Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TUMOR THT.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TUMOR THT."— Transcript presentasi:

1 TUMOR THT

2 LIMA BESAR TUMOR THT-KL
1. Karsinoma Nasofaring 2. Tumor hidung dan sinus paranasal 3. Karsinoma Laring 4. Karsinoma Tonsil 5. Angiofibroma Nasofaring

3 1. Karsinoma Nasofaring Karsinoma nasofaring (KNF) adalah keganasan jenis karsinoma yang berasal dari epitel mukosa, jaringan penyangga / lunak atau kelenjar yang terdapat di nasofaring ♂ : ♀ = 2 : 1 Umur rata-rata = 30 – 50 th Tumor ganas tersering di daerah THT- kepala & leher (4,7 – 15 kasus / ) Sebagian besar (95%) datang sdh stadium lanjut (III & IV)

4 Penderita KNF Tumor koli
Cari primernya ! op --> ulcus yg luas & menyebar!! FNAB Tumor koli Penderita KNF

5  KNF perlu diketahui oleh Dokter Umum, O.K.:
Sering dijumpai di Indonesia Tumor ganas terbanyak di bidang THT Sebagian besar awalnya datang pd dokter umum Sebagian besar datang sdh dlm kondisi stadium lanjut (95%) Dr  perlu ceramah KNF ke masyarakat (pedesaan)

6 diagnosa terlambat ? Bila kasus berusia diatas 40 tahun dengan tumor leher lateral sebelah atas seringkali tidak menyadari bahwa induk tumor berasal dari nasofaring, sehingga pen­derita dikirim ke poliklinik lain (misalnya Poliklinik Bedah). Sedangkan bila ditemukan kasus tumor leher lateral sebelah atas disertai mata juling, pasien tidak dikonsulkan Poliklinik THT-KL, tetapi ke Polikinik Penyakit Saraf atau Mata. Hal ini dapat merugikan pasien, oleh karena tertundanya penegakkan diagnosis berakibat pengobatan definitip yang semakin lama

7 Anatomi Nasofaring = rinofaring = epifaring
Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di belakang kavum nasi, di atas palatum anterior : koane / nares posterior posterior : setinggi kolumna vertebra C1-2 inferior : dinding atas palatum mole superior : basis kranii (os occipital & sfenoid) lateral : fossa Rosenmülleri kanan & kiri

8 Anatomi

9 Anatomi Nasofaring = rinofaring = epifaring
Ruang yg terletak langsung di bwh tengkorak, di belakang kavum nasi, di atas palatum anterior : koane / nares posterior posterior : setinggi kolumna vertebra C1-2 inferior : dinding atas palatum mole superior : basis kranii (os occipital & sfenoid) lateral : fossa Rosenmülleri kanan & kiri

10 Anatomi (2)

11 Anatomi (3) Dd lateral  fosa Rossenmülleri (resesus faringealis)
* epitel peralihan  sering berubah ganas * 1-2 cm diatasnya  ada foramen laserum  tumor cepat infiltrasi ke endokranium Saluran limfe sgt banyak  tdk mengindahkan garis tengah tubuh * tumor cepat metastasis (kgb servikalis profunda latero kranialis) * metastasis ke leher ipsi & kontralateral

12 MUKOSA NASOFARING: Epitel berlapis silindris bersilia (pseudostratified ciliated columnar epithelium) yang ke arah orofaring akan berubah menjadi epitel gepeng berlapis (stratified squamous epithelium). Dinding belakang nasofaring sebagian besar (60%-80%) dilapisi oleh epitel gepeng berlapis, sebagian sisanya dilapisi oleh epitel silindris bersilia (ciliated columnar epithelium). Diantara keduanya terdapat epitel peralihan (transitional epithelium) yang terutama didapatkan pada dinding lateral di daerah fosa Rosenmuller. Adanya perubahan atau pergantian epitel di fosa Rosenmulleri ini, ternyata merupakan predileksi terjadinya keganasan di nasofaring.

13

14 Etiologi Virus Epstein Barr (EBV) Bahan karsinogenik (nitrosamin, dll)
Genetik (ras) Lain2 : Iritasi menahun - asap, inektisida (?) - panas, pedas - radang kronis (nasofaringitis kr) - sosial-ekonomi

15 Lokalisasi 1. fosa Rosenmülleri (tersering) 2. sekitar tuba Eustachius
3. dinding belakang nasofaring 4. atap nasofaring

16 Klasifikasi Patologi Anatomi, menurut WHO sbb: 1. Karsinoma nasofaring
a. sel skuamosa dg penandukan = WHO tipe I diferensiasi baik, sedang dan jelek b. sel skuamosa tanpa penandukan = WHO tipe II c. karsinoma tanpa diferensiasi (undifferentiated Ca) = WHO tipe III Kars. sel transisional & kars. limfoepitelial

17 Klasifikasi (2) A. Patologi Anatomi: 1. Karsinoma nasofaring
2. Adenosarkoma 3. Karsinoma adenokistik (= silindroma) 4. Jenis yang lain B. Bentuk & cara tumbuh: ulseratif, eksofitik, endofitik

18 GEJALA KLINIK Gejala dini Telinga Hidung Gejala lanjut A. Ekspansif:
ke depan ke koane ke bawah ke phalatum mole B. Infiltratif: ke atas : lewat foramen laserum (sy petrosfenoidal) ke atas : lewat foramen jugulare (sy parotidean) ke samping : lewat spatium parafaring N IX X XI XII Metastasis Limfogen: ke kgb servikalis profunda Hematogen : ke hati, tulang, ginjal, limpa

19

20 Gejala Klinik Gejala dini Gejala lanjut
Telinga : mendenging/grebek2 (tinitus), pendengaran menurun, otalgi (OMS) Hidung : pilek lama, ingus/dahak campur darah, buntu hidung (kadang2 Gejala lanjut Ekspansif Infiltratif Metastase

21 Gejala lanjut A. Ekspansif: ke depan: menutup koane
 buntu hidung, suara bindeng ke bawah: mendesak palatum mole  “bombans” - sulit menelan makanan - tumor yg besar  obstruksi jln napas atas  sesak napas

22 gejala mata B. Infiltratif: ke atas : lewat foramen laserum ke
endokranium (sindroma petrosfenoidal) sakit kepala paresis N. VI (m. rektus lateralis) → strabismus, diplopi paresis N. V & cabang2nya → trigeminal neuralgi paresis N. III, IV → + ptosis (sindr. Horner) Paresis N.III, IV, VI  oftalmoplegi ke atas : lewat foramen jugulare  paresis N. IX, X, XI, XII (sindroma parotidean) gejala mata

23 ke samping : lewat spatium parafaring
paresis N. IX, X → paresis palatum mole, faring, laring (reflek muntah - )  sulit menelan, batuk2 (regurgitasi), suara sengau paresis N. IX, XII → deviasi lidah, ggn menelan

24 C. Metastasis Limfogen: ke kgb servikalis profunda laterokranialis (tumor koli) Letak: - kaudal dari ujung mastoid - dorsal dari angulus mandibula, dan - medial dari m. sternokleidomastoideus Tumor koli merupakan keluhan utama pdrt datang berobat ke dokter (65-85%) Hematogen : ke hati, tulang, ginjal, limpa

25 Sindroma HORNER: trias gejala klasik: MIOSIS = pupil konstriksi PTOSIS= kelopak mata lunglai, ANHIDROSIS = penurunan jumlah keringat, (semua) pada sisi wajah yang terkena (Ipsilateral)

26

27 Gejala Ca Nasofaring  Kelainan pd KNF  sistemik gejala hidung
gejala telinga gejala tumor leher gejala mata gejala kranii dan gejala syaraf intra kranial Sakit kepala hebat (sefalgi) Rasa tebal atau kepekaan kulit daerah pipi dan hidung yang menurun (hipaestesi) Gej khas syaraf terkena I - XII gejala metastase  Kelainan pd KNF  sistemik

28 Pem. karsinoma nasofaring
Ax  gej klinik R.A. R.P. Nasofaringoskopi (+ biopsi) Radiologis

29 Pemeriksaan Radiologis
1. Foto tengkorak : AP, lateral, dasar tengkorak, Water’s 2. CT scan, MRI 3. Foto toraks (PA) 4. USG 5. Bone scintigraphy 3  5 : mencari metastasis jauh

30 CT scan

31 Pem. Leher  metastasis ke kel. GB leher ?
Paling sering metastasis ke kel GB servikalis profunda laterokranialis Lokasi :  kaudal dari ujung mastoid dorsal dari angulus mandibula medial dari m. sternokleidomastoideus  tu leher umumnya adl metastase  FNAB Tumor leher (65-85%)  keluhan tersering pdrt datang berobat ke dokter

32 Waspada KNF bila dijumpai TRIAS GEJALA
Tumor leher Gejala telinga Gejala hidung Gejala intrakranial Gejala telinga Gejala hidung Tumor leher Gejala intrakranial Gejala hidung

33 Diagnosis KNF Dx dini sulit (tidak khas)
Diagnosis klinik KNF berdasarkan atas : 1. umur (40-60 tahun) 2. gejala klinik / subyektif (gejala dini/lanjut) 3. hasil pemeriksaan obyektif: RA / RP 4. hasil foto radiologi Diagnosis pasti (PA)  hasil biopsi tu. nasofaring

34 Diferensial Diagnosis
angiofibroma nasofaring juvenilis angiofibroma nasofaring adenoid persisten TBC nasofaring

35 Terapi Prognosis Stad. Dini (I&II) : radioterapi
- bila tumor (+)  kemoterapi ajuvan Stad. Lanjut (III&IV) : radioterapi + kemoterapi Prognosis Stadium dini (I-II)  5 ysr: 70-80% Stadium lanjut (III-IV)  0 – 35%

36 2. Tumor Hidung dan Sinus Paranasalis
Perlu diketahui tanda & gejala tumor jinak atau ganas Mengenal gejala dini tumor ganas  segera dirujuk

37 Tumor jinak Hidung & Sinus Paranasal
Osteoma Ossifying fibroma (fibrous dysplasia) Papilloma Hemangioma, adenoma dll Tumor ganas pada bagian luar hidung: Basal cell carcinoma (Rodent ulcer) Keratinizing Squamous Cell Carcinoma Melanoma maligna

38 Tumor ganas Hidung & Sinus Paranasal
Epitel: Squamous Cell Carcinoma Adeno Carcinoma Adeno Cystic Carcinoma Undifferentiated Carcinoma Mesenkim: Osteosarcoma Chondrosarcoma Rhabdomyosarcoma Lymphoma Maligna Malignant Haemangiopericytoma 57% 18% 10%

39 Osteoma Ossifying fibroma TUMOR JINAK HIDUNG & SINUS PARANASAL
Proliferasi tulang padat (sering pada sinus frontal dan sinus etmoid) Sefalgia, sinusitis berulang, rasa tertekan pada orbita Dx: X-foto skull (AP/Lat), Watres Tx: observasi, keluhan hebat  operasi ekstirpasi Ossifying fibroma Penonjolan unilateral tulang wajah Berasal dari periosteum atau periodontal membran Anak atau dewasa (usia th) Wanita > pria Mandibula > maksila Dx: X-foto. Tx: operasi

40 Fibrous dysplasia Mrp defek perkembangan atau metaplasia fibro-oseus
Banyak pd dekade I Perempuan > Laki-laki Maksila > mandibula Dx: X-foto Tx: operasi (eksisi)

41 Kista dentigerus / folikuler
Kista odontogenik Unilokuler, mahkota tempat asal kelainan yg belum mengalami erupsi menghadap ke kista Sebab: akumulasi cairan diantara reduksi enamel epitel dan enamel permukaan gigi Klinis: benjolan pd mandibula/maksila Dx: X-foto (AP/lat, panoramik, Eisler, Water’s) Tx: operasi (ekskokleasi)

42 Kista Radikuler Kista odontogenik  berasal dari inflamasi yang disebabkan berasal dari karies akibat rangsangan kronik, terbentuk granuloma di tulang rahang sekitar akar gigi yg kmd mengalami nekrosis di bag sentral  shg tjd kista infeksi unilokuler Kista menghadap ke akar gigi (srg di premolar & molar) Dx: X-foto Panoramik Tx: operasi ekstirpasi

43 Papilloma Hemangioma Pada orang tua  Inverted papilloma
Buntu hidung (uni lat), bentuk mirip polip nasi Dapat berubah ganas (squamous cell carcinoma) Dx pasti : biopsi Tx papiloma inverted : operasi Rinotomi lateral Hemangioma Pada bayi / anak  kongenital Epistaksis, buntu hidung Dx : klinis (dewasa, kadang perlu biopsi) Tx : tergantung lokasi & besarnya Bayi/ anak: konservatif Dewasa : operasi

44 Basal cell carcinoma (Rodent Ulcer)
Tumor ganas pada bagian luar hidung Basal cell carcinoma (Rodent Ulcer) Usia th Mula-mula nodul lunak, retraksi di tengah, tumbuh lambat kmd meluas ke sekitarnya dan infiltrasi ke jar di bawahnya Metastasis sgt jarang Dx: biopsi Tx: operasi + radiasi

45 Keratinizing squamous cell carcinoma
Mula-mula nodul lunak utk waktu yg lama, mendesak, tumbuh cepat, terjadi ulserasi Cepat tjd metastasis ke kgb regional Dx: biopsi Tx: operasi + radiasi

46 Melanoma maligna Kanker kulit yg paling sering Usia 20-60 th
Seperti tahi lalat (andeng2), hitam tambah besar dg cepat, berbentuk benjol, infiltratif dgn membentuk satelit (bintik / benjolan kecil) di sekitarnya Cepat metastasis (regional & jauh) Dx berdasarkan klinis, TAK PERLU biopsi Tx : Operasi radikal (EKSISI LUAS), dilanjutkan kemoterapi

47 Tumor ganas Hidung dan Sinus Paranasal
3% dari tumor ganas daerah kepala & leher Peringkat no. 2 di bidang THT Lokasi : (plg sering  jarang) Sinus maksila : 60% Rongga hidung : 20% Sinus etmoid : 15% Vestibulum nasi : 4% Sinus frontal & sfenoid : 1% Laki-laki : wanita = 2 : 1

48 Lokasi & perluasan tumor

49 Etiologi: Pasti ??? Kelainan / kerusakan konstitusi genetik
Tumor ganas sinus maksilaris  org Jepang >>> Bahan karsinogenik (chemical carcinogen)  kerusakan gen yg mengatur pertumbuhan & diferensiasi sel (proto-onkogen  onkogen) 1. Langsung (direct acting carcinogen) Gas mustard 2. Tak langsung (pro carcinogen) Ion radium, isopropil alkohol Lingkungan (environmental carcinogen) (85% kanker  ok/ pengaruh lingkungan hidup) Terutama pd industri/pabrik: kayu, nikel (debu nikel), krom, sepatu, arloji, batere, pemutih, gelas, bahan penyamak kulit

50 Letak tumor & prognosisnya
Suprastruktur Mesostruktur Infrastruktur Sebileau’s Three Planes Level I : Px plg baik. Level III : Px plg jelek

51 Ohngren’s Plane Antero-alveolar : prognosis baik
Postero-ethmoidal : prognosis jelek

52 Gejala tumor ganas Hidung & Sinus Paranasal
 Tumor kecil hampir tanpa keluhan, kadang hanya pilek & agak buntu, kadang pilek ada sedikit darah  Stad. Dini : gejala tak khas Perlu diperhatikan : A. Gejala lokal Buntu hidung unilateral Pilek unilateral Epistaksis unilateral Bau tak enak dari hidung (foetor nasi) Hipoestesi pipi (inervasi cabang N. Trigeminus) Rasa tertekan wajah & kepala

53 B. Gejala perluasan tumor ke jaringan sekitarnya
Tu. Hidung / sinus  meluas ke intra kranial  sefalgi Tu. Hidung  rongga orbita  gangguan gerakan bola mata, pendesakan bola mata, pembengkakan daerah kanthus medialis & palpebra Tu. Hidung  meluas ke sinus maks  pipi bengkak, palatum dan prosesus alveolar bengkak Tu. Sinus maks  pipi bengkak & nyeri, gigi atas goyang, gigi tak rata (maloklusi), gigi copot, epifora

54 Diagnosis Anamnesis Pemeriksaan THT (terut. : RA, RP )
Naso-endoskopi, antroskopi  melihat tumor kecil Biopsi  diagnosis pasti X-foto (Water’s, skull lateral, Rheeze), CT scan, MRI  tentukan stadium Foto Torak, USG, bone survey  cari metastasis jauh Dx : berdasarkan sistem TNM

55 Klasifikasi TNM T1 : tumor pada sinus maksilaris (antrum)
T2 : infrastruktur, palatum durum, hidung T3 : etmoid, dinding posterior sinus maksilaris, dasar orbita, pipi (bukal) T4 : rongga orbita & struktur lain di sekitarnya

56 Stadium TNM Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium I T1 Stadium II T2 Stadium III
Stadium IV T4 N0,1 Any T N2,3 Any N M1

57 (tergantung  jenis, lokalisasi & perluasan)
Diagnosis banding Infeksi sinus paranasalis dan komplikasinya Tumor jinak rongga hidung dan sinus paranasal Terapi (tergantung  jenis, lokalisasi & perluasan) 1. Operasi Rinotomi lateral Maksilektomi parsial / total Maksilektomi total + eksenterasi bulbi Craniofacial resection 2. Radiasi Biasanya diberikan pasca bedah ( Rad) Sebagai Tx paliatif (untuk kasus inoperabel) 3. Kemoterapi Prognosis : 5 ysr  30-40%

58 3. Karsinoma Laring

59 KARS. LARING Tumor ganas ke-3 Sering > 40 th Laki-laki > wanita
Paling sering  karsinoma korda vokalis (80%) Gejala dini: suara parau Sebagian besar (90%) sudah stadium lanjut Termasuk TG yang kurabel prognosis paling baik

60 Etiologi Pasti: ??? Kelompok resiko tinggi:
Perokok dan peminum alkohol Supra Glotis Glotis Sub Glotis

61 Diagnosis Anamnesis: Suara parau Suara kasar  afoni
O.K korda vokalis tidak dapat merapat di grs median Gangguan getaran pd waktu fonasi Suara kasar  afoni Tumor korda vokalis  suara parau menetap Suara parau  gejala dini kars. Korda Vokalis !!! Kars. supra/subglotik  suara parau merup. gejala lanjut

62 - Sesak & stridor inspirasi ini waktu bekerja
Sesak nafas & stridor inspirasi  gejala std lanjut Tumor > Akumulasi debris & sekret Fiksasi korda vokalis - Sesak & stridor inspirasi ini waktu bekerja Waktu istirahat  ada kompensasi  tak sesak Setelah lumen tertutup > 80%  baru sesak

63 Nyeri pd tenggorok dan disfagia  tumor supra glotis Batuk + darah
ok/ ulserasi pd tumor Gejala umum: berat badan 

64 Pemeriksaan Pemeriksaan fisik Leher : - bentuk & pergerakan laring 
normal (terutama fase dini) - tumor koli (meta.regional) ? - Kars. Glotis  jarang metastasis ke kgb leher - Kars. Supraglotis & Subglotis  sering metastasis ke kgb leher

65 Tumor koli

66 Pemeriksaan laring Cara tak langsung Cara langsung
Kaca laring dan lampu kepala Gambar laring tampak pd kaca laring Cara langsung Laringoskopi direkta: Kaku (rigid) Fleksibel (fiber optic laryngoscopy = FOL )  Biopsi Mikrolaringoskopi Di lihat dengan mikroskop : Lokasi / besar / ekstensi tumor Gerakan korda vokalis

67 Kars. Laring Laring Normal
Tumor Kars. Laring (dg FOL) Laring Normal (dg FOL)

68 Pemeriksaan radiologis
Foto jaringan lunak leher (servikal AP / lateral) Paling sederhana  lihat lumen trakea  deteksi tumor trakea / laring Laringografi Dengan kontras  melapisi dinding laring dan hipofaring, informasi ttg permukaan laring dan perluasan tumor Kerugian: Alergi kontras Keamanan penderita dg problem ggn jalan nafas Tomografi  t.u proyeksi frontal Korda vokalis, plika ventrikularis dan ventrikel Waktu fonasi, resp. tenang & manuver Valsalva Lesi di bawah korda vokalis

69

70 Diagnosis pasti Diagnosis banding CT scan dan MRI
Lebih efektif dan akurat Hub. anatomi tumor laring dg jaringan sekitar Perluasan tumor Diagnosis pasti Biopsi Paling sering (PA) : karsinoma sel skuamosa Diagnosis banding Tuberkulosis laring Tumor jinak laring laring (fibroma, papiloma)

71 Terapi 1. Bila sesak napas  Trakeotomi 2. Pembedahan: 3. Radioterapi
Laringektomi parsial (LP) Laringektomi total (LT) N0, N1  + Diseksi leher fungsional (DLF) N2  + Diseksi leher radikal (DLR) 3. Radioterapi 4. Kemoterapi

72 Penatalaksanaan  tergantung stadium tumor dan keadaan umum penderita
Std I & II: radiasi Bila tumor (+)  Operasi LP / LT Std III : N0  LT + radioterapi N1/2  LT dg DLF/DLR + radioterapi Std IV : N0  LT dg DLF + radioterapi N1/2  LT dg DLR + radioterapi + kemoterapi Bila M1 : kemoterapi (paliatif)

73 Laringektomi total Stoma

74 Rehabilitasi suara Untuk memperbaiki kualitas hidup penderita
Upaya dapat berkomunikasi / bicara : Dg alat bantu: laryngeal vibrator (mahal) Melatih bersuara dengan esofagus (esophageal speech)

75 4. KARSINOMA TONSIL Etiologi Pasti ??? Faktor predisposisi:
Perokok, peminum alkohol, pemakan sirih Iritasi lokal, suka minum panas, infeksi Higiene mulut yg kurang baik Defisiensi nutrisi atau besi

76 Histopatologi Asal: struktur epitelial dan struktur limfoid
Karsinoma sel skuamosa diferensiasi baik Karsinoma anaplastik yg berdiferensiasi jelek

77 Diagnosis Stadium awal (tumor kecil) : tidak khas
Keluhan tergantung pada : Besarnya tumor Ada tidaknya ulserasi

78 Anamnesis Awal: Lanjut: Gangguan menelan (sedikit)
 waktu menelan makanan ada rasa tak enak / sakit / mengganjal / perasaan seperti ada yg menusuk Kadang ada darah pada saliva Nyeri yang menjalar pd telinga Lanjut: Sulit membuka mulut (trismus) Hipersalivasi Mulut bau busuk (foetor ex ore) Sulit menelan (disfagia) Sesak napas

79 Pemeriksaan Tampak tonsil yg membesar / menonjol (tipe eksofitik) atau ulkus (tipe ulseratif) Pem. faring-tonsil rutin: Tonsil tampak membesar, tak rata, ada bercak darah Biasanya pada 1 tonsil saja Pem. dg kaca laring: Perluasan ke pangkal lidah, arkus anterior-posterior Palpasi dg jari telunjuk Ada tidaknya fiksasi palatum atau lidah Pem. rinoskopi posterior Ekstensi ke nasofaring, permukaan atas palatum mole

80 Diagnosis pasti: biopsi
Tumor tumbuh secara eksofitik Akan memenuhi seluruh orofaring Timbul sesak nafas  trakeotomi Stadium lanjut: Metastasis ke kelenjar limfe leher (level 1& 2) Metastasis jauh: Paru, mediastinum, tulang dan hepar Diagnosis pasti: biopsi

81 Penatalaksanaan Stadium I dan II : operasi ekstirpasi tumor + radiasi
Stadium III dan IV (operable) : operasi + kemoterapi + radioterapi eksisi luas + diseksi leher radikal

82 5. ANGIOFIBROMA NASOFARING JUVENILIS
Tumor di nasofaring  klinis ganas, tumbuh ekspansif, histopatologis benigna Tumor dg banyak pembuluh darah berukuran besar spt kapiler, hiperplasi endotel & stroma, tanpa tunika muskularis

83 Etiologi Belum diketahui pasti
Tdk ada keseimbangan seks hormon/sistem pituitari androgenital terbanyak usia th ♂ > ♀ teoritis tumor mengecil saat usia > th

84 Lokasi tumor Atap nasofaring (sering)
Garis tengah/dinding lateral nasofaring (jarang) Umumnya unilateral Mengalami pertumbuhan yg relatif cepat → memenuhi nasofaring

85 Histopatologi Jaringan ikat yg udematus, di antaranya banyak pembuluh darah lebar, bervariasi besar, bentuk, distribusi Beberapa pembuluh darah sebesar kapiler, saling berhubungan Tumor yg tumbuh aktif  jaringan vaskuler >> Usia meningkat  jaringan fibrus > dominan, tetapi jar. vaskuler <

86 Histopatologi (2)

87 Gejala Klinik Buntu hidung progresif dg sekret purulen
Epistaksis berulang/hebat (80%) pdrt → perdarahan lewat hidung & mulut

88 Diagnosis Umur : 10-17 th (dewasa muda) Tanda & gejala spt di atas
Pemeriksaan obyektif : dg palpasi, rinoskopi anterior/posterior, nasofaringoskopi → tumor licin, bercak darah, merah-ungu Radiologi : angiografi, CT scan (jelas !!!) Jangan di biopsi  resiko perdarahan hebat (sukar dihentikan, perlu tampon Bellocque)

89 NASOFARINGOSKOPI

90 CT Scan

91 TERAPI Operasi  merupakan pilihan terapi terbaik
Teknik: transpalatal, transmaksila, infra temporal, dg atau tanpa rinotomi lateral - embolisasi – pre op → tumor mengecil  perdarahan kurang - Ligasi arteri yg mengaliri darah ke tumor (A. maksilaris interna, atau A. Karotis eksterna) →menurunkan perdarahan durante op.

92 Tumor yang sgt besar atau ekspansi ke intra kranial, diberikan :
a. Terapi hormon (dietil / dimetil stilbestrol) Tujuan : maturasi jar. ikat >>  jar. vaskuler <<  tumor mengecil → operabel & menurunkan jumlah perdarahan saat operasi b. Terapi radiasi Tujuan : sklerosis p.d  tumor mengecil/padat  operabel & resiko perdarahan hebat saat operasi <<

93 Diagnosis Banding 1. Koanal polip: permukaan rata, mengkilap, udematus, kepucatan, konsistensi lunak 2. Adenoid: permukaan ireguler, lokalisasi di tengah, tdk mudah berdarah 3. Tumor ganas nasofaring: umur th, ada gejala lokal/metastase tumor, KU makin menurun, PA : ganas 4. Fibroma nasofaring (tipe biasa): semua umur, ♂ & ♀, tdd jar. ikat pdt / banyak pemb. drh yg dilapisi tunika muskularis → pdrh relatif mudah dihentikan

94 Prognosis Stadium dini → baik
Stadium lanjut (ekspansi kavum kranii)  buruk


Download ppt "TUMOR THT."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google