Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB"— Transcript presentasi:

1 ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB

2 KELOMPOK 8 Arum Kartika W. (09330125) Herdina Sukma P. (09330134)
Irma Mingka ( ) Riska Pratama ( )

3 TIPE-TIPE VEGETASI BAGIAN II

4 Ruang Lingkup TIPE-TIPE VEGETASI BAGIAN II
Hutan Pantai Mangrove Hutan payau Terumbu karang Estuaria Biota air tawar

5 Hutan Pantai Definisi Karena hempasan gelombang dan hembusan angin maka pasir dari pantai membentuk gundukan ke arah darat. Setelah gundukan pasir itu biasanya terdapat hutan yang dinamakan hutan pantai.

6 Vegetasi ekosistem hutan pantai dibedakan menjadi 2, yaitu 1. Formasi Pres-Caprae tumbuhan yang dominan adalah Ipomeea pres-caprae, tumbuhan lainnya adalah Vigna, Spinifex littoreus (rumput angin), Canavalia maritime, Euphorbia atoto, Pandanus tectorius (pandan), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola frutescens (babakoan). 2.Formasi Baringtonia Vegetasi dominan adalah pohon Baringtonia (butun), tumbuhan lainnya adalah Callophylum inophylum (nyamplung), Erythrina, Hernandia, Hibiscus tiliaceus (waru laut), Terminalia catapa (ketapang).

7 Peranan fungsi ekologi: -Sistem perakaran yang khas pada hutan bakau (akar tunjang, pneumatofor dan akar lutut) dapat menghambat arus air dan ombak. -Hutan pantai juga sebagai tempat berlindung, berpijak dan pembesaran bagi jenis-jenis ikan dan udang serta berbagai jenis binatang darat seperti berbagai jenis unggas, primata, reptil dan kelalawar. fungsi ekonomis: -Hutan pantai mempunyai arti penting karena sumber daya alamnya banyak dimanfaatkan seperti bahan baku kertas, bahan penyamak kulit dan kayu olahan. -Kawaan hutan pantai berpasir biasanya dijadikan kawasan pariwisata pantai karena keindahan alamnya.

8 Mangrove Deskripsi mangrove
merupakan individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Di Eropa, ahli ekologi menggunakan istilah mangrove untuk menerangkan individu jenis dan mangal untuk komunitasnya. Hal ini juga dijelaskan oleh Macnae (1968) yang menyatakan bahwa kata mangrove seharusnya digunakan untuk individu pohon sedangkan mangal merupakan komunitas dari beberapa jenis tumbuhan.

9 Ciri-ciri Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah : memiliki jenis pohon yang relatif sedikit; memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora sp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada Sonneratia sp. dan pada api-api Avicennia sp.; memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora; memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

10 Habitat tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah : tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama; tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.

11 Vegetasi Wilayah mangrove dicirikan oleh tumbuh-tumbuhan khas mangrove, terutama jenis-jenis Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Avicennia, Xylocarpus dan Acrostichum (Soerianegara,1993). Selain itu juga ditemukan jenis-jenis Lumnitzera, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa. ( i ) Vegetasi Inti Jenis ini membentuk hutan mangrove di daerah zona intertidal yang mampu bertahan terhadap pengaruh salinitas (garam), yang disebut tumbuhan halophyta. Lima jenis mangrove paling utama adalah Rhizophora mangle. L., R. harrisonii leechman (Rhizoporaceae), Pelliciera rhizophorae triana dan Planchon (pelliceriaceae), Avicennia germinans L (Avicenniaceae) dan Laguncularia racemosa L. gaertn. (Combretaceae).

12 ( ii ) Vegetasi marginal Jenis ini biasanya dihubungkan dengan mangrove yang berada di darat, di rawa musiman, pantai dan/atau habitat mangrove marginal. Meskipun demikian vegetasi ini tetap tergolong mangrove. Jenis Conocarpus erecta (combretaceae) tidak ditemukan di dalam vegetasi mangrove biasa. Mora oleifera (triana), Duke (leguminosae) jumlahnya berlimpah-limpah di selatan pantai pasifik, terutama di semenanjung de osa, dimana mangrove ini berkembang dalam rawa musiman salin (25 promil). Jenis yang lain adalah Annona glabra L. (Annonaceae), Pterocarpus officinalis jacq. (Leguminosae), Hibiscus tiliaceus L. dan Pavonia spicata killip (Malvaceae). Jenis pakis-pakisan seperti Acrostichum aureum L. (Polipodiaceae) adalah yang sangat luas penyebarannya di dalam zone air payau dan merupakan suatu ancaman terhadap semaian bibit untuk regenerasi.

13 (iii) Vegetasi fakultatif marginal Carapa guianensis (Meliaceae) tumbuh berkembang di daerah dengan kadar garam sekitar 10 promil. Jenis lain adalah Elaeis oleifera dan Raphia taedigera. Di daerah zone inter-terrestrial dimana pengaruh iklim khatulistiwa semakin terasa banyak ditumbuhi oleh Melaleuca leucadendron rawa ( bagian selatan Vietnam). Jenis ini banyak digunakan untuk pembangunan oleh manusia.

14 klasifikasi hutan mangrove berdasarkan geomorfologi ditunjukkan sebagai berikut :
1. Overwash mangrove forest Mangrove merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.

15 2. Fringe mangrove forest Mangrove fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum adalah sekitar 10 m.

16 3. Riverine mangrove forest
Kelompok ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau, yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans) dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya. Tingginya rata- rata dapat mencapai m.

17 4. Basin mangrove forest Kelompok ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa Karena tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi. Pohon dapat mencapai tinggi 15 m.

18 5. Hammock forest Biasanya serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang lebih dari 5 m.

19 6. Scrub or dwarf forest Jenis komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua dari tiga jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan faktor pembatas.

20 Faktor-faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah : A. Fisiografi pantai Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies dan lebar hutan mangrove. B. Pasang Pasang yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. C. Gelombang dan Arus Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem mangrove. Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi spesie. Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai. Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut.

21 D. Iklim Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1. Cahaya Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi, fisiologi, dan struktur fisik mangrove. Intensitas, kualitas, lama pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya. 2. Curah hujan Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan tumbuhan mangrove. Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air, salinitas air, dan tanah.

22 3. Suhu Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi). 4. Angin Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus. Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove. E. Salinitas Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh berkisar antara ppt. Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan. F. Oksigen Terlarut Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen untuk kehidupannya. G. Substrat Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap pertumbuhan mangrove. H. Hara Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara inorganik dan organik.

23 Ekofisiologi Mangrove
Ekosistem mangrove memiliki lingkungan yang sangat kompleks sehingga diperlukan beberapa adaptasi baik morfologi, fisiologi, maupun reproduksi terhadap kondisi tersebut. Beberapa adaptasi yang dilakukan terutama untuk beberapa aspek sebagai berikut : Bertahan dengan konsentrasi garam tinggi Pemeliharaan Air Desalinasi Spesialisasi Akar Reproduktif Respon Terhadap Cahaya

24 Peranan Mangrove Fungsi Biologi Fungsi Fisik Fungsi Ekonomi

25 BIOTA AIR TAWAR Ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua, yaitu:
Air tenang (lentik) misalnya: danau, rawa. Air mengalir (lotik) misalnya: sungai, air terjun. Ciri-ciri ekosistem air tawar: Kadar garam/salinitasnya sangat rendah, bahkan lebih rendah dari kadar garam protoplasma organisme akuatik. Variasi suhu sangat rendah. Penetrasi cahaya matahari kurang. Dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Flora ekosistem air tawar: Hampir semua golongan tumbuhan terdapat pada ekosistem air tawar, tumbuhan tingkat tinggi (Dikotil dan Monokotil), tumbuhan tingkat rendah (jamur, ganggang biru, ganggang hijau).

26 KOMUNITAS LENTIK Sifat Komunitas di Zona Litoral 1.Produsen Produsen di zona litoral terdiri ari 2 tipe : yang berakar atau tanaman bentik, kebanyakan anggota division Spermathophyta (tanaman berbiji) dan fitoplankton, atau tanaman hijau yang mengapung, kebanyakan ganggang. Tipe-tipe utama ganggang adalah : Diatome (Bacillariaceae), dengan cangkang silica yang menyerupai yang menyerupai kotak dengan pigmen kuning atau coklat di dalam kromatofora yang menutupi korofil. Ganggan hijau (chlorophyta), termasuk sel tunggal sperti desmid, bentuk benang yang terapung atau terikat, dan berbagai bentuk koloni yang terapung. Ganggang hijau-biru (Cyanophyta), merupakan ganggang sel tunggal yang sederhana atau membentuk koloni dengan klorofil yang tersebar tertutup oleh pigmen biru-hijau.

27 2. Konsumen Zona litoral merupakan daerah yang dihuni oleh lebih banyak jenis binatang dibandingkan dengan zona yang lain. Kelima kebiasaan hidup terwakili dengan baik, dan semua Phyla yang mempunyai wakil dalam air tawar kebanyakan ada disini.

28 Sifat Komunitas di Zona Limnetik
Zona limnetik adalah air yang terbuka sampai ke kedalaman yang masih dapat ditembus oleh cahaya. Air ini terdiri dari produser-produser planktonik, khususnya diatom dan spesies alga hijau dan alga hijau-biru. Fitoplankton produsen dari daerah perairan terbka terdiri dari 3 kelompok ganggang yang telah dipaparkan di atas dan flagellate hijau yang serupa dengan ganggang terutama Dinoflagellata, Euglenidae dan Volvocidae.

29 Sifat Komunitas di Zona Profundal
Zona profundal terjadi di air terbuka di bawah zona limnetik. Zona ini mungkin relatif kecil dalam kolam, meskipun zona ini kemungkinan merupakan volume air yang besar di danau-danau yang sangat dalam. Komunitas utama terdiri dari bakteri dan jamur, yang terutama banyak di pertemuan antara air dan lumpur dimana bahan organic tertimbun.

30 KOMUNITAS LOTIK (AIR MENGALIR)
Komunitas biotik di aliran sungai amat berbeda dengan yang ada di kolam, bahkan bila identifikasi tanaman rendah dilakukan sampai marga. arus adalah faktor yang paling mengendalikan dan merupakan faktor pembatas di aliran air; pertukaran tanah-air relatif lebih ekstensif pada aliran air, yang menghasilkan ekosistem yang lebih “terbuka” dan suatu metabolisme komunitas tipe “heterotrofik”. Aliran air mempunyai produsen sendiri, seperti ganggang hijau yang melekat (Cladophora yang mempunyai serabut panjang), diatome yang bertutup keras yang menutupi berbagai permukaan, lumut air dari marga Fontilanis dan beberapa marga yang lainnya yang menutupi batu bahkan pada aliran air yang paling deras; tekanan oksigen biasanya lebih merata dalam aliran air, dan stratifikasi termal maupun kimiawi tidak ada atau dapat diabaikan.

31 EKOSISTEM HUTAN PAYAU Definisi
Ekosistem hutan payau adalah tipe ekosistem yang terdapat di daerah pantai dan selalu atau secara teratur digenangi air laut atau dipengaruhi oleh pasang surut air laut, daerah pantai dengan kondisi tanah berlumpur, berpasir, atau lumpur berpasir. Vegetasi Vegetasi yang terdapat dalam ekosistem hutan payau didominasi oleh tetumbuhan yang mempunyai akar napas atau pneumatofora (Ewusie, 1990). Di samping itu, spesies tumbuhan yang hidup dalam ekosistem hutan payau adalah spesies tumbuhan yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap salinitas payau dan harus hidup pada kondisi lingkungan yang demikian, sehingga spesies tetumbuhannya disebut tumbuhan halophytes obligat .

32 Tetumbuhan yang ada atau dijumpai pada ekosistem hutan payau terdiri atas 12 genus tumbuhan berbunga antara lain genus Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aigiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus. Ekosistem hutan payau di Indonesia memiliki keanekaragaman spesies tumbuhan yang tinggi dengan jumlah spesies tercatat sebanyak lebih kurang 202 spesies yang terdiri atas 89 spesies pohon, 5 spesies palem, 19 spesies liana, 44 spesies epifit, dan satu spesies sikas. Spesies-spesies pohon utama di daerah payau pada umumnya membentuk tegakan murni dan merupakan ciri khas komunitas tumbuhannya. Spesies-spesies pohon utama itu di antara lain Avicenniasp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Bruguiera sp. dan lain-lain.

33 Jalur-jalur atau zonasi vegetasi hutan payau masing-masing disebutkan secara berurutan dari yang paling dekat dengan laut ke arah darat sebagai berikut: Jalur pedada yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Avicennia sp. dan Sonneratia sp. Jalur bakau yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Rhizophora sp. dan kadang-kadang juga dijumpai Bruguiera sp., Ceriops sp., dan Xylocarpus sp. Jalur tancang yang terbentuk oleh spesies tumbuhan Bruguiera sp., dan kadang-kadang juga dijumpai Xylocarpus sp., Kandelia sp., dan Aegicera sp. Jalur transisi antara hutan payau dengan hutan dataran rendah yang umumnya adalah hutan nipah dengan spesies Nypa fruticans.

34 Peranan Ekosistem hutan payau tersebut memiliki fungsi yang sangat kompleks, antara lain sebagai peredam gelombang laut dan angin badai, pelindung pantai dari proses abrasi dan erosi, penahan lumpur dan penjerat sedimen, penghasil detritus, sebagai tempat berlindung dan mencari makan, serta tempat berpijah berbagai spesies biota perairan payau, sebagai tempat rekreasi, dan penghasil kayu. Di samping itu, ekosistem hutan payau juga sebagai tempat atau habitat berbagai satwa liar, terutama spesies burung atau aves dan mamalia.

35 ESTUARIA Definisi dan Macamnya
Estuaria (aestus, air pasang), menurut definisi yang dimodifikasikan dari Prichard (1967) adalah suatu badan air pantai setengah tertutup yang berhubungan langsung dengan laut terbuka jadi sangat berpengaruh oleh gerakan pasang surut, dimana air laut bercampur (dan biasanya bila diukur, lebih cair) dengan air tawar dari buangan air daratan.

36 Dari sudut geomorfologi, Pritchard (1967) menganggap sesuai membagi empat subdivisi estuaria sebagai berikut: Lembah sungai yang tergenang, adalah yang paling luas berkembang di sepanjang garis pantai dengan daratan pantai yang relatif rendah dan lebar. Estuaria jenis fyord adalah pantai yang dalam, berbentuk U melesak ke bawah karena pengaruh glasial, dan biasanya dengan bentuk yang dangkal pada mulutnya, yang terbentuk oleh timbunan glasial. Estuaria bentukan tanggul (bar-built) adalah cekungan yang dangkal, seringkali sebagian tergenang pada saat air surut, tertutup oleh serangakaian tanggul lepas pantai (off-shore bars) atau pulau-pulau penghalang (barrier island). Estuaria bentukan proses tektonik adalah pantai yang menurun yang terbentuk oleh adanya kelainan geologi atau penurunan setempat, sering kali disertai masuknya sejulah besar air tawar.

37 Dari sudut hidrografi, estuaria dapat digolongkan menjadi 3 kategori luas.
Estuaria stratifikasi tinggi atau “saltwedge”. Estuaria tercampur sebagian atau stratifikasi sedang. Estuaria yang tercampur sempurna atau homogen vertikal. Estuaria sebagai kelas habitat, penggolongannya sebagai ekosistem produktif alami: 1. Estuaria adalah suatu perangkap nutrient (nutrient trap), sebagian bersifat fisik (terutama pada jenis-jenis yang berstratifikasi) dan sebagian lagi bersifat biologi. 2. Estuaria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen “yang terprogram” untuk berfotosintesis sepanjang tahun. Estuaria seringkali memiliki semua tiga jenis produsen yang menguasai dunia, yaitu makrofit (ganggang, rumput laut, dan rumput di paya-paya), mikrofit bentik, fitoplanton. 3. Peranan pentingnya gerakan pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem dengan permukaan air .

38 Peranan Estuaria Peranan Estuaria dikenal sebagai daerah/ wilayah perairan yang subur dan mempunyai produktifitas yang tinggi sebagai pendukung fito-zoo plankton Odum (1971): perairan estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan produktifitasnya tinggi dan subur sehingga merupakan daerah asuhan  (Nurcery Ground) berbagai jenis organisme —  Mc Connughey (1974): sekitar 90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup di air tawar atau air laut bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat perawatan telur, mengasuh larva dan tempat mencari makan. —  Hurabarat dan Evans (1985): ada 4 faktor yang menyebabkan daerah estuaria mengalami nilai produktifitas yang tinggi: Terjadinya penambahan bahan –bahan organik secara terus-menerus yang berasal dari aliran sungai. Perairan estuaria umumnya dangkal sehingga cukup menerima sinar matahari untuk mendukung kehidupan organisme. Perairan estuaria merupakan daerah yang relatif kecil menerima aksi gelombang sehingga detritus dapat menumpuk di dalamnya. Aksi pasang surut selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada di dalamnya.

39 TERUMBU KARANG Definisi Terumbu Karang
Berikut ini adalah definisi singkat dari terumbu, karang, karang terumbu, dan terumbu karang. Terumbu (Reef) Dalam dunia navigasi laut, terumbu adalah punggungan laut yang terbentuk oleh batu karang atau pasir di dekat permukaan air.         Karang (Coral)     Disebut juga karang batu (stony coral), yaitu hewan dari Ordo Scleractinia, yang mampu mensekresi CaCO3. Hewan karang tunggal umumnya disebut polip. Karang terumbu         Pembangun utama struktur terumbu, biasanya disebut juga sebagai karang hermatipik (hermatypic coral). Terumbu karang        Ekosistem di dasar laut tropis yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3) khususnya jenis-­jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya serta biota-biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis plankton dan jenis-jenis nekton.             

40 Terumbu karang tersebar secara luas di perairan dangkal dari laut yang hangat, seperti yang diungkap oleh Johannes (1970). Karang dibagi menjadi tiga tipe (1) “barrier reef” yang mengelilingi benua, (2) “fringing reef” yang mengelilingi pulau, (3) atol, bukit karang yang berbentuk tapal kuda dan pulau dengan danau di tengahnya. Terumbu dibangun sampai ke permukaan air dengan jalan penumpukan biologi kalsium karbonat. Pulau-pulau dapat terbentuk pada terumbu akibat menurunnya permukaan laut (atau naiknya penyangga gunung berapi), atau sebagai hasil hempasan ombak dan ulah angin yang menumpuk bongkahan pecahan terumbu dan pasir karang di atas permukaan laut sehingga tumbuh-tumbuhan darat dapat mulai pertumbuhannya.

41 Meskipun karang adalah binatang (phylum Coelenterata), terumbu karang bukanlah komunitas heterotrofik, melainkan suatu ekosistem lengkap dengan struktur trofik yang mencakup biomasa tumbuh-tumbuhan hijau yang banyak. Lagi pula meskipun batu karang (Anthozoa dari ordo Sceleratina, tetapi termasuk juga beberapa jenis dari kelompok Coelenterata lainnya) adalah kontributor utama pada dasar kapur, ganggang merah mungkin sangat pentingnya, terutama pada bagian terumbu karang yang mengarah ke laut, karena lebih tahan terhadap hempasan gelombang. Ganggang ini tidak hanya membantu pada struktur terumbu, tetapi juga dalam hal prodeksi primer. Jadi, apa yang dimaksud terumbu karang, sebenarnya adalah terumbu ganggang. Satu macam ganggang, yang biasa disebut zooxanthellae, hidup di jaringan polip karang, sedangkan jenis lainnya hidup di sekitar dan di bawah kerangka yang dari binatang. Masih jenis ganggang yang lain, ada yang lunak dan ada yang keras, terdapat di mana-mana di atas dasar kapur. Pada siang hari ganggang yang sebenarnya lembaran terusan menyerap cahaya matahari tropika dan memproduksi makanan dalam kecepatan tinggi.

42 Tipe-tipe Terumbu Karang
Terumbu karang tepi (fringing reefs) Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Terumbu karang penghalang (barrier reefs) Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terumbu karang cincin (atolls) Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan.

43 WASSALAMU’ALAIKUM WR.WB


Download ppt "ASSALAMU’ALAIKUM WR.WB"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google