Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
NEUROGENIC BLADDER & BOWEL
Adalah sekelompok kelainan yang disebabkan oleh gangguan partial atau komplek dari kontrol neurologik terhadap fungsi bladder & bowel yang normal, yang sering merupakan komplikasi kelainan neuromuskular
2
Kelainan neurologi terutama. berasal dari trauma,. infeksi,
Kelainan neurologi terutama berasal dari trauma, infeksi, atau degeneratif, kelainan vaskular atau proses keganasan. Sistem saraf pusat pada level spinal atau supra spinal atau saraf tepi mungkin juga erlibat.
3
Keberhasilan menangani sindroma ini akan
Keberhasilan menangani sindroma ini akan mengurangi tidak hanya kemungkinan kematian dan kesakitan, tetapi juga masalah psikososial dan perawatan. Neurogenik bladder & bowel adalah lebih dipahami dan mudah diobati saat ini, karena penanganan secara multidisiplin dan komprehensif. Dengan pertolongan ilmu pengetahuan dokter yang merawat, Urologist, dan perawat yang terlatih dengan penanganan yang tepat, dan pasien yang termotivasi untuk beradaptasi dengan kelainan ini, maka masalah ini dapat berhasil ditangani di masyarakat lingkungan pasien
4
Prinsip tujuan penanganan Neurogenic bladder adalah :
mencegah Infeksi Saluran Kencing mencegah overdistensi kandung kencing dan implementasi metode pengosongan yang memuaskan. Fungsi bowel normal tercapai bila inkontinensia, diare, dan konstipasi dapat diminimalisasi atau dihilangkan
5
NEUROANATOMI Pusat kontrol spinal dari fungsi bladder & bowel adalah S2 – S4 Koordinasi saraf sensory & motorik dari sistem saraf somatik dan autonom mengatur fungsi bladder & bowel yang normal. Saraf-saraf efferent Parasimpatik mensarafi otot detrusor kandung kemih dan otot sphincter dari bowel. Sementara saraf efferent Simpatik mensarafi otot polos traktus urinarius. Saraf-saraf efferent somatik mensarafi otot lurik sphincter uretra eksterna dan lantai panggul dan juga otot sphicter ekterna dari bowel. Saraf-saraf ini menangani tekanan, fungsi, dan peregangan, dan juga bentuk-bentuk sensori seperti temperatur
6
Klasifikasi Uninhibited Neurogenic Sensory Paralytic Motor Paralytic Autonomous Neurogenic Reflex Neurogenic
7
NEUROGENIC BLADDER Fisiologi Pengosongan :
Meskipun reflek pengosongan adalah automatis, ini dapat dihambat dan dilakukan oleh pusat-pusat diotak Bila kandung kemih penuh oleh peningkatan volume urine, reseptor peregangan pada otot detrusor kandung kemih mengirim impuls saraf ke pusat spinal cord melalui saraf pelvic afferen viseralis. Keinginan untuk kencing kemudian diproyeksikan ke otak. Bila waktu pengosongan sudah tepat, serat fasilitator diaktif kan, menimbulkan peningkatan aktivitas parasimpatik dengan menghasilkan penurunan aktivitas otot detrusor, relaksasi sphincter melalui inhibisi nervus pudendus dan terjadi pengosongan Tetapi bila waktu pengosongan tidak tepat, otak akan mengirim signal saraf inhibisi ke pusat spinal cord untuk menghambat reflek pengosongan
8
Evaluasi : Pemeriksaan fisik termasuk > pemeriksaan rutin ditempat tidur > evaluasi genitalia dan prostat yang teliti > sensasi perineal > tonus anus Ada beberapa cara evaluasi reflek yang berguna untuk menentukan keadaan pasien
9
Test Air Es : Untuk menguji fungsi autonom kandung kemih melalui saraf- saraf pelvis 3 ons (150 cc) cairan saline dengan suhu 380 F atau 3,30 C diinjeksikan ke dalam kateter yang ada di kandung kemih. Jika larutan salin keluar dengan cepat, test menunjukkan gambaran kelain an UMN
10
Reflek Bulbocavernosus :
Test ini adalah untuk fungsi somatik dari kandung kemih yang melalui nervus pudendus. Jari dimasukkan ke rectum dan gland pensi atau clitoris ditekan atau kateter ditarik. Bila sphincter rektum berkontraksi, ada aktivitas reflek dan lesi LMN tidak mungkin
11
Residual Urine : Pemeriksaan ini memperlihatkan kesempurnaan pengosongan kandung kemih. Setelah pengosongan kandung kemih selesai, segera pasien dikateterisasi. Residual urine secara normal dapat diabaikan. Nilai besar dari %, sering terlihat pada Neurogenic Bladder, biasanya tidak dapat diterima. Ini menunjukkan tidak sempurnanya pengosongan kandung kemih, sisa urine memungkinkan tempat untuk terjadinya infeksi
12
Pemeriksaan Radiografi :
Cara yang paling sering dilakukan adalah statik sistogram untuk memeriksa anatomi traktus urinarius. Voiding sistourethrogram untuk menguji fungsi urethra dan kandung kencing sewaktu pengosongan. Retrograde urethrogram untuk mendeteksi striktura, reflek atau atau divertikuli. Sphincterometri untuk mengukur tahanan yang diberikan oleh sphincter.
13
Uji Urodinamik : Cystometrograf adalah petunjuk yang berguna untuk mengobati neurogenic bladder dan juga untuk klasifikasi. Ia memberikan pola kurva volume- tekanan yang menunjukkan sensasi, tekanan pengisian, kapasitas dan kontraksi detrusor. (Tabel)
14
Tabel Uji Urodinamik
15
Prinsip Penatalaksanaan :
Tujuan utama, tanpa mempertimbangkan etiologi dan tingkat saat diagnosa dibuat, adalah penjagaan fungsi ginjal Ini dapat dilakukan dengan memperbaiki fungsi siklus kandung kemih dan pengosongan sepenuhnya. Pencegahan infeksi saluran kencing dan overdistensi kandung kemih adalah bagian integral dari program rehabilitasi, dengan menemukan metode pengeluaran urine yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Internal kateter ( intermitten atau indwelling ) digunakan hanya jika urine masih tertahan di kandung kemih.
16
Prinsip Penatalaksanaan (samb) :
Inkontinesia sering dapat ditangani pada laki-laki dengan memakai kondom kateter dan pada perempuan dengan memakai diapers. Jika kateter sangat diperlukan, intermaitten kateter lebih diutama kan dari pada indwelling kateter karena mengurangi infeksi dan komplikasi, dan mempercepat untuk bladder retraining
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.