Upload presentasi
Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu
1
Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia
Materi : Kerajaan Kutai Kerajaan Tarumanegara Kerajaan Sriwijaya
2
Nama Kelompok : -Ayu Azhari -Anne Kurnia Sari -Dwi Fatmawati -Faradilla W.R -Resinta Puspa Diana -Winda Raniyah -Witri Nur Pratiwi Kelas XI Sos 4
3
Kerajaan Kutai Kerajaan kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia. Kerajaan ini terletak ditepi sungai Mahakam di Muarakaman, Kalimantan Timur, dekat kota Tenggarong. Diperkirakan muncul pada abad 4 M atau lebih dari 400 M. Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke daerah pedalaman, menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Hal inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kutai.
4
a. Kehidupan Politik Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Berikut adalah raja raja yang pernah berkuasa di Kutai, diantaranya : Raja Kudungga Adalah raja pertama yang bekuasa di Kerajaan Kutai. Tetapi dilihat dari namanya, para ahli berpendapat bahwa pada masa pemerintahan Kudungga agama indu baru masuk ke wilayah Indonesia. Kedudukan Raja Kudungga pada awalanya adalaha Kepala Suku. Raja Aswawarman Pendiri dinasti Kutai shingga diberi gelar Wangsakerta, yang berarti pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putra dan salah satunya adalah Mulawarman. Raja Mulawarman Merupakan raja terbesar di Kutai. Di masa pemerintahannya dia merupakan raja yang mampu membawa Kutai mencapai msa jayanya. Dalam prasasti Yupa pun disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai dalam masa keemasaannya. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
5
b. Kehidupan Sosial c. Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Isitlah Waprakeswara tempat suci untuk memuja Dewa Siwa. c. Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak ekor sapi untuk golongan Brahmana. Apabila sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.
6
d. Kehidupan Budaya Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma.
7
e. Peninggalan Kerajaan Kutai
Bukti sejarah tentang kerajaan Kutai adalah ditemukannya tujuh prasasti yang berbentuk yupa(tiang batu) tulisan yupa itu menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta. Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan raja Mula warman. Dalam agama hindu sapi tidak disembelih seperti kurban yang dilakukan umat islam. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan ekor sapi kepada kaum brahmana.
8
Dapat diketahui bahwa menurut Buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang diterbitkan oleh Balai Pustaka halaman 36, transliterasi prasasti diatas adalah sebagai berikut: “śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapo-bala- damānvitaḥ; śrī mūlavarmmārājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam; tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ.” Artinya: “Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.”
9
f. Berakhirnya Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
10
Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara atau taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke- 4 sampai abad ke-7. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh raja Dirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358M, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman ( ). Kerajaan Tarumanegara bercorak Hindu. Letak Kerajaan ini dulunya di sungai Cisadane sebelah barat & sungai Citarum sebelah timur.
11
a. Kehidupan Politik Raja-Raja Yang Pernah Berkuasa :
1. Jayasingawarman ( ) 2. Dharmayawarman ( ) 3. Purnawarman ( ) 4. Wisnuwarman ( ) 5. Indrawarman ( ) 6. Candrawarman ( ) 7. Suryawarman ( ) 8. Kertawarman ( ) 9. Sudhawarman ( ) 10. Hariwangsawarman ( ) 11. Nagajayawarman ( ) 12. Linggawarman ( ) Namun hanya pada masa pemerintahan Purnawarman saja Tarumanegara mencapai masa kejayaannya. Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal dalam catatan sejarah adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga(Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan ekor sapi kepada kaum brahmana. Penggalian saluran air ini sangat besar artinya, karena merupakan pembuatan saluran irigasi untuk memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat. Hasil pertanian tersebut memajukan perekonomian.
12
b. Kehidupan Sosial Kehidupan gotong royong dalam kehidupan masyarakat Tarumanegara berkembang dengan baik. Hal ini terlihat dengan adanya penggalian saluran Gomati. Sebagian masyarakat beragama Hindu dan Buddha, sedangkan sebagian masyarakat yang lainya masih menganut agama asli. c. Kehidupan Ekonomi Pembangunan sebuah terusan oleh Raja Purnawarman ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat, karena dapat digunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir serta sarana lalu lintas pelayaran antar daerah di Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar. Akibatnya perekonomian sudah berjalan teratur.
13
e. Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
Runtuhnya kerajaan Tarumanegara bermula dari kepercayaan yang diberikan oleh sang raja kepada pemerintah daerah di bawah raja, untuk mimimpin wilayahnya sendiri. Lalu, kebiasaan memberikan warisan wilayah atau daerah kepada putra dan putri mahkota, yang lantas membuat kerajaan baru diwilayahnya tersebut. Hal itu membuat kekuasaan raja menjadi lemah dan gampang diserang musuh. Tahun 669 M, raja Linggawarman yang menjadi raja terakhir, meyerahkan kekuasaan kepada menantunya yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Lantas, berakhirlah pemerintah dalam nama Tarumanegara berganti menjadi kerajaan Sunda.
14
d. Peninggalan Terdapat tujuh Prasasti yang menjadi peninggalan Kerajaan Tarumangara, antara lain : 1. Prasasti Ciaruteun : Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta yang terdiri dari 4 baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun mempunyai 2 arti yaitu: Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut). Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa sekaligus pelindung rakyat. 2. Prasasti Jambu : Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit. Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor, prasasti ini juga menggunakan bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan raja Mulawarman. 3. Prasasti Kebon kopi : Prasasti Kebonkopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu. 4. Prasasti Muara Cianten : Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak kaki. 5. Prasasti Pasir awi: Prasasti Pasir Awi ditemukan di daerah Leuwilia, Prasasti Pasir Awi berpahatkan gambar dahan dengan ranting dan dedaunan serta buah-buahan (bukan aksara) juga berpahatkan gambar sepasang telapak kaki. 6. Prasasti Cidanghiyang : Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten Pandeglang, Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun dan berisi 2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja Purnawarman. 7. Prasasti Tugu : Prasasti Tuguditemukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang meling kar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat diketahui dari prasasti tersebut.
15
Kerajaan Sriwijaya Dimulai pada abad ke-7 dimana Dapunta Hyang mendirikan kerajaan ini. Terletak di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat pemerintahannya kemungkinan besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada pendapat lain yangmenyebutkan Ligor di Semenanjung Malaya sebagai pusatnya.
16
a. Kehidupan Politik Menurut sejarah Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya dimasa lampau. Raja raja yang pernah memerintah adalah : 1. Dapunta Hyang Srijayanegara 2. Dharmasetu 3. Balaputradewa 4. Cudamani Warmadewa 5. Sanggrama Wijaya Tunggawarman Kerajaan Sriwijaya ternyata menjalankan Politik Ekspansif ( perluasan kekuasaan). Pada abad ke-9 Raja Balaputradewa dapat memperluas wilayah Sriwijaya. Wilayah itu meliputi Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Bangka,Belitung, Malaysia, Singapura, dan Thailand Selatan.
17
b. Kehidupan Ekonomi Menurut catatan asing, Bumi Sriwijaya menghasilkan bumibeberapa diantaranya, yaitu cengkeh, kapulaga, pala, lada,pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus,gading,timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah dan penyu. Barang-barang tersebut dijual atau dibarter dengan kain katun, sutera dan porselen melalui relasi dagangnya dengan Cina, India, Arab dan Madagaskar. Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalurperdagangan antara India dan Tiongkok, yakni denganpenguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijayamembeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara. c. Keadaan Masyarakat Karena kerajaan sriwijaya dipengaruhi oleh agama budhamaka kehidupan masyarakat sesuai dengan ajaranya selain itumasyarakat juga menjali hubungan dengan kerajaan lain. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti.
18
e. Peninggalan Candi Muara Takus : di Riau, dengan asumsi petunjuk arah perjalanan dalam catatan I Tsing, serta hal ini dapat juga dikaitkan dengan berita tentang pembangunan candi yang dipersembahkan oleh raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003 kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari candi yang terletak di Muara Takus). Namun yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).
19
Thanks For Your Attention!!!
Presentasi serupa
© 2024 SlidePlayer.info Inc.
All rights reserved.