Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Post-modernism Condition & New Sciences

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Post-modernism Condition & New Sciences"— Transcript presentasi:

1 Post-modernism Condition & New Sciences
Presented by: Agung Ponco Utomo David Hutapea

2 Sejarah: Arnold Toynbee (Study of History) adalah yang pertama kali yang menggunakan istilah postmodernist pada tahun Pada tahun 1960, istilah itu masuk ke Eropa dan banyak pemikir di sana yang tertarik akan pemikiran itu. Jean Francois Lyotard adalah salah satu yang tertarik untuk mengembangkan konsep itu. Dia menulis karyanya yang berjudul “The Post-Modern Condition” (1979) sebagai kritikan atas karya “The Grand Narrative” yang dianggap sebagai dongeng khayalan hasil karya masa Modernitas. Istilah postmodern muncul pertama kali pada wilayah seni dan digunakan Frederico de Onis tahun 1930-an sebagai reaksi atas seni modern.

3 Arti: Beberapa versi arti istilah post-modernisme: Post Modernisme adalah lawan dari modernisme yang dianggap tidak berhasil mengangkat martabat manusia modern (Lyotard) Post Modernisme adalah pengembangan dari modernitas (Bryan S Turner, Theories of Modernity and Post-Modernity). Poin 1 berkorelasi dng penjelasan di buku pak budi tentang sebab munculnya Post Modernisme sbg antitesis dari modernisme yg begitu memuja sains.

4 Pendapat ketiga, menurut Zygmunt Bauman Post-Modern Ethics:
Kata “Post” dalam Post Modernisme bukan berartikan “setelah” (masa berikutnya). Postmodernisme adalah usaha keras sebagai reaksi dari kesia-siaan zaman modernis. Adapun penyebab dari hal tersebut adalah akibat dari tekanan yang bersumber dari prasangka/insting belaka.

5 Tujuan: Para pemikir postmodernisme bertujuan untuk mengaburkan batas-batas yang telah ditetapkan oleh Pencerahan Barat. Mereka hendak menempatkan segala bentuk universalisme ke dalam salah satu jenis permainan bahasa saja, serta menurunkan sains dan positivisme serta metafisika dari tahktanya. Diskursus modernisme dan postmodernisme ini terjadi di semua displin-displin intelektual, dari sastra, seni, arsitektur, dan semua bidang-bidang estetika lainnya, sampai bidang epistemologi sosial dan humaniora, dan ilmu-ilmu alam yang masuk dalam bidang teoritis. Dengan kata lain, angin postmodernisme merambah masuk baik itu ke dalam dunia estetis, maupun dunia teoritis. Figur besar yang ingin dilawan disini adalah Immanuel Kant, “...yang telah membuat distingsi antara rasio teoritis, rasio praktis, dan rasio estetis...”[3] tulis Budi Hardiman. “...Pencerahan Barat lebih jauh lagi membuat sebuah demarkasi yang dalam modernitas sangat dinikmati oleh sains, yaitu antara ilusi dan fakta, antara fiksi dan kebenaran ilmiah, antara prasangka subyektif dan pengetahuan obyektif...”[4] Para pemikir postmodernisme mau mengaburkan batas-batas yang telah ditetapkan oleh pencerahan tersebut. Pengaburan batas tersebut sebenarnya bukanlah tanpa tujuan. Para pemikir postmodern mau menempatkan segala bentuk universalisme ke dalam salah satu jenis permainan bahasa saja, mereka mau menurunkan sains dan positivisme serta metafisika dari tahktanya. Sejak jaman pencerahan pada abad ke-18, sains memiliki status khusus dalam kebudayaan. Metode sains yang empiris telah mendominasi tafsiran tentang apa yang baik dan benar dalam kebudayaan modern. Bidang-bidang lain seperti etika dan estetika otomatis dinisbikan, dianggap mitos, bahkan seringkali dituduh sebagai fiksi, prasangkan subyektif, fantasi, imanjinasi belaka, dengan kata lain “...dianggap bukanlah kebenaran...”[5] tulis Hekman. Nah, kalau batas antara mitos dan fakta dihapus, hak-hak khusus yang selama ini diterima sains juga akan lenyap. Pelenyapan batas semacam itupun nantinya akan merambah masuk ke dalam bidang lain, antara sains dan narasi, antara kebenaran dan fiksi, antara mitos dan logos. Inilah semangat jaman yang merasuk ke dalam rahim epistemologi postmodern.

6 Latar Belakang: Pauline Rosenau, Post-Modernism & the Social Sciences: Postmodernisme menganggap modernisme telah gagal dalam beberapa hal penting antara lain: Pertama, modernisme gagal mewujudkan perbaikan-perbaikan dramatis sebagaimana diinginkan para pedukung fanatiknya.

7 Kedua, ilmu pengetahuan modern tidak mampu melepaskan diri dari kesewenangan dan penyalahgunaan otoritas seperti tampak pada pilihan yang seringkali mendahului hasil penelitian. Ketiga, ada semacam kontradiksi antara teori dan fakta dalam perkembangan ilmu-ilmu modern.

8 Keempat, ada semacam keyakinan (yang sesungguhnya tidak berdasar) bahwa ilmu pengetahuan modern mampu memecahkan segala persoalan yang dihadapi manusia dan lingkungannya; ternyata keyakinan ini keliru ketika kelaparan, kemiskinan, dan kerusakan lingkungan terjadi menyertai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelima, ilmu-ilmu modern kurang memperhatikan dimensi-dimensi mistis dan metafisik eksistensi manusia karena terlalu menekankan pada atribut fisik individu.

9 CIRI-CIRI POSTMODERNISME
Delapan karakter sosiologis post-modernisme yang menonjol, yaitu: Satu, timbulnya pemberontakan secara kritis terhadap proyek modernitas; memudarnya kepercayaan pada agama yang bersifat transenden dan diterimanya pandangan pluralisme relativisme kebenaran.

10 Dua, meledaknya industri media massa, sehingga menjadi perpanjangan dari sistem indera, organ dan saraf kita, yang pada urutannya menjadikan dunia menjadi terasa kecil. Lebih dari itu, kekuatan media massa telah menjelma bagaikan “agama” atau “tuhan” sekuler, dalam arti perilaku orang tidak lagi ditentukan oleh agama-agama tradisional, tetapi tanpa disadari telah diatur oleh media massa, seperti program televisi. Tiga, munculnya radikalisme etnis dan keagamaan sebagai reaksi/alternatif ketika orang semakin meragukan kebenaran sains, teknologi dan filsafat yang dinilai gagal memenuhi janjinya untuk membebaskan manusia, tetapi sebaliknya adalah penindasan.

11 Empat, munculnya kecenderungan baru untuk menemukan identitas dan apresiasi serta keterikatan rasionalisme dengan masa lalu. Lima, semakin menguatnya wilayah perkotaan (urban) sebagai pusat kebudayaan, dan wilayah pedesaan sebagai daerah pinggiran. Enam, semakin terbukanya peluang bagi kelas/kelompok sosial untuk mengemukakan pendapat secara lebih bebas. Dengan kata lain, era postmodernisme telah ikut mendorong bagi proses demokratisasi.

12 Tujuh, era postmodernisme juga ditandai dengan munculnya kecenderungan bagi tumbuhnya eklektisisme dan pencampuradukan dari berbagai wacana, potret serpihan-serpihan realitas, sehingga seseorang sulit untuk ditempatkan secara ketat pada kelompok budaya secara eksklusif. Delapan, bahasa yang digunakan dalam konsep postmodernisme seringkali mencerminkan ketidakjelasan makna dan inkonsistensi sehingga apa yang disebut “era postmodernisme” banyak mengandung paradoks.

13 New Sciences Dalam Era Postmodernism
Sains Baru adalah perkembangan dari Sains Modern. Sains Modern dibangun di atas paradigma Newton yang memiliki 3 pilar utama: Reduksionisme: melihat segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian; pemahaman terhadap setiap bagian akan memberikan gambaran lengkap tentang sesuatu. Determinisme: semesta bekerja menurut hukum sebab-akibat yang pasti. Obyektivisme: kebenaran bersifat obyektif, tidak bergantung pada pengamat dan cara mengamati.

14 3 Jenis Mekanika: Mekanika Newtonian – Newton mengembang-kan pemikiran Galileo Galilei tentang gerak benda serta pemikiran Copernicus tentang gerak revolusi planet-planet terhadap matahari. Mekanika Relativistik - dikembangkan oleh Einstein (Teori Relativitas Khusus dan Umum), terutama berdasarkan Relativitas Khusus. Intinya besaran fisis seperti waktu, panjang, dan massa adalah besaran relatif tergantung kecepatan pengamat dan obyek yang diamati.

15 Mekanika Kuantum (Pendukung: Schrodinger, Planck, Heisenberg, Bohr, dan Broglie) 1. Tak ada realitas selama hal itu belum diukur. 2. Tidak ada pengukuran yang dapat menghasilkan nilai yang pasti kerena dilarang oleh hukum fisika (Asas ketidakpastian Heisenberg). 3. Segala-galanya adalah fungsi probabilitas. Seseorang boleh menyatakan sebuah obyek sebagai apa saja tetapi harus bertanggung jawab terhadap tingkat kemungkinan obyek tersebut (Fungsi gelombang Schrodinger).

16 4. Bahasa telah menipu manusia dalam mempelajari hukum alam
4. Bahasa telah menipu manusia dalam mempelajari hukum alam. Definisi tentang partikel, gelombang, massa, dan energi misalnya ternyata bukanlah besaran fisis sebenarnya melainkan hanyalah kamuflase fisis. Intinya massa dan energi adalah kamuflase terhadap besaran fisis yang lebih fundamental. 5. Ada kemungkinan besaran-besaran fisis adalah besaran diskrit bukan kontinu. Fungsi gelombang Schrodinger memungkinkan kita memandang alam semesta sebagai parameter ruang-waktu diskrit.

17 Dunia tidak lagi seperti yang dipikirkan oleh Newton, yaitu dunia yang mekanis dan dapat diramalkan. Teori Kuantum berpendapat bahwa kita tidak bisa memprediksi gerakan ataupun relasi partikel-partikel atom ataupun sub atom yang kita amati. Paling-paling, kita hanya dapat memprediksinya sampai tahap probabilitas.

18 Teori Chaos, Teori Fraktal dan Relativisme

19 Teori Chaos ditemukan oleh seorang meteorologis yang bernama Edward Lorentz. Dalam usahanya untuk melakukan peramalan cuaca, ia menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer. Hasil perhitungannya itu kemudian digambarkan dalam bentuk kurva yang dicetak di atas sehelai kertas. Sejam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang mengejutkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berhimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang sama sekali berbeda. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “efek kupu-kupu” (butterfly effect). Efek ini mengibaratkan kepakan sayap kupu-kupu di Brasil (setara dengan pengabaian angka sekecil ) akhirnya mampu memicu terjadinya tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

20 Figure 1: Lorenz's experiment: the difference between the starting values of these curves is only (Ian Stewart, Does God Play Dice? The Mathematics of Chaos, pg. 141)

21 Figure 2: The Lorenz Attractor (James Gleick, Chaos - Making a New Science, pg. 29)

22 Pada dasarnya Teori Chaos adalah berkaitan dengan sistem yang tidak teratur. Sistem semacam ini bisa kita temui pada objek-objek seperti awan, pohon, garis pantai, ombak dsb. Sekilas, sistem-sistem tersebut nampak acak, tidak teratur dan anarkis. Namun bila dilakukan pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar dan tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur. Secara statistik bisa dinyatakan bahwa Chaos adalah kelakuan stokastik dari sistem yang deterministik. Sistem yang deterministik (sederhana, satu solusi) bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sistem yang stokastik (rumit, solusi banyak).

23 Mandelbrot dan Helge von Koch, ahli komputer dan matematika, yang memperagakan hal ini sehingga muncullah cabang ilmu baru yang disebut fraktal (fractal). Fraktal bukanlah chaos. Fraktal adalah suatu struktur yang memiliki substruktur yang masing-masing substruktur memiliki substruktur lagi dan seterusnya. Setiap substruktur adalah replika kecil dari struktur besar yang memuatnya. Fraktal adalah benda geometris yang kasar pada segala skala, dan terlihat dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Beberapa fraktal bisa dipecah menjadi beberapa bagian yang semuanya mirip dengan fraktal aslinya. Fraktal dikatakan memiliki detil yang tak terhingga dan dapat memiliki struktur serupa diri pada tingkat perbesaran yang berbeda. Pada banyak kasus, sebuah fraktal bisa dihasilkan dengan cara mengulang suatu pola, biasanya dalam proses rekursif atau iteratif.

24 Himpunan Mandelbrot yang diperbesar 350 kali menunjukkan detil yang mirip dengan himpunan utuhnya.

25 Suatu himpunan Julia, fraktal yang berhubungan dengan himpunan Mandelbrot.
Fraktal alami yang dibuat dengan cara memisahkan lembaran akrilik yang telah dilem. Keretakan karena voltase tingga pada akrilik setebal 4 inci menghasilkan gambar Lichtenberg.

26 Percabangan fraktal pada DVD yang terkena radiasi gelombang mikro.
Fraktal yang mirip bunga. Brokoli yang merupakan fraktal alami.

27 Contoh lainnya dari fraktal dapat kita lihat pada tumpukan bangun segitiga sama sisi. Segitiga sama sisi adalah sistem deterministik (sederhana). Bila banyak segitiga sama sisi ditumpuk-tumpuk dan dilakukan perbesaran pada salah satu pinggir tumpukannya akan menghasilkan suatu permukaan pinggiran yang sangat ruwet (stokastik). Keadaan akhir (yang dilihat dengan mata) tumpukan akhir pada salah satu pinggir adalah sistem chaos sedangkan segitiga-segitiga pembentuknya adalah unsur pembentuk fraktal.

28 Chaos - Figure 4: The Koch curve (James Gleick, Chaos - Making a New Science, pg. 99)

29 Gugatan Postmodernisme atas Modernisme
RELATIVISME Gugatan Postmodernisme atas Modernisme Gugatan pertama diajukan kepada pentotalan ilmu pengetahuan terhadap kekayaan dimensi manusia dan perkembangan masyarakat. Sifat kepastian dan universalitas baik dari ilmu pengetahuan ataupun ideologi modern itu dipertanyakan. Sementara kultur non-ilmu seperti tradisi lama yang banyak mengajari kearifan hidup dibangkitkan kembali.

30 Terhadap kepastian modernitas, postmodernisme mengajukan berlakunya sifat misteri di dalam psikologis manusia ataupun pertumbuhan peradaban yang tak dapat dikontrol sepenuhnya oleh ilmu pengetahuan dan karenanya menjadi bahaya jika ilmu mencoba mengkontrolnya. Di tingkat kosmologi, postmodernisme menujukan bahwa semesta tidaklah bersifat mekanik dan deterministik tapi evolusionis yang tak dapat ditebak arah perkembangannya. Di tingkat sosial, postmodernisme menyatakan bubarnya Uni Soviet yang tak pernah diduga oleh analis manapun dan kebangkitan kembali agama yang tak pernah dibayangkan sebelumya, menjadi tanda bahwa sifat misteri itu memang melingkupi kita.

31 Terhadap sifat universal ilmu dan ideologi sosial, postmodernisme mengajukan relativisme dan pluralisme. Masyarakat barat sudah berkembang sedemikian kompleks dan detail. Demassifikasi (anti massal) dan heteregonisasi tidak saja melanda corak produksi namun juga gaya hidup dan cara berpikir. Maka tak mungkin lagi ada sebuah grand narrative yang dapat menjelaskan ataupun memberi arah kompleksitas ini. Berbagai ideologi besar pun diturunkan dari singgasana dengan ditunjukkan sifat relative-nya baik berdasarkan bahasa yang digunakan ataupun asumsi yang dilandasinya,

32 Anthroposentrisme pun menjadi dipertanyakan kembali
Anthroposentrisme pun menjadi dipertanyakan kembali. Dengan menjadikan manusia sebagai ukuran segala sesuatu, manusia memandang alam sebagai wilayah yang dapat dimanipulasi dan pada gilirannya didominasi. Akibatnya terjadi eksploitasi dan degradasi lingkungan hidup. Pada puncaknya, posisi akal budi itu sendiri yang digugat. Akal budi tidak lagi dipandang setinggi di era Renaissance. Pernyataan Postmodernisme yang terkenal: "Akal budi bukanlah cermin dimana kebenaran dapat memantulkan diri sepenuh-penuhnya". Akal budi selalu bersifat menyeleksi dan mendistorsikan karena itu apapun yang berpangkal dari akal budi menjadi relatif. Sesuatu yang relatif tidak layak diberhalakan.

33 “Semua adalah relatif” (All is relative) merupakan slogan generasi zaman postmodern di Barat. Slogan “Semua adalah relatif” kemudian diarahkan menjadi kesimpulan “Disana tidak ada kebenaran mutlak” (There exists no Absolute Truth)”. Kebenaran, moralitas, nilai dan lain-lain adalah relatif belaka. Tapi karena asalnya adalah kebencian maka ia menjadi tidak logis. Kalau anda mengatakan “Tidak ada kebenaran mutlak” maka kata-kata anda itu sendiri sudah mutlak, padahal anda mengatakan semua relatif. Kalau anda mengatakan “semua adalah relatif” atau “Semua kebenaran adalah relatif” maka pernyataan anda itu juga relatif alias tidak absolut.  Kalau “semua adalah relatif” maka yang mengatakan “disana ada kebenaran mutlak” sama benarnya dengan yang menyatakan “disana tidak ada kebenaran mutlak”. Tapi ini self-contradictory yang absurd.  

34 Epistemologi dan Filsafat Ilmu Pengetahuan Era Posmodern
Penolakan terhadap nilai-nilai modern dalam ilmu pengetahuan, terlihat pada perbedaan antara paradigma positivis yang diinterpretasikan memiliki kecenderungan reduksi pada ‘aspek kemanusiaan’ dan realitas karena didasari struktur ideologi yang tidak dapat mengikuti dinamika interaksi dalam masyarakat. Postmodern menyadari itu dan menuntut perubahan dalam aktivitas keilmuan, di mana salah satu yang dapat ditelaah adalah karakteristik sudut pandang peneliti dan aktivitas penelitian dengan cara: (1) dari seorang peneliti sebagai observer (penonton pasif) menjadi observer yang berpartisipasi. (2) Dari model (gaya) penelitian satu arah menjadi gaya penelitian interaktif.

35 Karakteristik sudut pandang peneliti di atas berkaitan dengan pandangan epistemolog posmodernis yang menolak penyamaan manusia dengan alam seperti pada paradigma positivisme. Ada beberapa prinsip epistemologi/metodologi modern yang ditolak oleh epistemologi posmodernisme, antara lain: Metode ilmiah adalah metode yang baku. Pertanyaan manusia dan sosial-budaya dapat dijawab dengan metode ilmiah yang baku. Eksistensi manusia (human being) itu seperti mesin. Obyektifitas total itu dapat dicapai. Kuesioner itu selalu mengemukakan kebenaran. Proses penelitian benar-benar bebas dari bias personal. Semua yang ada hanya merupakan sebuah teka-teki sosial yang akan terpecahkan melalui metode eksperimen.


Download ppt "Post-modernism Condition & New Sciences"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google