Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
MORBUS HANSEN Achmad Yusuf
2
BATASAN Penyakit infeksi kronis Disebabkan Mycobacterium leprae Primer menyerang saraf tepi Sekunder menyerang kulit & organ lain (kecuali SSP) Bisa menyebabkan kecacatan dan masalah psikososial STIGMA
3
ETIOLOGI Batang, tahan asam ( Ziehl Nielsen ), ukuran 3-8 x 0,5
Belum dapat dibiakkan di media artifisial jaringan yang dingin ( makrofag atau sel Schwann ) Biasanya berkelompok tp ada yg tersebar satu-satu Masa belah diri hari masa tunas 2-5 tahun
5
BASIL KUSTA Mycobacterium leprae
8
Imunitas, kemampuan hidup&waktu regenerasi bakteri
PENULARAN Mukosa nasal (droplet infection) Inokulasi pada kulit yang tidak utuh (suhu dingin) Imunitas, kemampuan hidup&waktu regenerasi bakteri
9
PATOGENESIS M.leprae inokulasi kulit&droplet makrofag (lapisan dermis)&sel Schwann (jaringan saraf) Sel Schwann sel target gangguan imunitas kuman migrasi&aktivasi reaksi tubuh (+) makrofag fagositosis sel epiteloid inaktif sel Datia Langhans granuloma aktivitas regenerasi saraf ↓ & kerusakan saraf progresif
10
Imuno-Patogenesis M. leprae dari luar tubuh Sistim pertahanan tubuh alami (Natural Immunity) Sistim pertahanan tubuh dapatan (Acquired Immunity ) tidak sakit tidak sakit Sakit kusta
11
GEJALA KLINIK 1. KELAINAN SARAF TEPI - Saraf tepi superfisial suhu > dingin - Kerusakan saraf tepi bisa bersifat: sensorik hipo / anastesi lesi kulit motorik kelemahan otot autonomik kelenjar keringat kering - Pembesaran saraf tepi permukaan kulit
12
GEJALA KLINIK 2. KELAINAN KULIT DAN ORGAN LAIN Bagian tubuh relatif > dingin muka, hidung, telinga, ekstremitas Bercak hipopigmentasi/ eritematus gangguan estesi kuman facies leonina, penebalan cuping telinga, madarosis, anestesi simetris tangan dan kaki Kelainan organ lain mata, hidung, tulang&sendi, lidah, laring, testis, kelenjar limfe, rambut, dan ginjal
13
GEJALA AWAL KUSTA Makula Anastesi / Hipoestesi
- makula datar, papul meninggi, plakat, nodus - tidak gatal, tidak nyeri bisa tampak pucat atau kemerahan - bercak lebih kering dari sekitarnya - distribusinya simetris atau asimetris Kelainan saraf tepi - kesemutan kesukaran menggerakkan ekstremitas kekakuan sendi
14
BERCAK KUSTA YANG SPESIFIK
Memiliki sifat – A : Anestesi Anhidrosis Akromia Atrofi
16
Penebalan N. Auricularis magnus
17
TES SENSIBILITAS
27
Lagophthalmus
28
Saddle Nose ( hidung pelana )
29
Kecacatan pada kusta
30
Claw Hand
32
Deformitas akibat kusta
33
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Serologi MLPA, ELISA, ML dipstick antibodi anti PGL-1 ( antigen pesifik pd dinding kapsul M.leprae ) Pemeriksaan histopatologi klasifikasi kusta pengecatan Hematoxylin Eosin dan tahan asam PCR mendeteksi M.leprae rantai DNA Lepromin mendeteksi imunitas seluler
34
DIAGNOSIS WHO (1997) Cardinal sign
Kelainan kulit hipopigmentasi atau eritematosa dengan anastesi yang jelas Kelainan saraf tepi berupa penebalan saraf dengan anastesi Hapusan kulit: BTA+
35
KLASIFIKASI KUSTA
36
PERBEDAAN TIPE PB DAN MB
TIPE KUSTA PB MB Klinis makula Asimetris (jlm 1-5) Simetris (jml >5) Batas tegas, kering, kasar Tidak tegas, halus, berkilat Anastesi jelas Anastesi tidak jelas Hipopigmentasi Eritematus Penebalan Saraf Tepi Terjadi dini & asimetris Terjadi lanjut & cenderung simetris BTA - +
39
Polar Tuberculoid ( TT )
40
Borderline Tuberculoid ( BT )
41
MID BORDERLINE ( BB )
42
Borderline Leromatous (BL)
43
Polar Lepromatous ( LL )
46
GAMBARAN KLINIK MH TUBERCULOID BORDERLINE LEPROMATOUS HUMORAL IMMUNITY
CELLULAR IMMUNITY JUMLAH BASIL KUSTA
47
DIAGNOSIS BANDING
48
Pitiriasis versikolor
Pitiriasis Versicolor
49
Pitiriasis alba
50
Birth mark
51
Psoriasis vulgaris
52
Tinea corporis
53
TB cutis
54
PENATALAKSANAAN Pausibasiler - Rifampisin 600 mg/bln (supervisi)
1. PENGOBATAN KAUSAL : MDT-WHO Pausibasiler - Rifampisin 600 mg/bln (supervisi) - Dapsone 100 mg/hari Terapi selama 6 bulan dan maksimal 9 bulan Multibasiler - Sama dgn pausibasiler - Ditambah lamprene 300 mg/bln (supervisi) dan 50 mg/hari Terapi slm 12 bln&maksimal 18 bln
55
2. PENGOBATAN SIMTOMATIS :
pengobatan ulkus pengobatan reaksi 3. PERBAIKAN GIZI 4. REHABILITASI MEDIK 5. EDUKASI : keteraturan berobat pencegahan kecacatan
56
REAKSI KUSTA Episode akut dalam perjalanan kronis penyakit kusta yang merupakan suatu reaksi imunologis dengan akibat merugikan penderita Ada 2 tipe : reaksi tipe 1 ( reversal reaction ) dan reaksi tipe 2 ( ENL = Eritema Nodosum Leprosum ) Reaksi tipe 1 imunitas seluler Reaksi tipe 2 imunitas humoral
57
REAKSI KUSTA TIPE 1 Reaksi hipersentivitas tipe IV Ag M.leprae yg mati limfosit T perubahan imunitas seluler yang cepat perubahan keseimbangan antara imunitas seluler dan M.leprae Paling sering pada kasus yang mendapat terapi dan pada tipe BB Lesi kulit >> edema & eritematosa, pembesaran saraf dapat disertai nyeri ( neuritis ), demam ±
59
REAKSI KUSTA TIPE 2 Reaksi hipersensitivitas tipe III M.leprae yang mati antibodi kompleks Ag-Ab mengaktifkan komplemen ENL Pada umumnya terjadi pada akhir terapi serta pada tipe BL dan LL Nodul eritematosa yang nyeri, timbul mendadak, demam, dpt disertai gejala lain ( neuritis, arthritis, limfadenitis, orkitis, irdosiklitis, dan glaukoma )
61
Penatalaksanaan Reaksi Kusta
Prinsip : obat anti kusta diteruskan, pemberian obat anti reaksi, istirahat, dan terapi simtomatis Reaksi tipe 1 - ringan istirahat, simtomatis - berat ( neuritis ) rujuk ke RS utk perawatan, simtomatis, steroid sistemik Reaksi tipe 2 - rujuk ke RS utk perawatan, steroid sistemik / lamprene / thalidomid
62
PENTINGNYA PENEMUAN PENDERITA KUSTA SECARA DINI
Pengobatan secara dini akan mencegah terjadinya cacat kusta Pengobatan secara dini menghilangkan sumber penularan di masyarakat Pemberantasan penyakit kusta akan menyelamatkan masa depan generasi penerus
63
.... terima kasih .... MORBUS HANSEN_ ACHMAD YUSUF
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.