Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Dr. Sucihatiningsih DWP, M. Si

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Dr. Sucihatiningsih DWP, M. Si"— Transcript presentasi:

1 Dr. Sucihatiningsih DWP, M. Si
Ekonomi Kependudukan Dr. Sucihatiningsih DWP, M. Si

2 KONSEP DASAR EKONOMI KEPENDUDUKAN
BAB 1

3 Demografi: Ilmu yang mempelajari secara statistik & matematik ttg besar, komposisi dan distribusi penduduk & perubahan-perubahannya sepanjang masa melalui lima komponen yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Studi Kependudukan: Ilmu yang mempelajari tentang kaitan antara variabel demografi dengan variabel non demografi. Ekonomi Kependudukan: Ilmu yang mengaitkan antara variabel ekonomi dengan variabel demografi.

4 SKEMA STUDI KEPENDUDUKAN D E M O G R A F S I O E I SOSIOLOGI K
EKONOMI KEPENDU- DUKAN PSIKOLOGI KEPENDU- DUKAN PSIKOLOGI

5 SEJARAH PERKEMBANGAN PENDUDUK & TRANSISI DEMOGRAFI
BAB 2

6 Sejarah Pertumbuhan Penduduk Dunia
Tahun Populasi Pertumbuhan pertahun (%) th sebelum masehi Tahun 1 setelah masehi Tahun 1650 Tahun 1750 Tahun 1800 Tahun 1850 Tahun 1900 Tahun 1950 Tahun 1970 Tahun 1975 Tahun 1986 11/7/1987 Tahun 2000 Tahun 2025 0,002* 0,04 0,29 0,45 0,53 0,65 0,91 2,09 2,10 1,99 - 1,61** 1,59

7 Sebaran Penduduk Dunia
Dari jumlah penduduk yg ada tahun 2000 yaitu sebanyak 6,06 milyar, hampir dua pertiganya (60,62 persennya atau 3,7 milyar) berada di Benua Asia. Sisanya tersebar di Benua Afrika (794 juta atau 13,11 persen), Benua Eropa (12,00 persen atau 727 juta), Benua Amerika (13,75 persen atau 833 juta) dan Oceania (0,5 persen atau 31 juta). Dari sebarannya berdasarkan kategori kemajuan pembangunan suatu negara, dari total penduduk dunia sebanyak 4,86 milyar (80,32 persen) berada di negara-negara sedang berkembang dan sisanya sebanyak 1,19 milyar (19,68 persen) berada di negara-negara maju.

8 Sejarah Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Tahun Jumlah Sumber 1775 Radermacher 1795 Nederburgh 1802 Bleeker 1807 Daendels 1815 Raffles 1930 60.7 Juta SP 1930 1961 97 juta SP 1961 1971 118 juta SP 1971 1980 147 juta SP 1980 1990 179 juta SP 1990 2000 206 juta SP 2000

9 Setiap Menit lahir 2 orang !!!!!!
Selama tahun 1775 sampai tahun 2000, pertambahan penduduk Indonesia persatuan waktu: Setiap tahun lahir orang Setiap bulan lahir orang Setiap hari lahir orang Setiap jam lahir 103 orang Setiap Menit lahir 2 orang !!!!!!

10 Sebaran Penduduk Indonesia
Dari total penduduk pada tahun 2000 yaitu sebanyak 206 juta, hampir dua pertiganya (60,36 persennya atau 124,5 juta) berada di Pulau Jawa dan Bali. Sisanya dari jumlah penduduk tersebut tersebar di Pulau Sumatera (43,3 juta atau 21,00 persen), Pulau Sulawesi (6,84 persen atau 14,1 juta), Pulau Kalimantan (5,49 persen atau 11,3 juta) dan pulau-pulau lainnya (6,31 persen atau 12,8 juta). Tingkat kepadatan penduduk di Pulau Jawa-Bali pada tahun 2000 mencapai 920 jiwa perkm, sedangkan di pulau-pulau lainnya hanya berada pada kisaran dibawah 100 jiwa perkm2. Misalnya untuk Pulau Sumatera adalah 91, Kalimantan 20, Sulawesi 75.

11 Model Transisi Demografi
Model transisi demografi pertama kali dikembangkan oleh Warren Thompson tahun Berdasarkan data periode , terdapat tiga jenis pola pertumbuhan penduduk, yaitu : Kelompok A, negara-negara Eropa Barat, Eropa Utara dan AS yang mengalami perubahan pertumbuhan alami yang sangat tinggi ke pertumbuhan yang sangat rendah Kelompok B, negara-negara Itali, Spanyol dan kelompok “Slavia” di Eropa Tengah yg mengalami penurunan kelahiran maupun kematian, tetapi penurunan kematian adalah sama atau lebih cepat dibandingkan kelahiran. Kondisi ini dialami oleh negara kelompok A pada 30 sampai 40 tahun sebelumnya. Kelompok C, negara-negara lainnya yg kelahiran & kematian belum mengalami perubahan, artinya masih sangat tinggi.

12 Frank Noteisten (1945)memberikan penjelasan tentang ketiga pola tersebut. Untuk kelompok A, diberi nama dengan “incipient decline”, kelompok B adalah “transitional growth”, dan kelompok C adalah “high growth potential”. Saat ini istilah transisi demografi (demographic transition) diperkenalkan. Transisi demografi ini adalah suatu proses penurunan mortalitas dan fertilitas suatu penduduk yang dari tingkat yang tinggi menuju ke tingkat yang rendah, atau dari “high growth potential” menuju “incipient decline”. Transisi tersebut diberikan dalam gambar berikut:

13

14 Tahapan Transisi Demografi
Tahap I. (High Growth Potential) Ditandai dgn fertilitas & mortalitas yg tinggi. Pertumbuhan alami rendah bahkan turun (minus). Tahap II.(Transitional Growth) Ditandai dgn penurunan mortalitas lebih cepat dibandingkan fertilitas, akibatnya pertumbuhan penduduk tinggi. Tahap III. (Incipient Decline) Ditandai dgn fertilitas & mortalitas yg rendah & pertum-buhan penduduk juga rendah.

15 Kritik Terhadap Teori Transisi Demografi
Gambaran yang diberikan masih kasar,seperti, bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh penurunan kematian, tetapi juga naiknya fertilitas. Waktu yang dibutuhkan masing-masing tahapan sangat bervariasi antar negara, oleh karenanya teori ini cukup lemah untuk digeneralisasi. Setelah fertilitas dan mortalitas berada pada angka yang sangat rendah, pada tahap selanjutnya kemungkinan besar angka tersebut akan kembali naik. Dengan demikian sebenarnya tahapan transisi masih bisa dikembangkan lebih lanjut.

16 PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
BAB 3

17 Perdebatan Ideologi Ada 3 Kelompok yang Berbeda
Kaum Nasionalis : Pertumbuhan penduduk akan Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Kelompok Marxist: Tidak ada kaitan antara pertumbuhan penduduk & pembangunan ekonomi Kelompok Neo Malthusian: Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi Mengakibatkan Gagalnya Pembangunan

18 FERTILITAS DAN PEMBANGUNAN
BAB 4

19 Pengertian Kemampuan seorang perempuan atau sekelompok perempuan secara riel untuk melahirkan Hasil reproduksi nyata dari seorang perempuan atau sekelompok perempuan Tindakan reproduksi yang menghasilkan kelahiran hidup.

20 PENGUKURAN FERTILITAS
Pengukuran Fertilitas Tahunan: mencerminkan fertilitas suatu kelompok penduduk/ beberapa kelompok penduduk untuk jangka waktu satu tahun. Pengukuran Fertilitas Kumulatif: mencerminkan banyaknya kelahiran sekelompok/ beberapa kelompok wanita selama masa repro-duksinya.

21 Beberapa Pengukuran Fertilitas Tahunan
CBR (Crude Birth Rate)/Angka Kelahiran Kasar B=jumlah kelahiran dalam setahun P=jumlah penduduk pertengahan tahun k=konstanta= 1000 GFR (General Fertility Rate)/Angka Fertilitas Umum Pf15-49 =jumlah penduduk perempuan umur tahun

22 Bi=jumlah kelahiran dalam kelompok umur i dalam setahun
ASFR (Age Spesific Fertility Rate) Bi=jumlah kelahiran dalam kelompok umur i dalam setahun Pfi=jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun kelompok

23 Beberapa Pengukuran Fertilitas Kumulatif
TFR (Total Fertility Rate)/Angka Fertilitas Total Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang pertempuan sampai akhir masa reproduksi GRR (Gross Reproduction Rate)/Angka Reproduksi Bruto ASFRfi= ASFR yang dihitung hanya untuk kelahiran anak perempuan pada kelompok umur reproduksi. NRR (Net Reproduction Rate)/Angka Reproduksi Neto 5Lx/L0= probabilita kematian bayi dalam usia reproduksi (dari tabel kematian) .

24 FERTILITAS DAN PEMBANGUNAN
Pengaruh pembangunan thdp penurunan fertilitas. Exp: pendidikan, partisi-pasi angkatan kerja wanita, organisasi kese-jahteraan masyarakat, listrik masuk desa. Pengaruh penurunan fertilitas terhadap pembangunan. Exp: partisipasi angkatan kerja wanita, pendidikan, angka tabungan, pendapatan perkapita.

25 MORTALITAS, MORBIDITAS DAN PEMBANGUNAN
BAB 5

26 Pengertian Mortalitas: keadaan menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen yang biasanya terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup. Morbiditas: keadaan tidak sempurna jasmani, rohani dan sosial.

27 Ukuran Mortalitas CDR (Crude Death Rate)/Angka Kematian Kasar.
ASDR (Age Spesific Death Rate)/Angka Kematian Menurut Umur IMR (Infant Mortality Rate)/ Angka Kematian Bayi

28 Ukuran Morbiditas jumlah penderita baru
Incidence Rate = populasi at risk jumlah penderita lama dan baru Prevalence Rate = jumlah hari kejadian sakit pd periode tsb Duration of Sickness = jumlah kejadian sakit

29 Teori Transisi Epidemiologi
Dalil 1. Kematian merupakan faktor mendasar dalam dinamika kependudukan Dalil 2. Selama transisi, dlm jangka panjang terjadi perubahan pola kematian dan penyakit, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif dan penyakit buatan manusia. Dalil 3. Transisi epidemiologi biasanya lebih menguntungkan orang muda dari pada orang tua, dan lebih menguntungkan wanita dari laki-laki.

30 Dalil 4. Pergantian pola kesehatan dan penyakit sebelum abad 20 (di negara maju) karena membaiknya standar kehidupan dan keadaan gizi, dari pada hubungannya dengan kemajuan di bidang kedokteran. Sebaliknya, transisi abad ke 20 (di negara sdg berkembang) dimulai oleh kemajuan di bidang kedokteran, pelayanan kesehatan dan program pengendalian penyakit. Dalil 5. Variasi khusus dalam pola, laju dan faktor penentu dan akibat perubahan kependudukan dibedakan atas 4 model. (1) Model klasik atau barat, (2) Varian yang dipercepat dari model klasik, (3) Model tertunda, (4) Varian transisi dari model tertunda.

31 MOBILITAS PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN
BAB 6

32 Klasifikasi Mobilitas
Horizontal (Geografis) Vertikal (Perubahan Status) Permanen (Migrasi) Non-permanen (Sirkuler) Transmigrasi Swakarsa Commuting Mondok

33 Ukuran-ukuran Mobilitas
Angka Mobilitas : rasio banyaknya penduduk yg pindah dlm jangka waktu tertentu dengan jumlah penduduk Angka Migrasi Masuk jml migrasi masuk IM = x 1000 jml pddk tengah th Angka Migrasi Keluar jml migrasi keluar OM = x 1000

34 Angka Migrasi Neto migrasi masuk – migrasi keluar NM = x 1000 jml pddk tengah th Angka Migrasi Bruto migrasi masuk + migrasi keluar GM = x 1000 pddk daerah asal + daerah tujuan

35 Teori-Teori Migrasi Model Dorong Tarik (Push-Pull Factor)
Dikemukakan oleh Everet Lee, bahwa ada 4 kelompok faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan migrasi Faktor yg terdapat di daerah asal Faktor yg terdapat di daerah tujuan Penghalang antara Faktor pribadi

36 Model Lewis-Fei-Rannis
Dikembangkan oleh Sir. W. Arthur Lewis, diperluas oleh John Fei dan Gustav Ranis. Fokus utama model adalah pada proses perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di sektor modern. Baik transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan peluang kerja di kota dipengaruhi oleh perluasan output di sektor modern. Kecepatan perkembangannya ditentukan oleh tingkat akumulasi modal industri pada sektor modern.

37 Transisi Mobilitas Hipotesis mengenai transisi mobilitas ini pada awalnya dikemukakan oleh Zelinsky (1971). Menurut Zelinsky, secara temporal, sesungguhnya terdapat lima tingkatan atau fase transisi mobilitas. Pada dasarnya kelima transisi mobilitas tersebut berjalan sejajar dengan fase transisi demografi atau transisi vital. Kecuali itu, fase-fase tersebut saling berkaitan satu sama lain.

38 Transisi Vital Transisi Mobilitas
Masyarakat Premodern Fase A. Fertilitas dan mortalitas tinggi, pertumbuhan penduduk tinggi Fase I. Mobilitas penduduk (tempat tinggal) sangat sedikit, bahkan tidak tampak, kecuali bentuk2 sirkulasi terbatas, seperti tradisi kunjungan sosial, keagamaan dan sebagainya Masyarakat Awal Transisi Fase B. Mortalitas turun dengan cepat, fertilitas naik, pertumbuhan penduduk tinggi Fase II. Mobilitas desa-kota mulai nampak dilatarbelakangi berbagai aktivitas. Mobilitas antar kota belum terlihat Masyarakat Akhir Transisi Fase C. Fertilitas dan mortalitas sama-sama turun, tetapi angka mortalitas lebih cepat turun. Pertumbuhan penduduk alami lebih rendah dibanding fase B Fase III. Mobilitas desa-kota masih dominan, mobilitas antar kota mulai memasuki tahap awal, sirkulasi mulai tumbuh dengan kompleksitas struktural. Masyarakat Maju Fase D. Fertilitas turun, mortalitas stabil (tetap), pertumbuhan penduduk mendekati 0. Fase IV. Mobilitas residential relatif tinggi, migrasi desa-kota terus bertambah secara relatif dan absolut, terjadi aliran tenaga kerja tidak terlatih dan semiterampil dari daerah terbelakang, sirkulasi tenaga kerja terampil dan profesional meningkat dalam berbagai variasi. Fase E. Perilaku fertilitas tidak dapat dipredikksi karena kelahiran dapat dikontrol oleh individu-individu maupun lembaga politik. Fase V. Mobilitas akan turun karena makin baiknya jaringan komunikasi, sirkulasi meningkat sebagai akibat kemajuan telekomunikasi dan makin baiknya jaringan informasi, lahir bentuk-bentuk baru mobilitas sirkuler.

39 Hipotesis transisi mobilitas dimodifikasi Skeldon (1990), untuk negara2 sedang berkembang. Tujuh tahapan Skeldon: Tahap Pertama: masyarakat pra transisi (pretransitional society) Sebagian besar mobilitas merupakan mobilitas nonpermanen. Walau begitu, mobilitas ini tidak harus merupakan mobilitas jangka pendek. Dapat pula terjadi mobilitas permanen dalam bentuk kolonisasi ataupun pembukaan daerah pertanian baru. Tahap Kedua: masyarakat transisi awal (early transitional society). Terjadi percepatan mobilitas nonpermanen ke daerah perkotaan, perkebunan, pertambangan. Mobilitas semacam ini diperlukan untuk mendukung pembangunan pedesaan. Penghasilan penduduk yg mobil ini membantu meningkatkan pendapatan di pedesaan. Jaringan transportasi yang luas, murah, efisien, dan cepat merupakan syarat utama terjadinya peningkatan mobilitas nonpermanen, baik sirkulasi maupun ulang alik. Juga terlihat adanya mobilitas penduduk dari satu daerah perkotaan ke daerah perkotaan yang lain, dengan kota besar sebagai tujuan utama migrasi dari kota kecil dan menengah. Terjadi peningkatan pesat dalam mobilitas ke daerah-daerah baru. Pada tahap ini migrasi masih didominasi oleh penduduk laki-laki.

40 Tahap Kelima: masyarakat mulai maju (early advanced society).
Angka urbanisasi telah melampaui 50 persen dan mobilitas dari pedesaan ke perkotaan menurun. Mulai terjadi sub-urbanisasi dan dekonsentrasi penduduk. Mobilitas nonpermanen, terutama ulang-alik, meningkat lagi. Ulang alik didominasi oleh laki-laki. Tahap Keenam: masyarakat maju lanjut (late advanced society). Terus terjadinya dekonsentrasi penduduk perkotaan. Penduduk perkotaan makin menyebar ke daerah perkotaan yg lebih kecil. Juga dapat terjadi peningkatan arus masuk pekerja asing, terutama migran dari negara yang masih berada pada tahap keempat. Ulang alik terjadi dengan pesat. Semua arus mobilitas ini dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan, tanpa perbedaan yang mencolok. Tahap ketujuh: masyarakat maju super (super advanced society). Pada tahap ini diwarnai oleh adanya teknologi tinggi, termasuk teknologi informasi. Pada saat ini amat mungkin bahwa mobilitas permanen semakin berkurang dan mobilitas nonpermanen, terutama berujud mobilitas ulang-alik, meningkat. Sistim transportasi diganti dengan sistim komunikasi. Orang tidak perlu lagi berpindah tempat untuk dapat saling berkomunikasi.

41 Thesis Brain Drain & Konsep Remitans
Tesis Brain Drain: migrasi keluar angkatan kerja potensial berusia muda & berpendidikan dari pedesaan ke kota, cenderung membawa dampak negatif daerah yang ditinggalkan. Karenanya, migrasi diduga dapat mengganggu dan memperlambat proses pembangunan wilayah. Di daerah tujuan (kota), mobilitas pekerja mempersulit penataan kota, kelebihan angkatan kerja, pengangguran, pekerja miskin di sektor informal, kemiskinan dan kampung kumuh di kota. Namun, dampak dari tesis brain drain ini tidak sepenuhnya berlaku di negara2 sedang berkembang. Mobilitas pekerja merupakan salah satu strategi rumah tangga pedesaan. Dengan mengalokasikan SDM yg ada, rumah tangga pedesaan memanfaatkan kesempatan yg ada di luar desa. Hasil kerja di luar desa, dikirimkan dan dimanfaatkan di desa. Kiriman (remittances) migran pekerja berdampak positif bagi rumah tangga dan ekonomi pedesaan.

42 INDIKATOR-INDIKATOR KUALITAS PENDUDUK
BAB 7

43 Pengertian Kualitas penduduk terbagi dlm kualitas fisik dan kualitas non-fisik. Kualitas fisik, minimal dapat dipakai tiga indikator yaitu ukuran antropometrik (tinggi, berat badan dan lainnya), kesehatan serta kesegaran jasmani. Kualitas non-fisik dapat berupa kecerdasan, kesehatan mental, pendidikan, religiusitas dan lainnya dari ciri non-fisik. Pengukurannya dapat dibedakan atas indikator individu dan kelompok. Indikator individu menunjukkan kualitas yang melekat pada masing-masing individu. Kualitas kelompok adalah menunjukkan kualitas rata-rata sekumpulan manusia yg menjadi penduduk suatu kawasan. Penyajian kualitas yang banyak digunakan adalah ukuran kelompok, karena lebih mudah dlm evaluasi dan intervensi kebijakan. Kelemahannya, kurang tepat jika ketimpangan antar individu dlm kelompok tersebut relatif besar.

44 Pendapatan Perkapita Pada tahun 1950-an, paradigma pembangunan mengacu pada pertumbuhan ekonomi. Ukuran keberhasilan pembangunan adalah pembentukan modal dan produksi. Indikator yg umum digunakan untuk mengukur kualitas penduduk adalah pendapatan perkapita. Penggunaan pendapatan perkapita mempunyai banyak kelemahan. Diantaranya: (1) tidak tercakupnya produksi subsisten yang tidak dipasarkan, (2) terabaikannya aspek distribusi pendapatan, (3) kualitas penduduk dan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu hal yang subjektif yang tidak dapat diukur semata-mata melalui pendekatan pendapatan perkapita.

45 PQLI atau IMH Tahun 1970-an, timbul pandangan bahwa kesenjangan merupakan masalah penting yg harus segera diatasi. Paradigma pembangunan terpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan pokok hidup manusia. Untuk mengukur sejauh mana hasil pembangunan mampu memenuhi kebutuhan dasar manusia dari segi peningkatan kualitas fisik kehidupan, digunakan beberapa tolok ukur. Morris dan Grant (1976) mengajukan PQLI (Physical Quality of Live Index) atau IMH (Indeks Mutu Hidup). Indeks tersebut mencakup tiga parameter pokok yaitu : angka kematian bayi (IMR), angka harapan hidup pada umur 1 tahun, dan tingkat melek huruf penduduk usia 15 tahun atau lebih.

46 Kelemahan PQLI: tidak dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan total (yang didalamnya harus mengandung pengukuran tentang rasa aman, keadilan, hak-hak asasi dan hal-hal lainnya yang tidak memiliki eksistensi material). Di Indonesia, Sayogyo menambah variabel fertilitas (Total Fertility Rate = TFR) sebagai variabel keempat. Ia memberi nama dengan istilah IMH-plus (Indeks Mutu Hidup-plus). Hananto Sigit juga mengukur Indeks Mutu Hidup dengan menggunakan tiga variabel seperti yang diajukan Moris-Grant. Ia memberi nama dengan istilah : Indeks Kualitas Hidup Manusia Indonesia (IKHMI). Hananto Sigit juga mencoba menambahkan variabel pendapatan (PDRB) sebagai variabel keempat untuk indikator ini yang kemudian diberi nama IKHMI plus atau IKHMIY.

47 HDI atau IPM Akhir tahun 1980-an, muncul paradigma yang menyatakan bahwa pembangunan adalah dari, oleh dan untuk manusia. Karenanyaprogram pembangunan harus diarahkan pada pembangunan manusia itu sendiri. UNDP merumuskan pembangunan manusia sebagai suatu proses perluasan spektrum pilihan manusia, meningkatkan kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, penghasilan dan pekerjaan. Tahun 1990 diperkenalkan suatu indikator yang diberi nama Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembang-unan Manusia (IPM), sebagai indikator komposit atas tiga kiteria yaitu kesehatan (diukur dari harapan hidup saat dilahirkan, pengetahuan (diukur dari angka melek huruf & rata-rata lama bersekolah, dan pendapatan (diukur dari paritas daya beli)

48 ISU-ISU KEPENDUDUKAN TERKINI
BAB 8

49 8.1. Pembangunan Berwawasan Kependudukan

50 Pengertian Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna sekaligus, yaitu : Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. Pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.

51 Dimensi Penduduk dalam Pembangunan Nasional
Penduduk merupakan isu yg sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, karena: Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan. Pembangunan dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk baik kualitas fisik maupun non fisik. Keadaan penduduk sangat mempengaruhi dinamika pembangunan. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah, menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional.

52 8.2. Ideologi Gender

53 Pengertian Gender adalah bangunan "sosio-kultural" yg membe-dakan karakteristik maskulin & feminim. Berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki & perempuan yg bersifat biologis. Ciri maskulin atau feminim tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata pada perbedaan jenis kelamin. Maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminim dalam budaya lain. Gender merupakan landasan bagi berlangsungnya masyarakat. Melalui sistem pengaturan gender, persepsi diri laki-laki & perempuan, apa & siapa dirinya dlm masyarakat itu ditentukan, alokasi pekerjaan diberikan, dan pembagian wewenang atau kuasa dilakukan. Ketidakseimbangan berdasarkan gender mengacu pada ketidakseimbangan akses sumber-sumber yg langka dlm masyarakat.

54 Diferensiasi Gender Tiga teori dasar dlm diferensiasi gender yaitu teori neo-klasik, segmentasi pasar tenaga kerja & feminist. Teori neo-klasik: pembagian kerja seksual di-dasarkan perbedaan seksual dlm berbagai variabel yg mempengaruhi produktivitas pekerja. Perbedaan tsb meliputi pendidikan, ketram-pilan, lamanya jam kerja, tanggung jawab RT, serta kekuatan fisik. Ini didasari asumsi dlm pasar persaingan sempurna, pekerja mempe-roleh upah sebesar "marginal product" yg dihasilkannya. Asumsi lain: keluarga menga-lokasikan sumberdaya secara rasional, se-hingga laki-laki memperoleh investasi "human capital" yg lebih tinggi dari perempuan.

55 Dua kelemahan teori ini
Dua kelemahan teori ini. (1) Asumsi perbe-daan fisik sbg sumber "pekerjaan-pekerjaan khas perempuan". Secara biologis hanya mengandung & melahirkan pekerjaan khas perempuan. Selain itu, tdk ada alasan biologis yg menjelaskan mengapa perem-puan harus mengasuh anak/melakukan pekerjaan domestik lainnya. (2) Asumsi laki-laki & perempuan memiliki akses peluang kerja yg sama, tidak mempertimbangkan segmentasi pasar tenaga kerja yg tdk dpt dijelaskan berdasarkan perbedaan seksual dlm "human capital". Kelemahan pertama ditutupi dgn teori gender/feminist, kelemahan kedua dikoreksi dgn teori pasar tenaga kerja ganda.

56 Teori segmentasi pasar tenaga kerja: laki-laki pada usia prima terkonsentrasi dalam pekerjaan berupah tinggi, stabil dan dengan latihan, promosi dan prospek karier lebih baik (PRIMARY JOBS). Sedangkan perempuan berada pada SECONDARY JOBS, dengan karakteristik pekerjaan sebaliknya. Keterbatasan ruang lingkup kerja perempuan diaki­batkan oleh karena perempuan tidak mempunyai kapasitas untuk akses pada male-dominated jobs, sehingga perempuan terkonsentrasi secara berlebih dalam suatu range kesempatan kerja terbatas, yang menekan tingkat upah perempuan.

57 Teori segmentasi pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa pekerja laki-laki dan perempuan tidak bersaing dgn landasan yang sama, karenanya tidak mempunyai akses yang sama ke lapangan kerja. Teori segmentasi pasar tenaga kerja tidak mampu menjelaskan mengapa segmentasi pasar tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin terjadi. Menurut teori gender/ feminist, kedudukan perempuan yg relatif rendah dlm pasar tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial yg menem-patkan perempuan pada kedudukan yang lebih rendah daripada laki-laki.

58 Gender dalam Dunia Kerja
Diskriminasi pasar TK adalah adanya segregasi okupasi -- terdapat bagian besar dari pekerjaan untuk laki-laki dan sisanya (dgn upah yg rendah) untuk perempuan. Ada dua pola segregasi. Secara horizontal perempuan tersegregasi pada jenis pekerjaan berstatus rendah. Segregasi vertikal ditunjukkan dgn fungsi-fungsi tertentu dimonopoli laki-laki, yaitu fungsi dengan kewenangan yg luas, tingkat pengawasan yg tinggi serta kondisi kerja yg lebih baik. Segregasi vertikal maupun horizontal menyebabkan rendahnya status perempuan dlm pekerjaan. Status mencakup dua aspek sekaligus: yaitu "otonomi perempuan" dan "kekuasaan sosial".

59 8.3. Penduduk Lansia

60 Pengantar Perhatian pemerintah di negara-negara sedang berkembang terhadap penduduk lanjut usia (lansia) terus meningkat, karena pesatnya pertumbuhannya. Lansia adalah mereka yang berusia 64 tahun ke atas (PBB) atau 60 tahun keatas (Menko Kesra) Lansia merupakan kelompok penduduk yg mempu-nyai resiko tinggi untuk sering sakit & menderita sakit kronis, serta mengalami ketidakmampuan. Hal-hal tsb membutuhkan pengobatan medis & pera-watan yg intensif. Namun, biaya rumah sakit & tekno-logi perawatan orang tua adalah mahal, sedangkan kemampuan pemerintah relatif terbatas dlm menyedi-akan dana. Oleh karenanya perlu mengembalikan peran keluarga dalam perawatan lansia.

61 Dampak Pembangunan Thdp Lansia
Tiga dampak negatif pembangunan terhadap kese-jahteraan lansia: (1) peningkatan prevalensi migrasi desa-kota, (2) meningkatnya aktivitas ekonomi wani-ta dan (3) perubahan sistem perekonomian tradisi-onal ke perekonomian modern. Menyebabkan terjadinya pemisahan/keluarnya pen-duduk lansia dari struktur keluarga, dalam bentuk : a. Spatial Separation Peningkatan prevalensi migrasi desa-kota, menye-babkan banyak lansia yg ditinggal keluarganya. Meningkatnya mobilitas penduduk (umumnya usia muda) menyebabkan lansia tidak dapat lagi menjadi satu dengan keluarga (spatial separation). Kondisi ini menyulitkan untuk tetap menyantuni orang tua mereka pada usia lanjut.

62 b. Cultural Separation Meningkatnya pendidikan wanita menyebabkan nilai waktu wanita di luar rumah lebih tinggi. Menyebabkan berkurangnya alokasi waktu untuk pekerjaan kerumah-tanggaan, termasuk mengurus orang tua. Peningkatan pendidikan generasi muda secara keselu-ruhan juga menyebabkan terjadi perbedaan nilai buda-ya penduduk usia muda dan lansia. Mengakibatkan sulit menggabungkan keduanya dalam satu kehidupan. c. Economic Separation Peranan orang tua yang tinggi dalam ekonomi secara tradisional, akan berkurang dalam masyarakat modern. Penghasilan angkatan kerja muda yg lebih tinggi dari orang tuanya menyebabkan rendahnya ketergantungan pada orang tua. Menyebabkan berkurangnya rasa tanggung jawab menyantuni keluarga pada usia lanjut.

63 Terima kasih


Download ppt "Dr. Sucihatiningsih DWP, M. Si"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google