Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

MODUL 7 PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEWIRAUSAHAAN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "MODUL 7 PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEWIRAUSAHAAN"— Transcript presentasi:

1 MODUL 7 PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEWIRAUSAHAAN
DAYA SAING PEREKONOMIAN INDONESIA Daya Saing Perekonomian Indonesia Sebelum Krisis Ekonomi 1997 Pada tahun 1990-an sampai masa sebelum krisis ekonomi yang terjadi mulai pertengahan 1997, kinerja daya saing perekonomian Indonesia berada pada masa keemasan. Bahkan John Naishbitt dalam bukunya Megatrends Asia menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi “Macan Asia” yang cukup penting. Julukan semacam ini diberikan kepada Negara-negara yang menguasai ekonomi di Asia. Pada era pra krisis ekonomi ini indicator ekonomi makro Indonesia sangat baik. Product Domestic Bruto (PDB) riil tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari PDB juga mencapai lebih dari $1,000 di tahun Sektor property berkembang pesat, serta sector perbankan juga tumbuh cepat sebagai dampak liberalisasi sector perbankan pada 1980-an. Selain indicator ekonomi, pembangunan manusia Indonesia pada era tersebut juga berjalan pesat sebagaimana laporan dari UNDP yang mengatakan bahwa antara tahun , Indonesia mencapai perkembangan paling tinggi dalam hal ‘pembangunan manusia’ dibanding beberapa Negara Asia lain seperti Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong untuk kategori Negara yang bermula dari tahap ‘pembangunan manusia rendah’. Daya Saing Perekonomian Indonesia Setelah Krisis Ekonomi 1997 Masa keemasan ekonomi Indonesia mulai memudar terutama sejak pasca krisis ekonomi tahun Keterpurukan Indonesia pasca krisis ekonomi mengungkap beberapa kelemahan structural dalam ekonomi Indonesia, yang berimbas pada penurunan daya saing perekonomian Indonesia disbanding Negara Asia lainnya. Keterpurukan dan penurunan daya saing tersebut masih berlangsung hingga saat ini. Hasil survey beberapa kali menunjukkan rendahnya daa saing ekonomi Indonesia. Penurunan daya saing ekonomi Indonesia ini disebabkan oleh berbagai alasan. World Economic Forum (2005) menyebutkan daya saing Indonesia ‘12 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana 1

2 terus berjibaku dalam krisis berkepanjangan yang tak berujung.
menegaskan bahwa perekonomian Indonesia memang memiliki potensi serius untuk terus berjibaku dalam krisis berkepanjangan yang tak berujung. Potret Daya Saing Global Indonesia Nilai Inti Pembangunan Permasalahan utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia adalah kualitas SDM. Rendahnya kualitas SDM menyebabkan rendahnya daya saing global bangsa Indonesia. Daya saing bangsa yang kuat menurut pendapat dari Todaro, apabila nilai inti pembangunan Indonesia dapat dipenuhi : sustenance (kemampuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan dasar), freedom (kemerdekaan, kebebasan dari sikap menghamba), self esteem (jati diri) dan tersedianya banyak pilihan. Kolonialisme dan Inferiorisme Rendahnya kualitas SDM akibat pembodohan terstruktur sejak berabad-abad lamanya. Tahun 2006 Human Development Index (HDI) Indonesia hanya menduduki rangking 69 dari 104 negara. Penjajahan selama lebih dari 3,5 abad menjadikan bangsa Indonesia inferior dan selalu pasrah pada keadaan, rendah diri dan tidak kreatif. Kalaupun mau berusaha, cukup puas hanya pada tataran pencapaian rata- rata (mediocore achievement). Perkembangan kualitas SDM Indonesia tidak terlepas dari sejarah intervensi pemerintah dalam dunia pendidikan. Pada masa kolonialisme, penduduk sengaja dibuat bodoh dengan hanya mengizinkan anak orang-orang yang pro-pemerintah colonial yang dapat bersekolah. Hasilnya mayoritas penduduk Indonesia buta huruf (il-literate) dan bermental rendah (inferior). Pada masa orde lama hingga orde baru pendidikan tidak pernah mendapatkan prioritas dalam program pembangunan nasional. Sumber Daya Alam Perekonomian Indonesia tidak bisa menggantungkan daya saingnya dari keunggulan komparatif apalagi hanya dengan mengeksploitasi sumber daya alam yang tidak terbarukan. Saat ini stok sumber daya alam tidak terbarukan seperti minyak bumi, gas, maupun batubara Indonesia telah menipis. Demikian juga sumber ‘12 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana 3

3 tidak terpuji seperti suap.
Buruknya iklim usaha di Indonesia tercermin dari kompleks dan berbelit-belitnya birokrasi. Sistem perizinan dengan prosedur yang panjang membuat para investor harus mengeluarkan dana ekstra untuk memangkas birokrasi dengan cara-cara yang tidak terpuji seperti suap. Sarana infrastruktur yang buruk, seperti rusaknya jalan-jalan sangat menghambat aktivitas perekonomian. Hal ini memberikan gambaran buruk bagi para investor bahwa pajak yang mereka bayarkan kepada Negara tidak memberikan imbal balik bagi kelangsungan usaha mereka. Industri Manufaktur Industri manufaktur boleh jadi merupakan sosok yang paling menggambarkan problematika perekonomian Indonesia dewasa ini. Di era dunia datar (flat world) yang dipicu oleh globalisasi dan liberalisasi, industri manufaktur berada di lini terdepan dalam pertarungan menghadapi persaingan mondial. Hal ini disebabkan industri manufaktur merupakan satu dari tiga sektor tradables. Dua sektor lainnya ialah pertanian serta pertambangan & galian. Sesuai dengan namanya, produk-produk yang dihasilkan sektor tradables diperdagangkan secara bebas, baik di pasar internasional maupun pasar domestik. Untuk menembus pasar internasional, produk-produk sektor ini harus berhadapan dengan produk-produk serupa dari negara-negara lain; sementara itu untuk memperoleh tempat di pasar domestik, produk-produk ini harus mumpuni menghadang penetrasi barang-barang sejenis yang diimpor. Di antara sektor tradables sendiri, industri manufakturlah yang paling keras menghadapi persaingan. Karena karakteristik alamiahnya, derajat mobilitas produk-produk manufaktur lebih tinggi ketimbang produk-produk pertanian dan pertambangan. Sekedar perbandingan, sektor-sektor yang tergolong non-tradables, yang terdiri dari sektor jasa (dalam artian luas, meliputi juga konstruksi dan utilitas), praktis tak menghadapi persaingan head to head di pasar domestik. Misalnya: sektor listrik, gas, dan air bersih; komunikasi, pendidikan, rumah sakit, dan jasa angkutan. Mengingat intensitas perdagangannya sangat tinggi, industri manufaktur menghadapi hampir segala persoalan di hampir semua “medan laga”, baik di lingkungan internal, industri maupun eksternal. Juga terkena imbas langsung dari persoalan-persoalan yang dihadapi di lingkup pasar domestik mapun pasar internasional. Tingkat efisiensi dan produktivitas yang tinggi di tingkat perusahaan ‘12 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana 5


Download ppt "MODUL 7 PENINGKATAN DAYA SAING DAN KEWIRAUSAHAAN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google