Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2010 Sulawesi Selatan

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2010 Sulawesi Selatan"— Transcript presentasi:

1 Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2010 Sulawesi Selatan
KBI Makassar Makassar, 24 November 2010

2 Outline 1. Kondisi Makro Ekonomi 2. Inflasi 3. Perbankan 4.
Sistem Pembayaran 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 6. Keuangan Daerah 7. Outlook

3 Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan III-2010 (7,25%; yoy) tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan II-2010 (9,21%) maupun triwulan III-2009 (7,95%). Namun laju pertumbuhan ekonomi Sulsel ini masih berada diatas laju pertumbuhan ekonomi Nasional yang hanya bergerak di kisaran 5,80% (yoy) untuk triwulan III-2010. Tekanan perlambatan dipicu oleh beberapa faktor : Kondisi cuaca yang kurang kondusif; Kebijakan kenaikan tarif listrik pada awal triwulan III-2010; Perlambatan realisasi belanja proyek-proyek; Proses beberapa pemilukada yang bermasalah; Kendala pembebasan lahan di beberapa daerah; Pemeliharaan PLTA Bakaru dan PLTG Tello

4 Pendorong Pertumbuhan di Sisi Penawaran
Sektor perdagangan-hotel-restoran, dipicu oleh faktor musiman Ramadhan/Idul Fitri, dan ditambahnya kuantitas dan kualitas beberapa sentra perdagangan, sehingga tercatat tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan II-2010 maupun triwulan III-2009. Sektor keuangan-persewaan-jasa transportasi, didorong oleh kondisi kestabilan ekonomi nasional pada triwulan laporan yang lebih baik, sehingga mampu mendorong perkembangan perbankan. Sektor jasa-jasa, lebih didorong oleh adanya kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition) sehubungan dengan kegiatan peringatan Kemerdekaan RI, perayaan Ramadhan dan banyaknya hari libur pada triwulan III-2010 (awal tahun ajaran baru dan Ramadhan).

5 Pendorong Pertumbuhan di Sisi Permintaan
Pertumbuhan kinerja Konsumsi didorong oleh faktor musiman (Ramadhan/Idul Fitri), namun terdapat tekanan konsumsi karena kenaikan tarif listrik dan inflasi yang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya. Kinerja investasi diperkirakan didorong oleh proyek-proyek swasta (misal pembangunan pembangkit listrik, hotel, mall/ruko, perumahan). Sementara tekanan pertumbuhan diduga terkait dengan tertundanya penyelesaian beberapa proyek pemerintah, yang salah satunya karena permasalahan pemilukada dan pembebasan lahan di beberapa daerah. Kinerja ekspor dipicu oleh tingkat harga internasional yang masih cukup tinggi (misal nikel) dan panen raya (kakao). Sementara terdapat tekanan dari sisi impor terjadi karena peningkatan impor capital goods dan kebutuhan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan dan relatif stabilnya nilai Rupiah.

6 Perkembangan Inflasi Perkembangan inflasi Sulsel pada triwulan III-2010 tercatat sebesar 6,58%, sejalan dengan proyeksi inflasi di kisaran 6,4% ± 0,5%. Inflasi Sulsel ini masih berada di atas inflasi nasional yang sebesar 5,80%. Tekanan inflasi ini sejalan dengan perkembangan sektoral pada perekonomian Sulsel. Secara umum, tekanan inflasi tersebut terjadi karena kenaikan tarif listrik, faktor musiman Ramadhan/Idul fitri, dan anomali cuaca yang mengganggu pasokan/produksi beberapa tanaman pangan dan holtikultura, serta pengaruh tingkat harga internasional pada beberapa komoditas.

7 Pendorong Inflasi Sulsel
Per kelompok barang/jasa, pendorong peningkatan laju inflasi Sulsel, antara lain : Kelompok bahan makanan, terutama pada sub kelompok bumbu-bumbuan, sayur-sayuran dan buah-buahan; Kelompok makanan jadi, terutama pada komoditas gula pasir, ayam goreng dan mie; Kelompok sandang , terutama pada komoditas emas. Kenaikan inflasi pada kelompok sandang disebabkan oleh dorongan harga emas yang melonjak sebagai akibat aksi para investor untuk mengalihkan dananya sebagai akibat pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang berjalan lamban hingga akhir tahun depan. Hasil Survey

8 Perkembangan Perbankan
Catatan: Sejak Januari 2010 pencatatan data perbankan menggunakan Basel II Pada triwulan III-2010, perkembangan perbankan sesuai dengan perkembangan sektor ekonominya (sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan) yang menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan II-2010. Kelembagaan, bertambah 1 KC BPD; Dana Pihak Ketiga (DPK), diduga didorong oleh realisasi pembayaran proyek-proyek pemerintah (dropping dana); Kredit diduga didorong oleh kondisi ekonomi nasional yang stabil sehingga mendorong keberanian perbankan untuk mendorong peningkatan pembiayaan.

9 Perbankan: Perkembangan Aset & NPL Bank Umum
Aset Bank Umum berdasarkan kelompok Bank Total aset Bank Umum mengalami perlambatan pertumbuhan, yang disebabkan karena berkurangnya penempatan bank pemerintah di Bank Indonesia maupun di bank lain. Sementara aset bank swasta nasional mengalami peningkatan, yang didorong oleh peningkatan pertumbuhan kreditnya. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi Aspek pengelolaan manajemen risiko usaha bank umum per September 2010 tercatat sebesar 3,07% (Gross), sedikit lebih tinggi dibandingkan Juni 2010 (2,95%). Secara sektoral, NPLs tertinggi terdapat pada sektor pertanian, diduga karena terganggunya produksi sebagai akibat dari anomali/gangguan cuaca.

10 Perbankan: Perkembangan Kredit Bank Umum
Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan Share kredit konsumsi masih mendominasi (43%), sementara share kredit produktif terbesar adalah kredit modal kerja (38%), yang mengalami kenaikan sebesar 2% dibanding triwulan sebelumnya. Secara umum, peningkatan pertumbuhan kredit tersebut terutama didorong pertumbuhan kredit investasi. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi 3 (tiga) sektor yang mendapatkan share penyaluran kredit terbesar adalah sektor Lain-lain (45,3%), Perdagangan (27,9%) dan industri pengolahan (8,2%). 3 (tiga) sektor yang mengalami pertumbuhan jika dibandingkan triwulan sebelumnya adalah sektor perdagangan, industri pengolahan, dan konstruksi.

11 Perkembangan Bank Umum Syariah dan BPR
Kinerja perbankan Syariah pada triwulan III-2010 lebih baik jika dibandingkan dengan triwulan II Tercermin dari peningkatan pertumbuhan DPK dan Pembiayaan dibandingkan triwulan sebelumnya, serta NPF gross turun menjadi 3,9%. Per agustus 2010, total aset BPR/S tumbuh menjadi Rp454,8 miliar, yang bersumber dari peningkatan pertumbuhan kredit. Sementara DPK dan kredit/ pembiayaan mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan DPK ini sehubungan dengan banyaknya masyarakat menarik uang berkaitan dengan mempersiapkan keperluan pada saat Ramadhan dan Hari raya Idul Fitri Perkembangan aset BPR, DPK dan Kredit BPR/s

12 Perkembangan Sistem Pembayaran
Perkembangan Aliran Uang Kartal Masuk (inflow) dan Keluar (outflow) Nilai transaksi melalui tunai/non tunai pada triwulan III-2010 menunjukkan peningkatan, sejalan dengan pertumbuhan aktivitas perekonomian Sulsel pada triwulan laporan. Pada triwulan III-2010, perkembangan aliran uang kartal menunjukkan net outflow, yang menunjukkan meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat untuk kebutuhan transaksi tunai seiring meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan. Perkembangan Kliring PUK Transaksi non tunai via Kliring mengalami peningkatan, terutama terkait dengan kegiatan di bulan Ramadhan/Idul Fitri (perdagangan) dan juga kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

13 Transaksi Non Tunai via RTGS
Transaksi RTGS- Incoming Transaksi RTGS- Outgoing Pertumbuhan total transaksi BI-RTGS mengalami perlambatan dari 16,5% (yoy) menjadi 9,8%, karena terjadi penurunan transaksi perdagangan (outgoing). Kondisi ini diduga karena proses pengadaan barang/jasa untuk kebutuhan selama triwulan III-2010 telah dilakukan pada triwulan sebelumnya. Peningkatan incoming BI-RTGS diduga karena pembayaran proyek-proyek pemerintah, serta kebutuhan untuk bulan Ramadhan/Idul Fitri. Transaksi RTGS- Total transaksi

14 Perkembangan Ketenagakerjaan
Daya serap perkembangan pertumbuhan ekonomi Sulsel selama tahun 2010 terhadap angkatan kerja semakin membaik, terutama pada semester I-2010 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2010 mengalami peningkatan. Pada bulan Februari 2010, jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,9% dari 3,49 juta orang pada Februari 2009 menjadi 3,56 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 0,76% yaitu dari 8,7% pada Februari 2009 menjadi 7,9% pada Februari 2010. Periode Februari 2009 dan Februari 2010 komposisi tenaga kerja di sektor pertanian makin mengecil, sementara komposisi tenaga kerja di sektor non-pertanian bertambah besar, terutama pada sektor jasa dan sektor industri. Presentase Penduduk Usia 15 + Menurut KegiatanUtama Presentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2009 Februari 2010

15 Perkembangan Kesejahteraan : Jumlah Penduduk Miskin & NTP
Jumlah penduduk miskin, per Maret 2010, tercatat sebesar 913,4 ribu (11,6%), sementara pada tahun tercatat sebesar 963,6 ribu (10,1%). Di zona Sulampua, jumlah penduduk miskin di Sulsel masih tercatat pada urutan ketiga terendah setelah Sulut (9,1%) dan Malut (9,4%). Rata-rata pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) Sulsel tercatat tumbuh -0,62% (yoy), sementara pada triwulan II-2010 sebesar 1,36%. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Perkembangan Rata-rata Indeks yang Diterima Petani Perkembangan Rata-rata Indeks yang Dibayar Petani

16 Perkembangan Keuangan Daerah
Kinerja keuangan Pemerintah Propinsi Sulsel sampai dengan triwulan III-2010 semakin membaik dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009. Relisasi anggaran pendapatan daerah sampai dengan triwulan III-2010 tercatat melebihi target 50% dari total target pendapatan, yaitu sebesar 78,06% atau mencapai Rp1,9 triliun. Realisasi anggaran belanja daerah sampai dengan triwulan III-2010 tercatat baru 62,48%.

17 Outlook Pertumbuhan Ekonomi Triwulan IV-2010
Pertumbuhan Sulawesi Selatan triwulan IV-2010 diperkirakan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode sebelumnya. Permintaan : Konsumsi, diperkirakan meningkat karena faktor musiman (Idul Adha, Natal, Tahun Baru dan liburan anak sekolah) dan realisasi target anggaran pemerintah pada akhir tahun. Investasi, diperkirakan akan terjadi percepatan realisasi anggaran belanja modal Pemerintah. Ekspor diduga masih tumbuh sehubungan dengan kestabilan nilai tukar Rupiah, membaiknya harga internasional, dan prospek kondisi perekonomian dunia yang membaik akan mendorong pulihnya permintaan baja anti karat. Kinerja impor diperkirakan masih akan memberi tekanan, terutama impor barang modal terutama untuk proyek-proyek pemerintah. Penawaran Sektor Industri diproyeksikan mengalami peningkatan pertumbuhan. Sejalan dengan percepatan realisasi proyek, maka tingkat kebutuhan semen akan meningkat. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran & Angkutan-Komunikasi yang cenderung berjalan seiringan, diperkirakan tumbuh lebih tinggi karena aktivitas liburan anak sekolah pada akhir tahun, kegiatan MICE dan juga penyelenggaraan event daerah yang dilaksanakan sejak awal triwulan IV-2010, seperti KTI (Kawasan Timur Indonesia) Expo, Anging Mamiri dan Celebes Expo. Sektor Keuangan-Persewaan-Jasa Perusahaan, diperkirakan masih tumbuh sehubungan dengan optimisme kinerja perekonomian Sulsel cukup baik. Inflasi: Inflasi Jabalnustra pada triwulan II-08 diperkirakan masih meningkat akibat kenaikan harga pangan dan rencana produsen makanan untuk menaikkan harga produknya. Hingga akhir tahun 2008, inflasi diperkirakan di atas 6% (yoy). Sumber tekanan inflasi lainnya pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan tidak hanya dari beras. Sumber tekanan lainnya adalah kenaikan harga bahan bangunan, biaya pendidikan, dan faktor ekspektasi inflasi menjelang hari raya. Note teknis: Tw I-08 sudah 3% (ytd), dengan asumsi sembilan bulan ke depan rata-rata 0,5%→7,5% (yoy) pada Desember 2008. Pertumbuhan ekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi Jabalnustra triwulan II-2008 diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu (tetap) pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). Tantangan: tekanan inflasi masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 dapat tumbuh terutama didorong oleh dana pilkada. Selama tahun 2008, perekonomian Jabalnustra dapat tumbuh lebih tinggi karena ada harapan perbaikan infrastruktur

18 Outlook Inflasi Triwulan IV-2010
Pada triwulan mendatang, laju inflasi tahunan diperkirakan cenderung akan mengalami peningkatan yang relatif besar. Berasal dari kenaikan inflasi kelompok makanan jadi, bahan makanan, sandang dan transport-komunikasi-jasa keuangan. Inflasi pada kelompok makanan jadi dan bahan makanan diproyeksikan akan berasal dari komoditas beras, gula, telur, daging ayam dan bumbu-bumbuan, dimana komoditas tersebut cenderung meningkat permintaannya pada moment perayaan Hari Raya Keagamaan. Kondisi cuaca pada triwulan IV-2010 yang diperkirakan masih kurang kondusif, sehingga dimungkinkan akan masih terdapat bencana alam yang dapat mengganggu distribusi dan pasokan barang/jasa. Supply akan barang-barang kebutuhan konsumen yang banyak berasal dari Pulau Jawa diproyeksikan akan mengalami gangguan pasokan sehubungan dengan dampak letusan Gunung Merapi sejak akhir Oktober 2010. Pada triwulan IV diperkirakan inflasi tahunan provinsi Sulsel akan lebih besar daripada triwulan sebelumnya, yaitu pada kisaran 6,39% ± 0.5% (y.o.y). Inflasi: Inflasi Jabalnustra pada triwulan II-08 diperkirakan masih meningkat akibat kenaikan harga pangan dan rencana produsen makanan untuk menaikkan harga produknya. Hingga akhir tahun 2008, inflasi diperkirakan di atas 6% (yoy). Sumber tekanan inflasi lainnya pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan tidak hanya dari beras. Sumber tekanan lainnya adalah kenaikan harga bahan bangunan, biaya pendidikan, dan faktor ekspektasi inflasi menjelang hari raya. Note teknis: Tw I-08 sudah 3% (ytd), dengan asumsi sembilan bulan ke depan rata-rata 0,5%→7,5% (yoy) pada Desember 2008. Pertumbuhan ekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi Jabalnustra triwulan II-2008 diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu (tetap) pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). Tantangan: tekanan inflasi masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 dapat tumbuh terutama didorong oleh dana pilkada. Selama tahun 2008, perekonomian Jabalnustra dapat tumbuh lebih tinggi karena ada harapan perbaikan infrastruktur

19 Outlook Perbankan Triwulan IV-2010
Kinerja perbankan di Sulsel pada triwulan IV-2010 akan tumbuh lebih baik jika dibandingkan triwulan III-2010. Kredit diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan sejalan dengan optimisme kan prospek perkonomian Indonesia termasuk Sulawesi Selatan yang relatif akan lebih baik. Penempatan dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan juga diduga akan relatif stabil dengan sedikit kecenderungan menurun. Hal dimaksud dikarenakan proyeksi pengeluaran masyarakat yang cukup signifikan terkait dengan penenuhan kebutuhan pada masa perayaan Natal dan liburan anak sekolah. Dugaan peningkatan kredit yang disalurkan dan kecenderungan melambatnya DPK, maka akan berdampak pada penigkatan Loan to Deposit Ratio (LDR). Sejalan dengan membaiknya kondisi stabilitas keuangan domestik, meningkatnya pertumbuhan nasional dan regional maka diharapkan Non Performing Loan (NPL) akan cenderung menurun. Inflasi: Inflasi Jabalnustra pada triwulan II-08 diperkirakan masih meningkat akibat kenaikan harga pangan dan rencana produsen makanan untuk menaikkan harga produknya. Hingga akhir tahun 2008, inflasi diperkirakan di atas 6% (yoy). Sumber tekanan inflasi lainnya pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan tidak hanya dari beras. Sumber tekanan lainnya adalah kenaikan harga bahan bangunan, biaya pendidikan, dan faktor ekspektasi inflasi menjelang hari raya. Note teknis: Tw I-08 sudah 3% (ytd), dengan asumsi sembilan bulan ke depan rata-rata 0,5%→7,5% (yoy) pada Desember 2008. Pertumbuhan ekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi Jabalnustra triwulan II-2008 diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu (tetap) pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). Tantangan: tekanan inflasi masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 dapat tumbuh terutama didorong oleh dana pilkada. Selama tahun 2008, perekonomian Jabalnustra dapat tumbuh lebih tinggi karena ada harapan perbaikan infrastruktur

20 20 Perbankan Jawa Barat penyalur KUR BI mengharapkan agara BI segera menetapkan ketentuan ATMR mengenai penurunan bobot risiko bagi KUR menjadi 30% – 40% sebagaimana diungkapkan pidato GBI pada Bankers Dinner Dengan penurunan bobot risiko ini, diharapkan dapat menjadi pendorong bagi peningkatan realisasi KUR oleh perbankan. Selain itu, mengingat KUR dijamin 70% oleh lembaga panjamin (PT. Askrindo dan PT. SPU) maka perbankan mengharapkan agar nilai agunan dihitung penuh sebagai pengurang PPAP. Terima kasih

21 Hasil Survei Komoditas Beras dan Responnya terhadap Menguatnya Permintaan : Pada tahun 2010, produksi beras Sulsel diperkirakan turun menjadi 4,26 juta ton karena pengaruh dari tingginya volume hujan yang terjadi di sejumlah daerah sejak Mei hingga pertengahan Agustus. Untuk menggenjot produksi, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulsel saat ini mengoptimalkan unit Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Sulsel. Respon Sektor Industri Pengolahan terhadap Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) : Dampak kenaikan TDL sebesar 6-15 % dirasakan oleh 88% responden, yang mendorong peningkatan biaya produksi sebesar 5.9%, terutama biaya bahan baku dan biaya listrik. Walaupun kenaikan biaya bahan baku hanya 7.2%, namun porsi biaya bahan baku mencakup sekitar 48.3% dari total biaya produksi. Kebutuhan Pokok dengan Inflasi yang Persisten Tinggi : Sulsel memiliki persistensi inflasi yang tinggi, dengan derajat persistensi 0,92 dari skala 0 hingga 1. Hal ini berarti, ketika terjadi suatu shock yang meningkatkan inflasi di Sulsel, dibutuhkan waktu yang lama hingga inflasi kembali ke titik ekuilibriumnya. Beras, karena perilaku agen ekonomi dalam pembentukan harga. Ada dua faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu faktor penentuan HPP dan mekanisme perdagangan. Gula pasir, terutama karena ketergantungan Sulsel ke Pulau Jawa dalam pemenuhan kebutuhan gula pasir dan keterbatasan produksi gula. Telur ayam, karena terdapat struktur pasar oligopoli di tingkat pedagang besar mengakibatkan telur ayam memiliki persistensi inflasi yang tinggi. Inflasi: Inflasi Jabalnustra pada triwulan II-08 diperkirakan masih meningkat akibat kenaikan harga pangan dan rencana produsen makanan untuk menaikkan harga produknya. Hingga akhir tahun 2008, inflasi diperkirakan di atas 6% (yoy). Sumber tekanan inflasi lainnya pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan tidak hanya dari beras. Sumber tekanan lainnya adalah kenaikan harga bahan bangunan, biaya pendidikan, dan faktor ekspektasi inflasi menjelang hari raya. Note teknis: Tw I-08 sudah 3% (ytd), dengan asumsi sembilan bulan ke depan rata-rata 0,5%→7,5% (yoy) pada Desember 2008. Pertumbuhan ekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi Jabalnustra triwulan II-2008 diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu (tetap) pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). Tantangan: tekanan inflasi masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 dapat tumbuh terutama didorong oleh dana pilkada. Selama tahun 2008, perekonomian Jabalnustra dapat tumbuh lebih tinggi karena ada harapan perbaikan infrastruktur

22 Strategi Penukaran Uang Kecil Menghadapi Idul Fitri
KBI Makassar bekerjasama dengan beberapa bank umum (BII, Bank Mandiri, dan BSM) untuk membantu melayani kebutuhan masyarakat yang ingin melakukan penukaran pecahan uang kecil. Pada Idul Fitri tahun 2010 ini, walaupun jumlah uang yang ditukar meningkat tajam, tidak terjadi antrian panjang di Bank Indonesia. Puncak penukaran juga berubah, yaitu bergeser dari 3 hari kerja sebelum lebaran di tahun 2009 menjadi 6 hari kerja sebelum lebaran di tahun Hal ini memperlihatkan ada perbaikan dalam pelayanan penukaran uang kecil, dimana kebutuhan penukaran uang dapat terpenuhi dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Volume Penukaran Uang Kecil di KBI Makassar Inflasi: Inflasi Jabalnustra pada triwulan II-08 diperkirakan masih meningkat akibat kenaikan harga pangan dan rencana produsen makanan untuk menaikkan harga produknya. Hingga akhir tahun 2008, inflasi diperkirakan di atas 6% (yoy). Sumber tekanan inflasi lainnya pada triwulan-triwulan mendatang diperkirakan tidak hanya dari beras. Sumber tekanan lainnya adalah kenaikan harga bahan bangunan, biaya pendidikan, dan faktor ekspektasi inflasi menjelang hari raya. Note teknis: Tw I-08 sudah 3% (ytd), dengan asumsi sembilan bulan ke depan rata-rata 0,5%→7,5% (yoy) pada Desember 2008. Pertumbuhan ekonomi: Laju pertumbuhan ekonomi Jabalnustra triwulan II-2008 diperkirakan tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu (tetap) pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). Tantangan: tekanan inflasi masih berlanjut. Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2008 dapat tumbuh terutama didorong oleh dana pilkada. Selama tahun 2008, perekonomian Jabalnustra dapat tumbuh lebih tinggi karena ada harapan perbaikan infrastruktur


Download ppt "Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2010 Sulawesi Selatan"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google