Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

SESI 6A KKPMT 8 PENGKODEAN DIAGNOSIS MORBIDITAS & MORTALITAS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "SESI 6A KKPMT 8 PENGKODEAN DIAGNOSIS MORBIDITAS & MORTALITAS"— Transcript presentasi:

1 SESI 6A KKPMT 8 PENGKODEAN DIAGNOSIS MORBIDITAS & MORTALITAS
Disusun oleh dr Mayang Anggraini Naga (Rev. 2015)

2 KOMPETENSI MAMPU: Memberi kode Morbiditas dan Sebab
Kematian (Cause of Death) dengan tepat, sesuai Rules yang ada di Volume 2, ICD-10.

3 I PANDUAN PENGKODEAN KONDISI UTAMA DAN KONDISI-KONDISI LAIN MORBIDITAS
Kutipan dari ICD-10 Volume 2 GUIDELINES FOR CODING “MAIN CONDITION” &“OTHER CONDITIONS”

4 GUIDELINES FOR CODING “MAIN CONDITION” &“OTHER CONDITIONS” (PANDUAN PENYANDIAN “KONDISI UTAMA” & “KONDISI-KONDISI LAIN”) GENERAL (UMUM) Penentuan kondisi utama & kondisi lain-lain yang berkaitan dengan satu episode asuhan, hendaknya direkam oleh: Para praktisi dokter yang memberi asuhan

5 ini akan memudahkan proses pemberian kode ICD-nya, oleh karena: Keputusan tentang kondisi utama harus diterima dan  dikode serta  diproses oleh petugas penyandi (coder), kecuali bila Panduan (ICD) tidak diikuti oleh para praktisi dokter.

6 rekam yang berisi penulisan - yang tidak konsisten atau
GUIDELINES FOR CODING MAIN CONDITION” & “OTHER CONDITIONS” (cont.-) Apabila mungkin, rekam yang berisi penulisan - yang tidak konsisten atau - salah perekaman kondisi utama kembalikan ke dokternya untuk KLARIFIKASI

7 Apabila klarifikasi tidak dapat terlaksana
maka terapkan Rules MB1, MB2, MB3, MB4 atau MB5 (di halaman 122, ICD Vol.2) Ini membantu penyandi (coder) menyelesaikan sebagian sebab-sebab umum kesalahan rekam.

8 yang tertera di bawah ini bila penyandi (pengkode)
Panduan yang tertera di bawah ini dapat digunakan bila penyandi (pengkode) mengalami kesulitan dalam proses coding.

9 DIREKOMENDASIKAN bahwa kondisi lain-lain, yang berkaitan dengan suatu episode asuhan, harus direkam sebagai kondisi tambahan terhadap kondisi utama, juga pada analisis penyebab tunggal, karena informasi tersebut dapat membantu penentuan ketepatan pilihan kode ICD yang benar bagi kondisi utama

10 Perlu Menjadi Perhatian Para Coder (Pengkode)
Bahwa: Putusan para praktisi dokter tidak boleh diubah di luar izin/sepengetahuan dari yang bersangkutan !

11 Optional Additional Codes (Kode Tambahan Pilihan)
Pada panduan di bawah ini, untuk lebih informatif, kode untuk kondisi utama terkadang dijelaskan dengan adanya kode tambahan (additional code) yang “OPTIONAL”

12 Kondisi Tunggal dan Ganda
Kode pilihan bagi kondisi utama “MAIN CONDITION” diperlukan pada analisis kondisi tunggal. Sedangkan kode tambahan bisa disertakan pada analisis penyebab ganda.

13 Optional Additional Codes (Kode Tambahan Pilihan) (Lanjutan)
Menyandi dengan Sistem Sangkur-Bintang ( & * ) Bila bisa diaplikasikan, kedua kode ber ( ) & (*) harus digunakan untuk kode KONDISI UTAMA, karena mereka menunjukkan kondisi tunggal yang mempunyai: DUA JALUR PENJELASAN. (dual classification)

14 Contoh: Measle pneumonia B05.2 J17.1* Tuberculosis pericarditis A18.8 I32.0* Lyme disease arthritis A69.2 M01.2* 9 Postmeningococcal arthritis sendi lutut A39.8 M03.0*6 Meningococcal pericarditis A39.5 I32.0* Obstruksi usus akibat B77.0 K93.8* gumpalan ascariasis

15 Coding of Suspected Conditions, Symptoms & Abnormal Finding & Non Illness Situations (hal. 126, ed. 2010) Bila episode asuhan adalah asuhan rawat inap, maka penyandi harus berhati-hati dalam meng-klasifikasikan kondisi utama ke dalam Bab XVIII (R) atau Bab XXI (Z) Bila tidak ada diagnosis yang lebih spesifik yang ditegakkan pada akhir episode terkait, atau memang benar-benar tidak ada sakit atau cedera yang dapat dikode, maka gunakanlah kode yang ada pada kedua Bab-bab (R dan Z) tersebut di atas.

16  Baca Rules MB3 dan MB5 di halaman 132;
(Lanjutan)  Baca Rules MB3 dan MB5 di halaman 132; ICD Vol. 2. (ed. 2010) Rule MB3. Condition recorded as “main condition” is presenting symptom of diagnosed, treated condition. (Kode di Bab R (XVIII) dan Z (XXI))

17 Rule MB5 (hal. 132, Vol.2) Rule MB5. Alternative main diagnoses
(Bila 2 atau lebih dari 2 kondisi direkam sebagai diagnosis, maka pilih yang pertama disebut)

18 “suspected diagnosis”
Coding of Suspected Conditions, Symptoms & Abnormal Finding & Non Illness Situations) (cont.-) (126, ed. 2010) Kategori-kategori di Bab-bab tersebut dapat digunakan secara normal untuk episode-episode kontak dengan pelayanan kesehatan. Apabila setelah suatu episode asuhan kesehatan, kondisi utamanya masih direkam sebagai “suspected” atau “questionable” dsb. dan tidak ditemukan informasi atau klarifikasi lebih lanjut, “suspected diagnosis” diberi kode sebagai kondisi utama.

19 Category Z03 (Medical observation & evaluation for suspected diseases & conditions)
Z03 dapat untuk mengkode kondisi suspected yang gugur setelah di-investigasi Contoh: (lihat halaman , ICD-10 Vol. 2) Suspected acute cholecystitis  beri kode Acute cholecystitis (K81.0)

20 Observation for suspected malignant neoplasm (Z03.1).
(Lanjutan) Admitted for investigation of suspected malignant neoplasm of cervix uteri – ruled out  beri kode: Observation for suspected malignant neoplasm (Z03.1). Perhatikan contoh: example 6 dan 7 (hal. 127, ed. 2010)

21 Ruled out myocarditis infarction  beri kode
Category Z03 (Lanjutan) Ruled out myocarditis infarction  beri kode Observation for suspected myocardial infarction (Z03.4) (Kode untuk masalah yang menyebabkan pasien berhubungan dengan pelayanan saat itu) Severe epistaxis, (no procedures or investigation reported).  beri kode Epistaxis (R04.0) (walau masuk rawat emergensi ternyata hanya untuk mengatasi perdarahan hidungnya saja, belum jelas causa epistaxis-nya.)

22 Coding Multiple Condtions (Menyandi Kondisi Ganda) (hal. 127)
Apabila kondisi ganda terekam dalam suatu kategori dengan sebutan “Multiple …” dan tidak ada kondisi tunggal yang predominan, kode untuk kategori “Multiple ..” harus digunakan sebagai kode yang dipilih, sedangkan kode tambahan lain-lain yang optional boleh ditambahkan kepada kondisi individu yang ada.

23 Cara menyandi (coding) tersebut ini umum
(Lanjutan) Cara menyandi (coding) tersebut ini umum sering dilaksanakan untuk kondisi yang berhubungan dengan penyakit: (hal. 127) - HIV disease, - cedera (injuries) - sequelae (of infection).

24 Coding Multiple Condtions (Menyandi Kondisi Ganda) (hal. 127)
Contoh: HIV resulting in multiple infection B20.7 Multiple malignant neoplasm, resulting from HIV disease B21.7 Diabetes mellitus with multiple complication E14.7 Multiple fracture of upper arm S42.7 Wound sequelae of multiple body regions T94.0 Burn sequelae of multiple body regions T95.8 Sequelae of tuberculosis B90.- Sequelae of poliomyelitis B91.x

25 Latihan: Kesalahan yang terjadi bila tidak menggunakan ICD-10 Vol
Polyneuritis akibat kekurangan vitamin B12 [265] (523)  E G63.4*  G63* 2. Ascariasis dengan komplikasi usus [157] (65)  B K93.8* (Vol 2, 26) dan [529]  K93* 3. TB dengan komplikasi anemia (48) A18.8 D63.8* Di volume 1 [233] D63.8* Anemia in other chronic diseases classified elsewhere.

26 Anemia pada neoplasma (46) (M8000/1) [225]  D48.9 D63.0*
Latihan (Lanjutan-1) Anemia pada neoplasma (46) (M8000/1) [225]  D D63.0* 5. Buta senja komplikasi defisiensi vitamin A (79) [264] E50.5 (178) Deficiency vitamin A with night blindness E H58.1* Juga untuk xerophthalmia due vit. A deficiency. Pada volume 1 hanya tertulis: E50.7 Pada (659) E H19.8* [387]

27 Latihan (Lanjutan-2) 6. DM dengan decubitus (tidak muncul di bawah DM) ( ) Decubitus (ulcer) L89.- (174) - stage I L89.0; II L89.1; III L89.2 dan IV L89.3 Bila DM disertai Ulcer (640) E14.5 Gangrene ( )  diabetic, any site) – code to E10-E14 with 4 (fourth) character .5 [ ] .5 With peripheral circulatory complications Diabetic: - gangrene - peripheral angiopathy - ulcer

28 Re-Seleksi Kode Utama Morbiditas
MB RULE 1, 2, 3, 4 dan 5

29 4.4.3 Peraturan untuk Re-seleksi Kondisi Utama yang Salah Rekam
Volume 2 (hal ) Hanya dokter yang berwenang menentukan kondisi utama pasien. Pada keadaan tertentu atau ada informasi lain yang dapat menunjukkan bahwa dokter telah tidak mengikuti prosedur cara penulisan yang benar (ICD), bila coder tidak mungkin menghubungi dokter terkait, dapat menerapkan salah satu dari Rules yang tersedia untuk Mereseleksi Kondisi Utama.

30 MORBIDITY CODING RULES
Peraturan reseleksi diatur di dalam ICD-Volume 2 Dalam 5 Rules MB1, MB2, MB3, MB4, dan MB5 disertai catatan khusus untuk Bab-bab tertentu (4.4.4 hal )

31 RULE MB1 Kondisi minor direkam sebagai “Kondisi utama” (main condition), kondisi yang lebih bermakna direkam sebagai “kondisi lain” (other condition) Kondisi utama adalah kondisi yang relevan bagi perawatan yang terjadi, dan jenis spesialis yang mengasuh, maka:  pilih kondisi yang relevan sebagai “Kondisi utama” (Lihat contoh di hal , ICD-10 Volume 2)

32 CONTOH MB1 K. ut. Dyspepsi Kondisi lain: Acute appendicitis Acute abdominal pain Prosedur: Appendectomy Spesialis: Bedah digestif Maka reseleksi: Acute appendicitis sebagai kondisi utama. K35.9

33 Kondisi utama: Acute sinusitis Kondisi lain-lain: Ca endocervix
Contoh (Lanjutan-1) MB1 MB1 Kondisi utama: Acute sinusitis Kondisi lain-lain: Ca endocervix Hypertension Lama rawat: 3 minggu Tindakan: Total hysterectomy Spesialis: Ginekologi  Reseleksi: Ca endocervix (C53.0 M----/3)  ( ) [92, 1029] Kode M----/-

34 Kondisi utama: Rheumatoid arthritis Kondisi lain-lain: DM
Contoh (Lanjutan-2) MB1 MB1 Kondisi utama: Rheumatoid arthritis Kondisi lain-lain: DM Strangulated femoral hernia Arteriosclerosis Lama rawat: 2 minggu Tindakan: Herniorrhaphy Spesialis: Bedah  Reseleksi: strangulated femoral hernia (K41.3)

35 Kondisi utama: Congestive heart failure
Contoh (Lanjutan-3) MB1 MB1 Kondisi utama: Congestive heart failure Kondisi lain-lain: Fracture neck of femur due to fall from bed during hospitalization Lama rawat: 4 minggu Tindakan: Internal fixation of fracture Spesialis: Peny. Dalam 1 minggu  transfer ke Bedah Ortopedi untuk frakturnya.  Reseleksi: Fracture leher femur (S W ) Bagaimana penyelesaian untuk Peny. Dalam?

36 RULE MB2 Beberapa Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama:
Beberapa kondisi tidak bisa digabung untuk dapat dikode bersama dan direkam semua sebagai kondisi utama,  dan salah satu kondisi lain pada rekaman menunjuk sebagai kondisi utama, maka pilih ini sebagai kondisi utama, bila tidak ada maka pilih yang pertama disebut.

37 CONTOH MB2: 1. K. Ut. Osteoporosis Candida bronchopneumonia Rheumatism
K. lain: - Bidang spesialisasi: Peny.Paru Reseleksi K. Ut. Candida bronchopneumonia B J17.2*

38 (Contoh: Lanjutan) 2. K.Ut. KPD, letak lintang dan anemia K.lain: - Partus spontan Reseleksi K. Ut. Premature rupture of membrane O42.9 (O80.8) (transvers position)

39 Kondisi utama: Chronic obstructive bronchitis Hypertrophy prostate
CONTOH (Lanjutan) MB2: MB2 Kondisi utama: Chronic obstructive bronchitis Hypertrophy prostate Psoriasis vulgaris Rawat jalan di Poli Spesialis Kulit  Resleksi: Psoriasis vulgaris (L40.0)

40 Kondisi utama: Mitral stenosis Acute bronchitis Rheumatoid arthritis
CONTOH (Lanjutan) MB2: MB2 Kondisi utama: Mitral stenosis Acute bronchitis Rheumatoid arthritis Kondisi lain-lain: - Spesialis: dokter umum Tidak ada informasi terkait terapi  Reseleksi: mitral stenosis, diagnosis yang terdahulu disebut (I05.0)

41 Kondisi utama: Ischaemic heart disease Staphylococcal meningitis
CONTOH (Lanjutan) MB2: MB2 Kondisi utama: Ischaemic heart disease Staphylococcal meningitis Cataract Kondisi lain-lain: - Lama rawat: 5 minggu Spesialis: Neurologi  Reseleksi: Staphylococcal meningitis G00.3

42 RULE MB3 Kondisi yang direkam sebagai kondisi utama
menggambarkan suatu gejala yang timbul akibat suatu diagnose atau kondisi yang ditangani Bab XVIII (R.-), dan di rekam medis ada terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan  maka reseleksi kondisi akhir tersebut sebagai kondisi utama.

43 K. lain: Varices esophagus Cirrhosis hepatis
CONTOH: MB3 K. ut. Hematemesis K. lain: Varices esophagus Cirrhosis hepatis Bidang spesialis: Penyakit Dalam konsul ke Bedah Reseleksi kondisi utama: Varices esophagus pada cirrhosis hepatis (K74.- I98.2*) Apa yang harus diisi di K74.- ? (bisa .0  .6)

44 Kondisi lain-lain: Ischaemic heart disease Otosclerosis IDDM
CONTOH (Lanjutan-1) MB3 MB3 Kondisi utama: Coma Kondisi lain-lain: Ischaemic heart disease Otosclerosis IDDM Spesialis: Endokrinologi Asuhan: Pengaturan terapi dosis insulin yang tepat  Reseleksi: IDDM (E10.0) (coma disebabkan oleh DM-nya)

45 Kondisi utama: Acute abdominal pain Kondisi lain-lain: Appendicitis
CONTOH (Lanjutan-2) MB3 MB3 Kondisi utama: Acute abdominal pain Kondisi lain-lain: Appendicitis Tindakan: Cito Appendectomy  Reseleksi: Appendicitis Namun karena tindakan adalah cito appendectomy, maka appendicitisnya perlu rincian keterangan Lihat ICD-10 Volume 1 [504]  K37 unspecified appendicitis ? K36 Other appendictis ?  K35 Acute appendicitis Bagaimana diagnosis post-operasinya?

46 Kondisi utama: Febris konvulsi Kondisi lain-lain: Anemia
CONTOH (Lanjutan-3) MB3 MB3 Kondisi utama: Febris konvulsi Kondisi lain-lain: Anemia Tidak ada informasi terkait terapi Terima Febris konvulsi sebagai kondisi utama (R56.0) Tidak bisa menerapkan MB3, karena kondisi yang pertama (febris konvulsi) disebut tidak merepresentasi simtoma dari sebutan kondisi yang lain (anemia).

47 RULE MB4 Spesialisitas Bila diagnosis yang terekam sebagai kondisi utama adalah istilah yang umum, dan ada istilah lain yang memberi informasi lebih tepat tentang lokasi tubuh atau sifat dasar suatu kondisi, maka: Reseleksi kondisi terakhir sebagai kondisi utama.

48 Kondisi lain-lain: Stroke Hemiplegia Cerebral haemorrhage
Contoh (lanjutan-1) MB4 1. Kondisi Utama: CVA Kondisi lain-lain: Stroke Hemiplegia Cerebral haemorrhage  Reseleksi: Kondisi utama: Stroke cerebral hemorhage (I61.9) 2. Kondisi Utama: DM tanpa terapi insulin Kondisi lain-lain: Cataract mata bilateral Spesialisasi: Ophthalmologist  Reseleksi: Kondisi Utama: NIDDM cataract. (E H28.0*)

49 Kondisi utama: Dystocia Kondisi lain-lain: Hydrocephalic fetus
Contoh (lanjutan-2) MB4 MB4 Kondisi utama: Dystocia Kondisi lain-lain: Hydrocephalic fetus Fetal distress Tindakan: Caesarian section  Reseleksi: obstructed labour due to other abnormality of fetus (O66.3) Kode tindakan seksio: O82.- (?) Harus ada penjelasan apakah electif, emergensi, atau lain-lain. Lihat: [670]

50 Kondisi utama: Congenital heart disease
Contoh (lanjutan-3) MB4 MB4 Kondisi utama: Congenital heart disease Kondisi lain-lain: Ventricular septal defect  Reseleksi: Ventricular septal defect (Q21.0) (Ventricular septal defect lebih spesifik dari pada congenital heart disease)

51 pilih yang pertama disebut.
RULE MB5 Alternatif diagnoses utama Suatu tanda/gejala direkam sebagai kondisi utama, dengan indikasi kondisi terkait adalah suatu kondisi atau kondisi lain  reseleksi gejala tersebut sebagai “kondisi utama”. Bila ada 2 atau > dari 2 kondisi direkam sebagai pilihan diagnostik sebagai kondisi utama, pilih yang pertama disebut.

52 RULE B 5 (Lanjutan) CONTOH:
1. K. ut Sakit kepala mungkin karena sinusitis atau stres. Reseleksi: Sakit kepala 2. K.ut. Kolekistitis akut atau gastritis Reseleksi: kolekistitis akut 3. K. ut. GE akibat infeksi atau keracunan makanan Reseleksi: Infectious GE.

53 Latihan Pengkodean Morbiditas berdasarkan MB Rules
Pasien laki-laki, usia 4 tahun Kondisi utama: 1. Sinus tachycardia 2. Anomali katub vena pulm Postoperasi Endocarditis bakterial subakut Rawat: 5 minggu Operasi: perbaikan anomali katub pulmonary Spesialisasi: Bedah Jantung Anak Gunakan MB2  mereseleksi Kondisi Utama

54 Latihan Morbiditas (Lanjutan-1)
(2) Wanita, 72 tahun. Kondisi Utama: 1. Edem paru akut 2. Gagal Jantung kongestif 3. Penyakit jantung arterioskeloris Arteriosklerosis Cerebral 5. Rasa sakit arthralgia bahu kiri Rawat 20 hari. Dokter Umum (Jaga). Prosedur terapi: suntik adrenocortical steroid, pada bahu yang sakit Kondisi utama: ...

55 Latihan Morbiditas (Lanjutan-2)
Wanita, 15 tahun. Kondisi utama: BB turun drastis Kondisi lain-lain: 1. Abses amoebic di hati 2. Gejala sisa polio, tungkai bawah kiri Dirawat: 2 minggu. Kondisi utama: MB Rule ?

56 Latihan Morbiditas (Lanjutan-3)
Laki-laki, 9 tahun Kondisi utama: Impetigo Kondisi lain-lain: 1. Pyogenic meningitis 2. Pneumonia Rawat: 3 minggu Spesialis: Neurologist Kondisi utama: ....

57 Latihan Morbiditas (Lanjutan-4)
(5) Wanita, 77 tahun Kondisi utama: Sakit dada akut Kondisi lain-lain: 1. MCI (anterior wall) 2. Edema paru 3. Gagal ginjal Pasien dirawat: 25 hari Spesialist: Cardiologist Kondisi utama: ...

58 Latihan Morbiditas (Lanjutan-5)
(6) Pria, 5 tahun Kondisi utama: TB Kondisi lain-lain: Pleurisy Primer TB progresif BTA, sputum mikroskopik dan kultur positif Malnutrisi sedang Rawat: 1 bulan Spesialist: TB anak Kondisi utama: ...

59 Latihan Morbiditas (Lanjutan-6)
Wanita, 10 tahun Kondisi utama: Gram negative septicaemia Kondisi lain-lain: Miliary TB Kornea ulkus bilateral Marasmus Rawat: 2 bulan Spesialist: Tuberculosis Catatan: kuman TB adalah gram-negative. Kondisi utama: ....

60 Latihan Morbiditas (Lanjutan-7)
(8) Usia 29 tahun, laki-laki Kondisi utama: Cedera kepala Kondisi lain-lain: Fraktur femuris Perdarahan meningeal tengah Lacerasi muka, leher dan kaki Rawat: 3 minggu Spesialist: Neurologist Kondisi utama: ....

61 Latihan Morbiditas (Lanjutan-8)
Wanita, 30 tahun Kondisi utama: Kehamilan terkomplikasi Kondisi lain-lain: pre-eclampsia berat hipertensi, protein uri (+++) Rawat: 2 minggu Pulang belum melahirkan Spesialist: Ob-gyn Kondisi utama: ...

62 Latihan Morbiditas (Lanjutan-9)
(10) Wanita, 32 th. Kondisi utama: Hamil 32 minggu, tunggal Kondisi lain-lain: Observasi typhoid Anemia gravidarum Hasil laboratorium: Samonella typhy (+) Rawat 2 minggu, Hasil lab. kontrol, kuman salmonela typhi (-) Pasien dipulangkan belum melahirkan. Diagnose utama: ...

63 Latihan Morbiditas (Lanjutan-10)
Wanita, 28 tahun Kondisi utama: Obervasi tifoid Kondisi lain-lain: Hamil aterm, Bayi kembar 2 Terapi: Seksio Caesar, kedua bayi cyanosis, hidup Hari kedua post seksio: RDS Rawat: 2 minggu, dipulangkan, ibu dan bayi-bayi dalam keadaan sembuh. Kondisi utama: ....

64 Latihan Morbiditas (Lanjutan-11)
(12) Bumil aterm, partus normal Bayi tunggal, letkep, icterus Hari kedua: ibu perdarahan berat Terapi: hysterectomy Diagnosis: atonia uteri Diagnose utama: ?

65

66 ATURAN PENGKODEAN MORTALITAS ICD-10
Kutipan dari ICD-10 Volume 2 MORTALITY CODING oleh dr Mayang Anggraini Naga 2014

67 DESKRIPSI MATA KULIAH Penentuan penyebab dasar kematian berdasarkan aturan dalam ICD-10 dengan menggunakan tabel bantu MMDS (Medical Mortality Data Sheet) penggolongan dan proses terjadinya: - kondisi trauma, - keracunan dan - penyebab luar.

68 KOMPETENSI MAMPU: a. Menentukan urutan diagnosis penyebab kematian (penyebab langsung, penyebab antara dan penyebab dasar) dan kodenya berdasarkan aturan ICD-10 b Menggunakan tabel bantu MMDS untuk membantu menentukan diagnosis penyebab dasar kematian beserta kodenya.

69 (Lanjutan) c. Menggunakan sertifikat kematian sesuai peraturan pemerintah yang berlaku d. Memahami bahwa hanya dokter (tenga medis) yang berhak menentukan sebab kematian seorang pasien.

70 International Form of Medical Certification of Cause od Death (MCCD)
WHO, dalam ICD-10 menetapan format isian pelaporan data diagnose sebab suatu Mortalitas sebagai berikut: (Vol.2 halaman 31, 1992) Cause of death I Approximate Disease or condition (a) interval between directly leading to due to (or as a onset of death to death consequence of) Antecedent causes (b) Morbid conditions, due to – idem - if any, given rise to (c) the above cause, due to – idem - stating the underlying (d) condition last due to – idem -

71 Cause of Death (lanjutan)
II Other significant conditions contributing to the death, but not related to the disease or condition causing it “ This does not mean the mode of dying, e.g. heart failure, respiratory failure, it means the disease, injury, or complication that caused death”

72 Format Sertifikat Medis Penyebab Kematian (SMPK) (usia di atas perinatal) Dinkes Propinsi DKI
Adaptasinya sama seperti yang ada di ICD-10 Vol. 2, hal. 31, (1992) Dokter harus menggunakan pertimbangan klinis ketika melengkapi SMPK tersebut. Sistem otomatis tidak memasukkan daftar atau saran-saran lain untuk memandu pembuat sertifikat sebagai pembahasan rentang diagnosis yang diperlukan dan karenanya mengakibatkan efek balik pada ketepatan dan kegunaan laporan.* (* kutipan dari Buku Panduan Penentuan kode penyebab kematian menurut ICD-10, Badan LitBangKes, Depkes RI)

73 Cara mengisi Sertifikat Sebab Kematian
I. (a) Penyebab langsung kematian (b) Penyebab antara dari (a) (c) Penyebab antara dari (b) (d) Penyebab dasar dari (c) (UCOD) (UCOD = Underlying cause of death)

74 (Lanjutan) Tidak semua kode dalam ICD-10 dapat digunakan untuk mengisi (d) (UCOD) Contoh: di antaranya: kode ber *. (Jumlah kode ber * dapat dilihat di ICD-10 Vol. 2) Baca di halaman : 7. Appendices 7.1 List of conditions likely to cause of death.

75 MORTALITY CODING ATURAN ICD-10
GENERAL PRINCIPLE: Aturan umum menentukan, bahwa apabila ada lebih dari satu kondisi direkam pada butir (I) sertifikat kematian, maka kondisi yang direkam di baris paling bawah ditentukan sebagai penyakit penyebab kematian (UCOD). Contoh: I. (a) Gagal hati (b) Obstruksi saluran empedu (c) Icteric (d) Kanker pankreas Maka pilih: Kanker Pankreas sebagai penyakit penyebab kematian.

76 MORTALITY CODING Pilih satu penyebab tunggal bagi tabulasi data kematian sesuai MORTALITY GENERAL PRINCIPLE Laki, 4 tahun I: - Sinus tachydardia - Anomalous pulmonary venous drainage - Postoperrative subacute bacterial endocarditis II: Kondisi lain-2: - Rawat 5 minggu oleh spesialis Bedah Jantung Anak Bedah: Repair of anomalies of pulmonary valve Reseleksi: penyebab kematian: Postoperative subacute bacterial endocarditis

77 Reseleksi penyebab kematian: Lobar pneumonia
CONOTH Wanita, 15 tahun I: - Gagal nafas - Abses paru - Lobar Pneumonia II: Kondisi lain-2: - Reseleksi penyebab kematian: Lobar pneumonia

78 RULE 1 If there is a reported sequence terminating in the condition first entered on the Certificate, select the underlying cause of this sequence. If there is more >1 such sequence, select the underlying cause of the first mentioned sequence. 1. Wanita, 71 tahun I. (a) Cerebral infraction & hypostatic penumonia (b) Hypertension & DM (c) Atherosclerosis Reseleksi: Pilih: Arterosclerosis

79 CONTOH 2. Wanita, 65 tahun I. (a) Pericarditis (b) Uremia dan pneumonia II. - Pilih: Uremia

80 Rule 2 If there is no reported sequence terminating in the condition first entered on the certificate, select the first mention I (a) Rematik dan sakit jantung koroner II - Reseleksi: Penyakit jantung rematik 2. I (a) Anemia perniciosa dan gangrene kaki (b) Atherosclerosis Reseleksi: Anemia perniciosa.

81 CONTOH I (a) Nephritis akut, demam kuning II - Reseleksi: Nephritis akut Bisa juga dengan Rule 3: Pilih: Nephritis komplikasi dari Demam kuning

82 RULE 3 If the condition selected by General Principle, Rule 1 or 2 is obviously a direct consequence of another reported condition, whether In Part I or II, select this primary condition 1. I (a) Tuberculosis II AIDS Reseleksi: HIV resulting in Tuberculosis Perhatikan nomor kode yang tersedia bagi HIV/AIDS

83 CONTOH Rule 3 (Lanjutan-1)
I (a) Cerebral haemorrhage (b) Hipertensi (c) Pyelonefritis kronik & prostate obstruksi II: - Reseleksi: Prostate obstruksi Bila menggunakan Rule 1  pilih: Pyelonefritis kronik.

84 CONTOH: Rule 3 (Lanjutan-2)
3. I. (a) Cerebral toxoplasmosis & herpes zoster (b) Burkitt’s lymphoma, HIV disease Reseleksi: HIV disease resulting in multiple disease. Bila menggunakan Rule 2  pilih Cerebral toxoplasmosis Di sini C. toxoplasmosis dianggap sebagai akibat langsung dari HIV disease)

85 CONTOH Rule 3 (Lanjutan-3)
4. I (a) Pneumonia (b) Virus infection II - Reseleksi: Viral pneumonia. I (a) Nephrectomy II Clear cell carcinoma ginjal Reseleksi: Clear cell carcinoma of kidney.

86 The Modification Rules
Baca ICD-10 Volume 2 halaman 46-47 The modification rules - Rule A: Senility and other ill-defines conditions - Rule B: Trivial conditions - Rule C: Linkage - Rule D: Specificity Rule E: Early and late stages of disease - Rule F: Sequelae Examples of the modification rules.

87 (Senility and other Ill-defined conditions)
RULE A (Senility and other Ill-defined conditions) Apabila yang terseleksi adalah ill-defined dan satu kondisi terklasifikasi di tempat lain terlapor di sertifikat, maka pilihlah sebab kematiannya (cae of death), seolah-olah ill-defined tidak terlqapor, kecuali: apabila ia memodifikasi hasil coding-nya.

88 Kondisi-kondisi yang dianggap sebagai ill-defined:
I46.1 Sudden cardiac death I46.9 Cardiac arrest, unspecified I95.5 Hypotension, unspecified I99 Other & unspecified disorders of circ.s. J96.0 Acute respiratory failure; J96.9 Respiratory failure, unspecified. P28.5 Respiratory failure of newborn R00-R94, R96-R99 (S, s, and abnor. NEC) (R95 tidak termasuk!)

89 (Lanjutan) Manakala semua kondisi yang terlapor pada sertifikat sebab kematian adalah kondisi yang ill-defined atau trivial, maka cause of death should not ber reselected. = Rule A does not apply. Contoh Rule A: example 33, 34, 35, 36, 37. (halaman: 47 – 48)


Download ppt "SESI 6A KKPMT 8 PENGKODEAN DIAGNOSIS MORBIDITAS & MORTALITAS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google