crustacea
Kulit luar keras, lebar 2x panjang. Terdapat 9 buah duri pada kulit luar, duri terakhir lebih besar dan panjang Kaki belakang terakhir ujungnya pipih bulat. Semua kaki berbulu kecuali kaki pertama 2.1 Rajungan, Swimming Crabs – Portunidae Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Lebarnya bisa mencapai 2x panjang. Pada ujung depan kulit luar terdapat 9 buah duri (anterolateral tooth), duri terakhir lebih besar dan panjang. Kaki belakang terakhir pipih dan bulat. Semua kaki berbulu, kecuali kaki pertama. Habitat: Swimming crabs termasuk jenis organisme bentik dan semipelagik dengan tingkah laku yang sangat beragam. Makanan utamanya adalah detritus dengan tingkah laku filter feeder. Perikanan: jenis yang komersial di Indonesia termasuk Portunus pelagicus, P. sanguinolentus dan P. trituberculatus. Alat tangkap yang biasa dipakai adalah Bagan yang dilengkapi dengan umpan, jermal, Bubu dan jaring. Habitat: daerah perairan pantai berpasir Makanan: debris Alat tangkap: jaring Angkat, Bubu, jermal, Sero Nama Daerah: kepiting, Yuyu
58
2.2 Kepiting, Mangrove Crabs – Crustacea
Kulit luar keras. Terdapat 4 – 9 buah duri pada tiap sisi depan (belakang mata), namun duri terakhir tidak besar Kulit karapas mempunyai tonjolan-tonjolan kecil Kaki depan mempunyai tonjolan seperti duri Habitat: daerah perairan berlumpur, terutama hutan bakau yang lebat Makanan: debris Alat tangkap: Pancing Kait, gill net Komersial untuk ekspor dan konsumsi retoran 2.2 Kepiting bakau, Mangrove Crabs – Portunidae Karakteristik: kulit luar (cangkang) keras. Terdapat duri (anterolateral tooth) pada setiap sisi dari ujung kulit luar, namun duri terkahir ukurannya sama. Kulit mempunyai tonjolan-tonjolan kecil. Kaki depan mempunyai tonjolan seperti duri. Warna kulit dominan hijau. Jenis yang paling umum ditemukan adalah scylla serrata. Habitat: jenis kepiting ini hidup di hutan bakau; termasuk jenis demersal dan melakukan proses ganti kulit setiap 15 hari sekali (proses pertumbuhan). Jenis makanannya adalah detritus. Perikanan: nelayan menangkap jenis kepiting ini tidak menggunakan alat khusus. Mereka hanya menggunakan sepotong kayu bakau untuk menusuk lubang yang yang ditinggali oleh kepiting. Penangkapan umumnya dilakukan pada malam hari. Jenis kepiting bakau akhir-akhir ini termasuk jenis komoditas ekspor maupun dijual segar untuk konsumsi restoran.
59
2.3 Udang Barong, Spiny Lobster – Crustacea
Kerangka kepala tebal ditutupi duri besar dan kecil. Ujung kepala di atas mata ada dua tonjolan keras Terdapat dua pasang sungut, yang kedua keras, kaki enam pasang Ekor seperti kipas. Warna bervariasi, terutama merah, hijau dan kuning Panjang bisa mencapai 50 cm, umumnya cm 2.3 Udang Barong, Spiny Lobster Karakteristik: kerangka kepala (carapace) tebal dan ditutupi oleh duri besar dan kecil. Ujung kepala bagian atas mata terdapat dua tonjolan yang keras. Diantara dua tonjolan tersebut terdapat dua pasang sungut. Sungut kedua keras, kaku dan panjang. Ekornya seperti kipas berwarna merah. Pada badan terdapat garis melintang berwarna hitam. Jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia adalah genus Panulirus spp. Tubuh umumnya berwarna warni. Habitat: semua Udang barong termasuk jenis penghuni karang. Dia hidup pada lobang-lobang diantara karang; termasuk tipe scavenger, dengan jenis makanan detritus maupun makrofauna lainnya. Perikanan: penangkapan udang Barong dilakukan dengan cara menyelam dan dengan bantuan hookah compressor. Karena jenis yang beragam, ukuran udang ini juga bervariasi. Panjang maksimum yang bisa dicapai adalah 50 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 20 – 30 cm. Udang barong termasuk komoditas ekspor dan ditangkap oleh nelayan skala kecil. Udang umumnya dijual dalam kondisi hidup. Habitat: tersebar di perairan pantai dengan terumbu karang Makanan: omnivor, terutama debris Alat tangkap: Bubu, menyelam Sangat komersial untuk ekspor dan konsumsi retoran
60
2.4 Udang Windu, Tiger Prawn – penaeidae
Kulit (karapas) agak keras tapi tidak kaku Pada badan terdapat ‘ban’ warna ungu-hitam. Masing-masing ruas mempunyai dua ban (sangat jelas kalau masih hidup) Kaki umumnya berwarna merah Panjang bisa mencapai 35 cm, umumnya cm Penaeus monodon Habitat: perairan pantai kalau ada muara sungai – Utara Jawa, kalimantan dan papua Makanan: omnivor, terutama debris Alat tangkap: Bubu, trawl, Dogol Sangat komersial untuk ekspor dan konsumsi retoran 2.4 Udang Windu, Tiger Prawn - Penaeidae Karakteristik: kulit (carapace) agak keras tapi tidak kaku. Pada badan terdapat ‘ban’ berwarna ungu kehitaman. Masing-masing ruas badan mempunyai dua ban. Warna ini tampak jelas ketika udang masih hidup. Kaki umumnya berwarna merah. Nama ilmiah untuk jenis ini adalah Penaeus monodon. Jenis lainnya adalah udang Putih atau Penaeus merguiensis. Habitat: Udang Windu dan Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang halus (pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis scavenger, jenis makanan utamanya adalah detritus. Perikanan: udang ini bisa mencapai panjang 35 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran 10 – 20 cm. Dulunya udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan udang adalah pantai Sumatera, Utara Jawa, kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan udang ini bernilai ekonomis tinggi dan penting bagi nelayan lokal.
61
2.5 Udang Putih, Banana (White) Prawn – Penaeidae
Kulit halus, licin dan mengkilat Badan berwarna putih kekuningan dengan bintik coklat dan hijau samar-samar. Ujung ekor dan kaki berwarna merah Panjang umumnya antara 15 – 25 cm Penaeus merguiensis Habitat: perairan pantai berlumpur terutama dekat muara sungai – Sumatera, Utara Jawa, kalimantan dan Papua Makanan: omnivor, terutama debris Alat tangkap: Trawl, Dogol, Trammel Net Sangat komersial untuk ekspor dan konsumsi retoran 2.5 Udang Putih, Banana (White) Prawn – Penaeidae Karakteristik: kulit (carapace) halus, licin dan mengkilap. Badan berwarna putih kekuningan dengan bintik coklat dan hijau samar-samar. Ujung ekor dan kaki berwarna merah. Nama ilmiah untuk jenis udang ini adalah Penaeus merguiensis. Habitat: Udang Putih termasuk jenis demersal dan menyenangi substrat dasar yang halus (pasir dan sedikit lumpur). Termasuk jenis scavenger, jenis makanan utamanya adalah detritus. Perikanan: udang ini bisa mencapai panjang 30 cm, namun umumnya tertangkap pada ukuran 15 – 25 cm. Dulunya udang ini ditangkap dengan alat Trawl. Lokasi potensial untuk perikanan udang adalah pantai Sumatera, Utara Jawa, kalimantan Timur dan Laut Arafura. Saat ini, alat tangkap yang biasa digunakan adalah Jaring Klitik, Dogol dan Sero. Hasil tangkapan umumnya dijual beku untuk konsumsi ekspor (headless) dan pasar domestik. Perikanan udang ini bernilai ekonomis tinggi dan penting bagi nelayan lokal.
62
3.1 Cumi-Cumi dan Sotong Badan bulat panjang, belakang meruncing. Kiri dan kanan terdapat sirip bentuk segi-tiga Sekitar mulut terdapat 8 tangan pendek dengan dua baris lobang pengisap tiap tangan, dan dua tangan panjang dengan 4 baris lobang pengisap Terdapat tulang di bagian dalam. Warna putih dengan bintik merah kehiataman. Panjang umumnya 20 – 30 cm Badan bulat telur dan pendek, sirip daging melingkari tubuh Punggung keras karena dalam daging ada kerangka kapur Warna bervariasi, umumnya coklat atau kuning kecoklatan. Pada punggung ada garis-garis bengkok. Panjang biasanya cm 3.1 Cumi-cumi dan Sotong Karakteristik: badan bulat panjang (cumi-cumi), bulat telur dan pendek (untuk Sotong). Pada masing-masing sisi tubuh terdapat sirip (berupa daging) yang bersatu dengan tubuh. Bagian punggung keras karena di dalamnya disangga oleh kerangka tulang dari kapur. Di sekitar mulut terdapat 8 tangan pendek dengan dua buah baris lobang penghisap. Juga terdapat dua tangan panjang dengan empat baris tangan penghisap. Warna tubuh umumnya putih dengan bintik merah kehitaman. Habitat: cumi-cumi dan sotong tersebar pada seluruh wilayah perairan pantai Indonesia. Jenis khewan ini bersifat pelagis dan tertarik dengan cahaya lampu. Jenis makanannya adalah ikan kecil. Perikanan: Dulunya Selat Malaka merupakan lokasi penangkapan yang ideal. Setelah itu lokasi penangkapan bergeser ke perairan Selat Bali dan Lombok. Fishing Gound potensial setelah itu adalah perairan Flores. Saat ini, lokasi yang cukup terkenal adalah perairan di sekitar Pulau Sumba. Alat tangkap paling dominan menangkap jenis ini adalah Bagan dengan bantuan lampu. Operasi penangkapan terutama dilakukan pada saat bulan mati. Jenis ini juga bisa ditangkap dengan menggunakan alat pancing, namun tidak bersifat komersial seperti Bagan.
63
3.2 Gurita, Octopus Habitat terumbu karang dan perairan pantai dangkal, sembunyi dalam batu karang Alat tangkap pancing dan bagan 3.2 Gurita - Octopus Karakteristik: badan bulat seperti cungkup, mata kecil. Di sekitar mulut terdapat 8 tangan yang melingkar. Panjang tangan bisa mencapai 6 – 7 kali panjang badan. Tangan bagian dalam dilengkapi dengan 2 baris alat penghisap yang relatif kuat. Warna badan bervariasi, dari kuning oranye, kemerahan, merah bata dan sering dilengkapi dengan bintik-bintik putih. Bisa mencapai panjang (termasuk tangan) 90 – 110 cm. Umumnya tertangkap pada ukuran 50 – 70 cm. Habitat: Gurita adalah penghuni perairan pantai dangkal, senang bersembunyi di bawah batu. Dia sering berada pada perairan di sekitar terumbu karang. Makanannya termasuk ikan-ikan kecil yang tertangkap dengan tangannya. Perikanan: Ikan ini bisa ditangkap dengan menggunakan alat bagan. Belakangan ini nelayan menangkap gurita dengan menggunakan tombak. Nelayan umumnya membuat umpan berupa gurita palsu untuk merangsang Gurita keluar dari sarangnya. Badan bulat seperti cungkup, mata kecil. Dekat mulut terdapat 8 tangan yang melingkar. Panjang tangan 6 – 7 kali panjang badan Warna bervariasi, dapat mencapai panjang 90 – 110 cm, umumnya tertangkap pada ukuran 50 – 70 cm
64
4.1 Teripang, Sea Cucumber Badan bulat panjang – tabung
Badan ditutupi bulu – podia, lapisan kulit tebal Ujung tabung –mulut (etntakel) dan anus Pantai pasir, karang Ekonomis penting – komoditas ekspor 4.1 Teripang, Sea Cucumber – Holothuroidea Karakteristik: badan bulat panjang seperti tabung. Seluruh tubuh ditutupi oleh duri-duri lunak (podia). Tubuh ditutupi oleh selapis kulit yang agak tebal. Pada ujungnya terdpat saluran untuk menghisap dan pembuangan (mouth dan anus). Teripang yang tertangkap di Indonesia berasal dari spesies yang beragam. Habitat: Teripang termasuk jenis dasar (demersal) dengan habitat utama pasir maupun terumbu karang. Individu yang masih muda umumnya berada pada perairan yang lebih dangkal (reef flat), setelah dewasa memilih perairan lebih dalam atau pada terumbu karang bagian luar (outer reef slope). Termasuk jenis organisme scavenger atau filter feeder, jenis makanannya adalah detritus. Perikanan: Teripang termasuk komoditas ekonomis penting belakangan ini karena prospeknya sebagai komoditas ekspor. Sebelum dijual hasil tangkapan diproses pemasakan, pengasapan dan pengeringan. Harga teripang kering mencapai ratusan ribu rupiah. Teripang umumnya ditangkap dengan menyelam menggunakan hookah kompresor. Pada awalnya, Teripang ditangkap oleh nelayan pada saat air surut (meting) dengan menggunakan sumpit atau diambil langsung dengan tangan. Sebagai jenis organisme yang sesil (menetap) dan meningkatnya permintaan ekspor, populasi Teripang cepat mengalami penurunan sehingga penangkapan dilakukan pada perairan yang lebih dalam.
65
Ubur-Ubur, Chironex fleckeri, box jellyfish
Australia, laut lepas – bisa terbawa ke pantai Sengatan tentakel - mematikan
66
DIINGAT: Perikanan demersal: Peperek, Manyung, Biji Nangka, Kurisi, Belanak (kurang ekonomis); Ikan merah, Kerapu, Kakap, Cucut, Bawal Hitam, Bawal Putih, Layur, rajungan, kepiting, Udang, Teripang (ekonomis) Perikanan pelagis: terbang, Julung-Julung, japuh, Ekor Kuning (kurang ekonomis); Ikan Layang, Selar, Kuwe, Teri, Tembang, lemuru, Kembung, Tengiri, Tengiri Papan, Tuna, Cakalang, Tongkol, Cumi, Sotong (ekonomis) Binatang berkulit keras: Binatang berkulit lunak: Kesimpulan: Beberapa jenis ikan, produksinya tidak regular dan tidak mencapai kuantitas untuk menumbuhkan pasar yang potensial. Jenis ikan tersebut misalnya: Ikan Sebelah, Lidah, Nomei, Beloso, Gerot-gerot, Pari, Sunglir, maupun Terubuk. Beberapa jenis ikan, produksi bersifat reguler dan mencapai kuantitas yang dapat menimbulkan pasar potensial walaupun harganya tidak terlalu tinggi (kurang ekonomis) seperti misalnya: Peperek, Biji nangka, Kurisi, Pari dan Belanak (ikan demersal); Ikan terbang, Julung-Julung, Japuh, Ekor Kuning (Pelagis). Beberapa jenis ikan, walaupun produksinya tidak begitu banyak tapi digemari oleh pasar dan harganya tinggi (ekonomis penting), misalnya: Ikan Merah, Kerapu, Kakap, Cucut, Bawal Hitam, Bawal Putih, Layur, Rajungan, kepiting, Udang dan Teripang (demersal); Ikan Tengiri, Tengiri Papan, Tuna, Cakalang, Tongkol, Cumi dan Sotong (pelagis). Jenis alat tangkap yang diusahakan dalam skala kecil termasuk: Jaring Tarik, Bubu, Gill Net (termasuk Jaring Klitik), Pancing Tonda dan Bagan. Saat ini beberapa jenis Bagan juga sudah diusahakan secara komersial dan termasuk dalam skala menengah. Alat tangkap skala menengah termasuk: Bagan, Dogol, Payang dan Lampara. Sedangkan alat tangkap yang termasuk dalam skala usaha yang lebih besar adalah Purse Seine, Huhate (Pole and Line) dan modifikasi Trawl.
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.