Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

D.A. Suriamihardja. Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu, Masihkah tunduk tersipu-sipu ? Jangan takut melanggar pantang, Jangan pantang menghalang.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "D.A. Suriamihardja. Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu, Masihkah tunduk tersipu-sipu ? Jangan takut melanggar pantang, Jangan pantang menghalang."— Transcript presentasi:

1 D.A. Suriamihardja

2 Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu, Masihkah tunduk tersipu-sipu ? Jangan takut melanggar pantang, Jangan pantang menghalang kemajuan, Jangan segan menentang larangan, Jika yakin kepada kebenaran Jangan malu mengucap keyakinan, Jika percaya kepada keadilan, Jadilah bangsa yang bijaksana, Memegang tali memegang timba, Memiliki ekonomi mencipta budaya Menjadi tuan di negara merdeka.

3 Tuwoe nakapang, tallenaq benru sagala Hidup adalah dugaan, wujudkan dengan kreatif terarah Tuwoe napetuwa, tallenaq nawa-nawa Hidup adalah khayalan, wujudkan dengan akal pikiran Tuwoe narapang-rapang, tallenaq gauq mannessaq Hidup adalah tamsilan, wujudkan dengan kerja nyata

4 Menghadapi semua realitas (dunia) sebagaimana manusia mengalaminya  untuk melukiskan, memahami, dan menerima semua yang ada; Menyediakan wawasan yang dapat diandalkan untuk menghadapi dan merajut realitas (dunia); Memfasilitasi hubungan saling mempengaruhi yang menerus antara abstraksi teoritis dan pengalaman.

5 Kelengkapan: Kompeten; Profesional; Keberlanjutan : Kepercayaan, Kekuatan, Kerja keras, Keuletan; Optimistik : Adaptabilitas Kreativitas. Jejaring kerjasama: harmoni, cinta sesama, kedamaian

6

7  Pembelajar akan membangun realitasnya sendiri atau paling tidak menafsirkannya berdasarkan persepsi dari pengalamannya;  Sehingga pengetahuan seseorang merupakan fungsi dari pengalaman sebelumnya, struktur kejiwaan, dan keyakinan yang digunakan untuk menafsirkan suatu objek atau kejadian.

8  Belajar adalah menafsirkan secara pribadi tentang dunia,  Belajar adalah proses aktif yang dikembangkan dari pengalaman,  Belajar harus berlangsung pada lingkungan nyata, pengujian harus diintegrasikan dengan tugas, bukan aktivitas terpisah,  Pertumbuhan konsep adalah hasil rembugkan makna, pertukaran dari berbagai perspektif, dan perubahan representasi internal melalui pembelajaran kolaboratif,  Pengetahuan dibangun dari pengalaman.  (Merril, 1991 & Smorgansbord, 1997)

9 mengenal diri dan dunia; mengenal diri dan dunia; besilaturahmi dengan dunia; besilaturahmi dengan dunia; mempersiapkan diri agar mempersiapkan diri agar bermanfaat bagi dunia; bermanfaat bagi dunia; turut menata ketertiban dunia; turut menata ketertiban dunia; menitipkan diri pada dunia. menitipkan diri pada dunia.

10 Tatap muka di kelas sebagai panggung bersama dosen dan mahasiswa Pencarian ‘kebenaran’ dilakukan melalui kolaborasi dosen & mahasiswa Penemuan ‘langkah maju’ dari individu dikomunikasikan di antara anggota Pengembangan ‘berkah ilmu’ bagi pihak eksternal diupayakan secara bermitra

11 Pendidikan adalah pertemuan pikiran yang telah berkembang dengan pikiran yang sedang mekar. Pembelajaran adalah pemupukan pikiran yang sedang mekar oleh pikiran yang telah berkembang. [John Hannah dalam Liek Wilarjo, 1998]

12 Melalui kegiatan belajar, kita memperoleh:  Penciptaan ulang diri kita (re-create ourselves),  Kemampuan melakukan sesuatu yang sebelumnya kita tidak pernah melakukannya (become able to do something we were never able to do),  Pandangan baru tentang dunia dan hubungan dengannya (re- perceive the world and our relationship to it), dan  Perluasan kapasitas mencipta, sebagai bagian dari proses kehidupan yang generatif (extend our capacity to create, to be part of the generative process of live).

13 pembangkit masalah, langkah awal membangun konsepsi, langkah menguji kebenaran kesimpulan, pembangkit motivasi belajar, pembentukan sikap, pembentukan keterampilan proses, pemecahan masalah secara bersistem. Mengantar pembelajar: Membangun sendiri konsepsi dan definisi yang benar, Mengembangkan proses dan sikap. Mendesain peragaan sebagai:

14  Pre-figurative learning (Pre-FL): pembelajaran tentang konteks yang belum teralami.  Post-figurative learning (Post-FL): pembelajaran berdasarkan pengalaman.  Co-figurative learning (Co-FL): pembelajaran bersama sejawat untuk mengumpul data dan merancang masa depan melalui ekstrapolasi dari keadaan masa kini.

15 Melalui Pre-FL: mengidentifikasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, Melalui Post-FL: membentangkan keterkaitan antara kemungkinan di masa depan dengan kondisi di masa lalu, Melalui Co-FL: mengkaji peluang kejadian dari sejumlah kemungkinan yang prospective.

16  Mengidentifikasi faktor penentu,  Menemukan elemen kunci,  Mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan,  Mempersiapkan tindakan strategis,  Menyusun skenario yang mungkin,  Memperkirakan perubahan yang akan terjadi sesuai skenario yang ditempuh.

17 Penerapan pengetahuan teoritis ke praktis Mahir dalam pengetahuan teoritis Kemampuan menyelesaikan masalah Kompetensi 17

18

19 Berpartisipasi dalam membangun semesta, Mendasari cara berkehendak, Menopang pertumbuhan kearifan, Menunjang pengembangan kapasitas belajar, Menggeser sains mekanistik ke arah humanistik. KREATIFITAS KEADILAN TINDAKAN KEARIFAN KEHENDAK KEPUTUSAN KEUTUHAN KEBERMANFATAN KEBERBAGIAN

20 Menumbuhkan emphaty kebersamaan, Mendasari cara mengambil keputusan, Memperkaya identitas pribadi, Mengembangkan kreativitas berpikir, Membangun interkoneksitas lokal-global. KREATIFITAS KEADILAN TINDAKAN KEARIFAN KEHENDAK KEPUTUSAN KEUTUHAN KEBERMANFATAN KEBERBAGIAN

21 Mengasah intuisi integratif, Mendasari cara bertindak, Menopang tindakan yang adil, Mengapresiasi ketertiban (order) dan kegalauan (chaos), KREATIFITAS KEADILAN TINDAKAN KEARIFAN KEHENDAK KEPUTUSAN KEUTUHAN KEBERMANFATAN KEBERBAGIAN

22 Pepatah Confucius berpesan:  Choose a job you love, and you will never have to work a day in your life. Kalau pekerjaan itu memang sangat dicintai, maka tidak perlu menghabiskan waktu bekerja sepanjang hari (yang menyengsarakan);  The more man meditates upon good thoughts; the better will be his world and the world at large. Semakin sering merenungi buah pikiran yang baik, maka semakin baiklah dunia dan dunia secara keseluruhan; Pepatah Bugis berpesan: Paddioloiwi niak madeceng ritemmaduppana iyamanenna gauk-e. Dahuluilah dengan niat yang baik sebelum terlaksananya segala perbuatan.

23 Menuntut ilmu sangat disuruh, Jangan memilih dekat dan jauh, Hendaklah diuji bersungguh-sungguh, Mudahan menjadi pelita suluh. [Muda Omar Ali Saifuddien, Brunei] Maintaining differences in unity, Compliance and obedient to the rule and law, Mutually benefiting wherever and whenever, Seeking fairness, socially and culturally. [Kajangese Saying]

24 HAKIKAT adalah rumah yang terhias indah, HAWA NAFSU adalah debu yang berterbangan, Tidakkah kamu melihat tatkala debu berterbangan, Penglihatan seseorang tak mampu melihat meski tak buta. [Murtadha Muthahhari, 1989]


Download ppt "D.A. Suriamihardja. Bagaimanakah Melayu abad dua puluh satu, Masihkah tunduk tersipu-sipu ? Jangan takut melanggar pantang, Jangan pantang menghalang."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google