Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Pembelajar pada Kappa Sigma Kappa INDONESIA

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Pembelajar pada Kappa Sigma Kappa INDONESIA"— Transcript presentasi:

1 Pembelajar pada Kappa Sigma Kappa INDONESIA
PUSTAKAWAN GURU paparan disampaikan pada Seminar Nasional Peran Pustakawan Guru Dalam Mendukung Gerakan Literasi Sekolah di Abad 21 Bandung, 2 Maret 2017 Oleh Blasius Sudarsono Pembelajar pada Kappa Sigma Kappa INDONESIA

2 CATATAN AWAL CATATAN KECIL ATAS MAKNA TIGA KATA
LITERASI: Illiteracy  buta huruf >< melek huruf  kemelek-hurufan  keberaksaran  literasi ----- KECERDASAN ? PUSTAKAWAN GURU >< GURU PUSTAKAWAN Pustakawan Sekolah  teacher librarian Pustakawan Guru PEMUSTAKA Tidak jelas kaidah kebahasaannya LIARNYA BAHASA INDONESIA. Ari Subagyo berharap KBBI V tidak menjadi kamus bahasa pasar (Kompas, 24 Oktober, 2016) PESAN harus berhati-hati dalam menerjemahkan istilah dari bahasa asing atau membuat istilah baru taat pada kaidah bahasa (TIDAK SEMBARANGAN)

3 PENDAHULUAN Membahas Pustakawan Guru tidak hanya melihat objek itu dari satu titik pandang saja. Perlu pandangan menyeluruh atau komprehensif. Termasuk lingkungan sekitarnya dan perkembangan lingkungan tersebut. Tidak boleh dilupakan juga dampak kesepakatan internasional dalam bidang Perpustakaan Sekolah. Oleh sebah itu, paparan berikut dimulai dengan melihat pentingnya Transformasi Perpustakaan Sekolah dan Manifesto Perpustakaan Sekolah dari IFLA/Unesco.

4 POKOK BAHASAN TIGA TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
DARI SCHOOL LIBRARY MENUJU LEARNING COMMONS IFLA/UNESCO SCHOOL LIBRARY MANIFESTO GERAKAN LITERASI SEKOLAH BAGAIMANA PERPUSTAKAAN SEKOLAH KITA ?

5 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 1
ERA SEBELUM PERANG DUNIA II (dua unit kerja yang terpisah) tempat penyimpanan buku yang digunakan sebagai tambahan bacaan bagi siswa unit penyimpan semua alat peraga yang digunakan guru dalam memberikan pelajaran

6 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 2
TRANSFORMASI I (sentralisasi sistem simpan dan temu kembali) Pada akhir Perang Dunia II, muncul konsep yang menyatukan pengelolaan perpustakaan sekolah dengan unit pengelola audiovisual. Melahirkan unit yang dikenal dengan nama School Library Media Center (LMC). agar pemanfaatan dua jenis koleksi tersebut menjadi lebih efektif bagi pendidikan dan pengajaran Fungsi pustakawan sekolah bertambah dengan fungsi pendidikan. Muncul terminologi teacher librarian disamping school librarian.

7 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 3
TRANSFORMASI II (integrasi sistem informasi dalam kurikulum) semula semua peralatan komputer ditempatkan di pusat media atau perpustakaan atau di LMC. keluhan dari siswa maupun guru jika akan menggunakan peralatan harus meninggalkan kelas. mengakibatkan perpustakaan sekolah atau LMC menjadi jarang dikunjungi. dasawarsa 1990-an muncul konsep pendidikan konstruktif

8 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 4
siswa mendapatkan porsi lebih besar dalam perencanaan pembelajarannya. guru menekankan pembelajaran berbasis projek, penyelidikan, kelompok siswa melakukan projek investigasi, atau pemecahan permasalahan siswa memerlukan lebih dari sekedar catatan pelajaran dan buku teks agar berhasil. siswa memerlukan lingkungan yang kaya akan informasi maupun teknik untuk disarikan, dikemas, dan dipakai dalam projek mereka.

9 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 5
TRANSFORMASI III (transformasi keseluruhan sistem pendidikan dalam satu sistem informasi) TIK sudah sangat dominan awalnya perpustakaan sekolah menjadi tempat tujuan sivitas mencari bahan dan peralatan mengajar belajar. TIK menghasilkan sistem jejaring-jejaring kerja, dengan perpustakaan sekolah sebagai jejaring pusat jangkauan sistem informasi dari pusat sampai setiap bagian sekolah, bahkan sampai di luar sekolah pustakawan sekolah harus mampu menjadi antar muka (interface) yang menghubungkan sistem informasi tercetak maupun digital, teknologi, dan jejaring di satu sisi dengan siswa, guru, dan pihak terkait di sisi lain

10 TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH 6
TRADISIONAL koleksi berbasis karya cetak orientasi pada karya cetak dan multimedia terpusat (sentralisasi) agenda yang kaku pelaksana tunggal ruang tenang, cenderung kosong BARU koleksi berbasis informasi beragam teknologi sentralisasi dan desentralisasi agenda yang luwes profesional dan staf teknis menunjukkan kesibukan laboratorium pembelajaran

11 SKEMA TRANSFORMASI

12 LEARNING COMMONS 1 Transformasi dari perpustakaan menjadi learning commons menjadi permasalahan dan tantangan yang harus dihadapi dan dijawab oleh Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan Sekolah harus melakukannya karena ada perubahan dalam konsep pendidikan dan kemajuan teknologi. Akankah kita mengikutinya?

13 LEARNING COMMONS 2 MENURUT VALERIE DIGGS :
tempat untuk mengajar dan belajar, tempat untuk bekerja dalam grup, tempat untuk berkolaborasi, tempat untuk pengembangan profesionalitas, tempat untuk berkreasi, tempat untuk berubah, tempat untuk mencari, tempat untuk berkomunikasi, dan tempat untuk bermasyarakat

14 LEARNING COMMONS 3 bukan tempat yang dirancang semata untuk menemukan informasi, bukan tempat siswa datang hanya untuk memfotokopi, bukan tempat pustakawan bersinggasana, bukan tempat siswa dikenai banyak aturan waktu menggunakan, dan bukan tempat yang dipenuhi rak buku yang berisi materi yang sudah kadaluwarsa.

15 MENUJU LEARNING COMMONS
 buatlah komunitas  ciptakan lingkungan pembelajaran yang benar  berpatnerlah dengan guru dan para administartor  doronglah partisipasi siswa  dan yang terpenting ”Have Fun”

16 MANIFESTO PERPUSTAKAAN SEKOLAH
memberikan informasi dan ide yang menjadi dasar keberhasilan fungsional dalam masyarakat masa kini yang berbasis informasi dan pengetahuan. membekali murid berupa keterampilan pembelajaran sepanjang hayat serta pengembangan imajinasi, memungkinkan mereka hidup sebagai warga negara yang bertanggungjawab menyediakan layanan pembelajaran, buku dan sumber informasi lain sehingga menjadikan seluruh warga masyarakat sekolah menjadi pemikir kritis (critical thinkers) dan pemakai efektif informasi dalam beragam media dan format

17 TUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH 1
mendukung dan meningkatkan tujuan pendidikan sesuai dengan tugas dan kurikulum sekolah mengembangkan dan menjaga kebiasaan dan kesenangan siswa dalam membaca, belajar, dan menggunakan perpustakaan sepanjang hayat memberi kesempatan untuk berkesperimentasi, dalam mencipta dan menggunakan informasi bagi pengetahuan, pemahaman, imajinasi, dan kesenangan

18 TUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH 2
mendukung semua siswa dalam pembelajaran serta praktik ketrampilan untuk mengevaluasi dan menggunakan informasi, tanpa memandang bentuk, format media, termasuk kepekaan pada moda komunikasi dalam masyarakat. menyediakan akses terhadap beragam sumber informasi, lokal, regional, nasional, dan global, selain itu juga kesempatan yang menunjukkan pada keberagaman ide, pengalaman, dan pendapat. menyelenggarakan kegiatan yang mendorong kesadaran serta kepekaan sosial dan budaya

19 TUGAS PERPUSTAKAAN SEKOLAH 3
bekerja dengan siswa, pengajar, administrator, dan orang tua murid untuk mencapai tujuan sekolah menegaskan bahwa kebebasan ilmiah dan kebebasan akses informasi adalah hal mendasar untukmewujudkan kewargaan yang efektif dan bertanggung jawab serta partisipasi dalam demokrasi. melakukan promosi atas koleksi buku, sumberdaya informasi lain, dan layanan apa saja yang dimiliki perpustakaan sekolah kepada segenap masyarakat sekolah maupun di luar sekolah.

20 KEMAMPUAN IDEAL PUSTAKAWAN SEKOLAH
haruslah professionally staff member bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan perpustakaan sekolah. dapat bekerjasama dengan semua anggota komunitas sekolah, dan juga menjalin kerja sama dengan pihak perpustakaan umum setempat. kompeten dalam perencanaan dan pengajaran beragam penanganan informasi bagi guru dan murid. selalu melanjutkan pengembangan kemampuan profesional mereka

21 GERAKAN LITERASI SEKOLAH
Upaya yang dilakukan secara menyeluruh & berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik Sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang literat menyenangkan dan ramah anak , semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu & cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi & dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya Pelibatan Publik Peran serta warga sekolah (Guru, kepala sekolah, peserta didik, orang tua, tenaga pendidikan,pengawas sekolah, & Komite Sekolah) akademisi, dunia usaha dan industri dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

22 TUJUAN GLS Tujuan umum Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam GLS agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Tujuan khusus Menumbuhkembangkan budaya literasi membaca dan menulis siswa di sekolah Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca

23 PRINSIP-PRINSIP GLS a. Sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik berdasarkan karakteristiknya b. Dilaksanakan secara berimbang; menggunakan berbagai ragam teks dan memper-hatikan kebutuhan peserta didik c. Berlangsung secara terintegrasi dan holistik di semua area kurikulum d. Kegiatan literasi dilakukan secara berkelanjutan e. Melibatkan kecakapan berkomunikasi lisan f. Mempertimbangkan keberagaman

24 TAHAPAN PELAKSANAAN Penumbuhan minat baca melalui kegiatan 15 menit membaca (Permendikbud No. 23 Tahun 2015) Meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan Meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran: menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran Pendekatan pelaksanaannya adalah: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.

25 STRATEGI PELAKSANAN GLS
Peningkatan tiga unsur Pemangku Kepentingan; Warga Sekolah; Ketersediaan Sarana dan Prasarana. Tiga pendekatan untuk 1) dan 2) 1) Sosialisasi; 2) Pelatihan; dan 3) Pendampingan. sarana prasarana memerlukan perencanaan dan penganggaran yang baik berdasar analisis kebutuhan. Idealnya mencapai Standar Nasional Pendidikan, minimal memenuhi Pelayanan Standar Minimal

26 CIRI EKOSISTEM LITERAT
a. menyenangkan dan ramah anak, sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam belajar; b. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama; c. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan; d. memampukan warganya untuk cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya; dan e. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah

27 SITUASI KITA 1 Perpustakaan Sekolah Pustakawan Guru
Belum bertransformasi Masih dikelola seadanya dengan konsep lama Belum semua mengetahui dan memahami IFLA/Unesco School Library Manifesto. Bersiap menuju  learning commons Pustakawan Guru Terjemahan yang benar dari “teacher librarian” Sebagai jawab atas istilah Guru Pustakawan Sebutan Pustakawan Sekolah tidak dipakai oleh Kemendikbud  Tenaga Perpustakaan Asosiasi Tenaga Perpustakaan Indonesia (ATPUSI)

28 SITUASI KITA 2 Pustakawan Guru DEFINISI (usulan) 
Belum menjadi kesepakatan formal dalam praktik Masih banyak pemakaian sebutan Pustakawan Sekolah meski tidak dipakai di Kemendikbud Belum punya organisasi atau himpunan profesi Perlu perumusan formal melalui kajian akademik, mencakup bentang luas dari filosofi sampai praktik sehari-hari DEFINISI (usulan)  Pustakawan Guru adalah Pustakawan yang berkarya di sekolah dan berfokus pada pelaksanaan fungsi pendidikan. (perlu dikaji lebih lanjut secara akademik)

29 SITUASI KITA 3 Pustakawan Guru
Mempunyai sembilan tugas seperti disebut dalam Manifesto Perpustakaan Sekolah yang dicanangkan oleh IFLA dan Unesco. Harus benar pustakawan profesional, mampu mengelola Perpustakaan Sekolah, menguasai TIK, mampu bekerjasama dengan semua sivitas sekolah, Mempunyai kompetensi dalam perencanaan dan pengajaran beragam layanan informasi bagi murid dan Guru, Selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya secara berkesinambungan

30 SITUASI KITA 4 Pustakawan Guru
Mempunyai sembilan tugas seperti disebut dalam Manifesto Perpustakaan Sekolah Benar pustakawan profesional, mampu mengelola Perpustakaan Sekolah, menguasai TIK, mampu bekerjasama dengan semua sivitas sekolah Mempunyai kompetensi dalam perencanaan dan pengajaran beragam layanan informasi bagi murid dan Guru Harus ada kemauan dan kemampuan bekerjasama dengan pihak Guru, pihak manajemen sekolah, administrator, orang tua murid, pustakawan dan profesional informasi lainnya, serta masyarakat luas

31 SITUASI KITA 5 Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah
GLS menjadi salah satu kesempatan dalam upaya pemberdayaan tidak hanya berkolaborasi dalam GLS, namun lebih bersinergi Sinergi  kegiatan yang tergabung dan biasanya pengaruhnya lebih besar dari pada jumlah total pengaruh masing-masing atau satu persatu Kolaborasi + keterlibatan + kepercayaan = SINERGI

32 SITUASI KITA 6 Menuju learning commons
tempat untuk mengajar dan belajar, tempat untuk bekerja dalam grup, tempat untuk berkolaborasi, tempat untuk pengembangan profesionalitas, tempat untuk berkreasi, tempat untuk berubah, tempat untuk mencari, tempat untuk berkomunikasi, dan tempat untuk bermasyarakat Perombakan “konsep” dari sebuah Perpustakaan Sekolah tradisional Keniscayaan abad 21. Kita jangan tertinggal terlalu jauh dari negara maju

33 SITUASI KITA 7 Pendidikan pengguna
User education  kegiatan orientasi bagi calon pengguna dalam memakai semua fasilitas perpustakaan. Dengan perkembangan dan tuntutan jaman, pendidikan pemakai berkembang menjadi information literacy. pengguna juga dididik untuk mampu memahami informasi secara analitis, kritis, dan reflektif. proses bersama antara Pustakawan Guru dan masyarakat sekolah yang dilayani. Suasana nyaman diciptakan agar proses itu benar menyenangkan

34 PROSPEK KE DEPAN Masa depan “profesi” Pustakawan Guru perlu juga kita cermati. Tuntutan bahwa Pustakawan Sekolah harus bersinergi dengan Guru menjadikan menghilangnya sekat profesi. Salah satu kemungkinan adalah munculnya profesi baru yang menangani “informasi sekolah”. Pustakawan Guru dan Guru dapat bersepakat membentuk profesi baru.

35 PROSPEK KE DEPAN Selanjutnya harus dibangun body of knowledge dari “keinformasian sekolah” yang harus dikaji secara akademik Suatu prospek yang potensial dapat terjadi. Kelemahan organisasi kepustakawanan yang ada masih belum kuat minatnya dalam membangun keilmuan bidangnya. Tentu pertanyaan ini harus dijawab oleh praktisi dan akademisi perpustakaan. Akankah kita mau?

36 TERIMA KASIH


Download ppt "Pembelajar pada Kappa Sigma Kappa INDONESIA"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google