Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

FOTOMETRI OBJEK LANGIT

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "FOTOMETRI OBJEK LANGIT"— Transcript presentasi:

1 FOTOMETRI OBJEK LANGIT
Kecerahan Cahaya Bintang: * Semu (apparent) * Mutlak (absolute) * Bolometrik Warna Bintang Kompetensi Dasar: Memahami konsep dasar astrofisika Judhistira Aria Utama, M.Si. Lab. Bumi & Antariksa Jur. Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

2 Kecerahan Cahaya Bintang
Salah satu jendela informasi radiasi GEM di permukaan Bumi  cahaya tampak. Kecerahan cahaya bintang yang sampai kepada pengamat dinyatakan dalam skala magnitudo.  Makin kecil nilai numerik skala magnitudo, semakin cerah/terang suatu bintang. Skala Pogson didefinisikan sebagai: Judhistira Aria Utama | TA

3 Dalam persamaan di atas:
m1 dan m2  magnitudo semu bintang 1 dan 2 E1 dan E2  fluks energi yang diterima dari bintang 1 dan 2 Magnitudo semu tidak menyatakan kualitas terang bintang yang sesungguhnya  dipe-ngaruhi faktor JARAK dan SERAPAN. Judhistira Aria Utama | TA

4 Latihan 1. Bintang ganda favorit di rasi Centaurus bagi para pengamat langit adalah Alpha Centauri yang dapat dipisahkan dengan mudah kedua komponennya dengan bantuan teleskop kecil. Bila magnitudo komponen paling terang adalah -0,04 dan magnitudo komponen kedua +1,34, tentukan magnitudo total bintang ganda ini! 2. Bila magnitudo total suatu sistem bintang ganda adalah +1,5 sementara komponen paling redupnya memiliki magnitudo +2,0, berapakah magnitudo komponen lainnya? Judhistira Aria Utama | TA

5 Fluks energi yang diterima dari bintang, “E”, memenuhi Hukum Kuadrat Kebalikan:
dengan “L” menyatakan luminositas bintang dan “d” jarak bintang dalam parsec (pc). Bintang dengan “L” besar dapat terlihat redup bila berada di jarak “d” yang jauh, dibandingkan dengan bintang lain dengan “L” yang tidak terlalu besar namun berada di jarak “d” yang dekat dengan pengamat. Judhistira Aria Utama | TA

6 Serapan oleh atmosfer Bumi:
Perlu diperhitungkan faktor serapan (atmosfer Bumi dan materi antarbintang (MAB)). Serapan oleh atmosfer Bumi: dengan “” menyatakan tebal optis atmosfer Bumi, “” koefisien absorpsi, dan “ds” elemen jarak. Pelemahan yang dialami cahaya bintang saat melalui atmosfer Bumi: Judhistira Aria Utama | TA

7 Serapan oleh materi antarbintang (MAB):
dengan “” menyatakan tebal optis antara Bumi dan bintang di jarak “s” dan “” koefisien absorpsi MAB. Untuk pengamatan dalam dua panjang gelom-bang yang berbeda, yaitu 1 dan 2 (1 < 2): Judhistira Aria Utama | TA

8 Didefinisikan perbandingan absorpsi:
Bila panjang gelombang yang digunakan adalah pita biru (Blue) dan pita kuning (Visual): Judhistira Aria Utama | TA

9 Untuk MAB yang “normal”, harga R = 3,2.
 Makin besar harga R, serapan oleh MAB se- makin besar. Absorpsi cahaya bintang oleh MAB disebut juga sebagai efek pemerahan (reddening) karena membuat bintang menjadi tampak lebih merah. Judhistira Aria Utama | TA

10 Definisi skala Pogson untuk magnitudo mutlak:
Magnitudo yang tidak dipengaruhi faktor jarak  magnitudo mutlak (disimbolkan dengan “M”) . Magnitudo mutlak menganggap semua bintang berada di jarak yang sama dari pengamat, yaitu 10 parsec. Definisi skala Pogson untuk magnitudo mutlak: Judhistira Aria Utama | TA

11 Setelah dikoreksi terhadap serapan MAB:
Untuk 1 bintang yang sama akan memiliki harga magnitudo semu dan magnitudo mutlak, sehingga: Setelah dikoreksi terhadap serapan MAB: Judhistira Aria Utama | TA

12 Warna Bintang Dalam fisika, warna dapat digunakan untuk menyatakan temperatur benda. Judhistira Aria Utama | TA

13 Dalam astrofisika, warna suatu bintang didefinisikan sebagai selisih dari magnitudo semu.
Perubahan jarak akan mengubah magnitudo semu bintang, namun TIDAK mengubah warna. Judhistira Aria Utama | TA

14 Magnitudo bolometrik memberikan infor- masi luminositas total bintang.
Bila pengamatan dilakukan dalam seluruh rentang panjang gelombang  magnitudo bolometrik. Magnitudo bolometrik memberikan infor- masi luminositas total bintang. Magnitudo semu bolometrik dapat diperoleh secara teori  memberi koreksi terhadap magnitudo semu visual. Judhistira Aria Utama | TA

15 (i) magnitudo visual intrinsik bintang!
Latihan 1. Dari hasil pengamatan terhadap sebuah bintang diperoleh, mB = 4,53 dan mV = 4,42. Apabila warna instrinsik bintang ini telah diketahui, yaitu (B – V)o = 0,25 dan magnitudo mutlaknya MV =  2,8 tentukanlah: (i) magnitudo visual intrinsik bintang! (ii) jarak bintang sebenarnya! (Gunakan R = 3,2) Judhistira Aria Utama | TA


Download ppt "FOTOMETRI OBJEK LANGIT"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google