Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TRADISI ADAT PERNIKAHAN DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TRADISI ADAT PERNIKAHAN DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN"— Transcript presentasi:

1 TRADISI ADAT PERNIKAHAN DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN

2 Awal Rencana Allah untuk hidup berkeluarga bagi umat :
 (Pasca Penciptaan Adam dan Hawa) : “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24).  Maka bagi sepasang laki-laki dan perempuan Kristen (yang akan menikah, dan di sepanjang pernikahan) harus terus merenungkan dan melangkah mewujudkan : apa rencana Allah dalam kesatuan suami – isteri ini.

3 Hanya jika makna ini yang mendasari seluruh perjalanan pernikahan, maka unsur tradisi di seputar pernikahan dapat kita maknai secara benar dan kritis sesuai pemahaman iman Kristen.

4 Tradisi dalam pernikahan tidak banyak diceritakan dalam Alkitab
Ada tradisi meminang? Baca Kejadian 24:1-61 Didahului dan diiringi dengan doa. Sejumlah materi yang diserahkan kepada keluarga calon pengantin perempuan sebagai simbol “meminta” dan “menghormati”. Ada kebersamaan dalam jamuan makan bersama. Perkembangan Kekristenan dalam berbagai adat / budaya, ini menjadi makin kompleks dan harus tetap dimaknai dengan benar.

5 Bandingkan dengan gambaran umum tradisi seputar pernikahan pada masa sekarang:
- Pertunangan Lamaran Penghormatan kepada / permohonan restu orang tua Ibadah : peresmian, secara iman dan juga oleh negara Kebersamaan / jamuan kasih

6 Contoh tradisi Jawa Tradisi pernikahan Jawa (bersumber pada tradisi Keraton). 1. Serah-serahan / pasok tukon : pihak keluarga calon pengantin laki-laki menyerahkan sejumlah pemberian kepada keluarga calon mempelai perempuan sebagai “pengikat”. Jumlah dan jenis juga memiliki arti. 2. Pingitan (3 – 5 hari) : dilakukan calon pengantin perempuan, untuk mempersiapkan diri tampil cantik sebelum hari pernikahannya (mandi rempah, lulur, dll). Selama dipingit, tidak boleh bertemu calon suami. 3. Pasang tarup (anyaman daun kelapa, bangunan darurat selama acara berlangsung) : dilakukan oleh orangtua calon pengantin perempuan, memiliki makna harapan agar upacara berlangsung selamat tanpa hambatan.  ada yang disertai semacam “sesajen”? 4. Siraman : dilakukan calon pengantin di rumahnya masing-masing. Lambang membersihkan diri lahir batin.  (7 sumur, 7 gayung)

7 5. Paes (rias), dilakukan setelah siraman, dengan makna memperindah diri dan batin. Dilakukan dalam kamar calon pengantin perempuan, ditunggui ibu dan “pini sepuh” sambil memanjatkan doa. 6. Dodol dawet, melambangkan harapan agar acara pernikahan dihadiri banyak tamu, dan nantinya menjadi pernikahan yang manis (dan banyak anak?). Ibu calon mempelai perempuan bertindak sebagai penjual dawet. Transaksi dilakukan dengan kreweng. 7. Dulangan : menyuapi dengan nasi tumpeng. Dilakukan kepada calon pengantin perempuan sebagai simbol menyuapi untuk yang terakhir kalinya sebelum menikah. Biasa disertai melepaskan ayam di perempatan jalan sebagai simbol melepas sang puteri mengarungi bahtera rumah tangga. 8. Midodareni : malam terakhir sebelum pernikahan. Calon pengantin laki-laki meyakinkan bahwa akan datang pada acara pernikahan esok, dan memastikan calon pengantin perempuan sudah siap melaksanakan prosesi pernikahan. Doa bersama untuk kelancaran.

8 9. Ibadah (pemberkatan) Pernikahan
10. Panggih (temu) : Balangan sirih : pengantin saling melemparkan daun sirih sebagai simbol kasih (dari pengantin laki-laki) dan bakti (dari pengantin perempuan). Wijik : pengantin laki-laki menginjak telur dan isterinya membasuh kaki suaminya dengan air kembang setaman. Simbol kesetiaan isteri kepada suami, yakni selalu memaafkan hal yang kurang baik. Dilanjutkan dengan sungkem pengantin perempuan kepada suaminya. Pupuk : ibu dari pengantin perempuan mengusap ubun-ubun menantunya dengan air kembang setaman sebagai lambang penerimaan secara ikhlas terhadap suami dari anak perempuannya.

9 d. Sinduran : menyampirkan kain merah ke pundak kedua mempelai (laki- laki di sebelah kanan), oleh bapak dan ibu pengantin perempuan saat berjalan menuju pelaminan. Simbol penerimaan secara utuh terhadap kedua mempelai untuk masuk dalam keluarga besar. e. Bobot Timbang : kedua mempelai duduk di pangkuan bapak mempelai perempuan (mempelai putera di sebelah kanan). Ibu mempelai perempuan akan bertanya, “Abot endi?”. Bapaknya akan menjawab. “Podo abote”. Makna : kasih sayang orang tua terhadap anak dan menantunya sama besar. f. Guno koyo : pemberian guno koyo ini melambangkan nafkah yang akan diberikan suami kepada isteri. Yang diserahkan : kacang merah, kedelai hitam, beras putih, beras kuning, kembang telon. Dituangkan ke atas pangkuan isterinya dengan alas sapu tangan. Lalu dibungkus, disimpan.

10 Harapan-harapan dalam pernikahan juga dituangkan dalam sajian makanan, a.l. :
Rasa : manis, gurih Tekstur : Lengket Makna tergambar : banyak (dawet), kelimpahan (kuning) Ragam sajian dalam jumlah tertentu Dll.

11 Masing-masing daerah memiliki adat yang berbeda di seputar pernikahan.
Bagaimana sikap kita? Menyadari awal rencana Allah melalui pernikahan. Menggali makna dari suatu tradisi Memberi makna baru dalam penghayatan iman yang benar. Melangkah maju dengan yang lebih utama yang dinyatakan dalam Alkitab : what next? (setelah pernikahan)

12 Muliakan Tuhan dalam hidup keluarga kita!
Alkitab justru menyatakan banyak tugas yang harus dilakukan dalam keluarga setelah pernikahan Mempertahankan kesetiaan sebagai suami & isteri Berpartner dengan baik sebagai suami & isteri Mempertahankan keutuhan keluarga besar Mendidik anak-anak dalam iman Bertanggung jawab atas kemandirian keluarga Melayani Tuhan bersama keluarga Muliakan Tuhan dalam hidup keluarga kita!


Download ppt "TRADISI ADAT PERNIKAHAN DARI SUDUT PANDANG IMAN KRISTEN"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google