Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

PERILAKU HIDROLIKA Sesi IV.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "PERILAKU HIDROLIKA Sesi IV."— Transcript presentasi:

1 PERILAKU HIDROLIKA Sesi IV

2 Air di dalam Tanah/Batuan

3 Porositas Porositas merupakan perbandingan antara volume pori-pori (ruang kosong di dalam batuan) dengan volume total batuan (sampel) Porositas dinyatakan dalam % (persen) atau angka desimal

4 Porositas berdasarkan jenis bukaan (opening) yang ada di dalam batuan:
Porositas intergranuler: ruang antara butir Porositas celah/retakan: ruang antar celah/retakan/rekahan Porositas rongga (conduit): ruang yang terbentuk dari hasil pelarutan. Biasanya terdapat pada batugamping karstik

5 Porositas berdasarkan waktu terbentuknya terhadap proses terjadinya batuan:
Porositas Primer: terbentuknya bersamaan dg terjadinya batuan (syngenetic). Contoh: ruang antar butir Porositas Sekunder: terbentuknya setelah terjadinya batuan (post genetic). Contohnya kekar, saluran, rongga

6 Klasifikasi Porositas Batuan berdasarkan ruang antar butir, celah, dan saluran

7 Porositas Batuan

8 Porositas dlm Batuan Karbonat

9 Menentukan besarnya porositas tanah/batuan
Vt = volume total Vs = volume solid Vv = volume void

10 Menentukan besarnya porositas
Volume of voids (Vv) ,3 m3 Porositas (n) = = = 0,30 Total Volume (Vt) ,0 m3

11 SPECIFIC YIELD & SPECIFIC RETENTION
Dalam keadaan jenuh, seluruh lubang dan ruang yang ada pada tanah/batuan terisi air. Di alam, tidak seluruh volume air yang terkandung di dalam akuifer tsb dapat memasok air kepada sumur atau mata-air. Tidak seluruh air yang menempati bukaan di dalam batuan dapat dikeluarkan. Meskipun dipompa terus-menerus, sebagian air akan tetap tinggal di dalam pori-pori batuan.

12 SPECIFIC RETENTION Volume air yang tetap tertinggal di dalam pori-pori batuan disebut specific retention (Sr) atau simpanan jenis. Dalam hal ini air tsb tertinggal sebagai film pada permukaan pori-pori atau rongga-rongga batuan.

13 SPECIFIC YIELD Volume air yang dapat dilepaskan dari pori-pori tanah/batuan hanya oleh pengaruh gravitasi disebut specific yield (Sy) atau kapasitas jenis.

14 Hubungan antara Porositas, Sy, dan Sr
n = Sy + Sr Sy = Vd/Vt Sr = Vr/Vt n = porositas Sy = specific yield Sr = specific retention Vd = volume air yang keluar ketika pengeringan Vr = volume air yang tertinggal ketika pengeringan Vt = volume sampel batuan

15 Specific Yield berbagai batuan
No. Material Sy ( % ) 1 lempung 2 pasir 3 kerikil 4 pasir dan kerikil 5 batupasir 6 serpih 0, 7 batugamping

16 Konduktivitas Hidrolika:
K = volume airtanah yang mampu diluluskan oleh akifer pada luas penampang tertentu dalam waktu tertentu, dibawah kendali gradien hidrolika

17 Hydraulic Conductivity = Konduktivitas Hidrolika

18 Darcy Law

19 Persamaan Darcy Q = Volume air yang mengalir dalam satu satuan waktu
K = Konduktivitas hidrolika (hydraulic conductivity) A = Luas penampang yang tegak-lurus terhadap arah aliran dh/dl = Landaian (gradien) hidrolika

20 Hydraulic conductivity = Konduktivitas hidrolika
Sebutan lain: field coefficient of permeability = koefisien kelulusan = koefisien permeabilitas Merupakan ukuran kuantitatif untuk menyatakan kemampuan tanah/batuan dalam meluluskan airtanah

21 Persyaratan agar Persamaan Darcy berlaku:
Airtanah harus terdapat di dalam media berpori Media berpori tersebut diasumsikan bersifat homogen, isotropik Homogen: perilaku fisik akifer sama di semua tempat Isotropik : perilaku fisik akifer sama ke segala arah

22 Dimanakah persamaan Darcy tidak valid diterapkan:
Pada akifer dengan tipe aliran melalui saluran (karst) Pada akifer dengan tipe aliran melalui antar celah yang tidak rapat Persamaan Darcy dapat diterapkan pada Akifer yang memiliki 3 jenis porositas (triple porosity), yaitu ruang antar butir, celah, dan saluran

23 KETERUSAN (TRANSMISSIVITY)
Keterusan (transmissivity = T) adalah kemampuan suatu akuifer dalam meluluskan air. Harga T diperoleh dengan menggunakan rumus : T = K.b. B = ketebalan akuifer K = konduktifitas hidrolika

24 Transmissivity

25 Hydraulic Head

26 Hydraulic Head: sering disebut sebagai tinggi potensial airtanah
merupakan energi mekanik per berat satuan air. Pada saat airtanah bergerak di dalam akifer intergranuler, di bawah gradien hidrolika alami, kecepatan alirannya seringkali diabaikan, karena sangat perlahan.

27 Persamaan Hydraulic Head:
h = z + P/r.g Tekanan yang dialami oleh suatu titik pada tubuh airtanah = berat kolom air yang membebani titik tersebut P = r.g.hp h = hydraulic head z = ketinggian permukaan air P = tekanan air yang dialami oleh suatu titik r = densitas air g = percepatan gravitasi

28 Karena gravitasi dikalikan densitas air dianggap sama dengan 1, maka:
P = hp Sehingga persamaan hydraulic head menjadi: h = z + hp

29

30 Karena z juga merupakan elevasi suatu titik terhadap sebuah datum, maka secara umum, persamaan hydraulic head dapat ditulis: ht = he + hp ht = total head hp = pressure head he = elevation head

31 Dalam kondisi terdapat kenaikan permukaan airtanah karena adanya gaya kapiler:
ht = he + hp

32 Hydraulic head & capilary force

33

34 Hydraulic Head ht = hp + he
Total Head = Pressure Head + Elevation Head ht = hp + he TERJADI ALIRAN DARI TEMPAT DG ht TINGGI KE ht RENDAH

35 Types of Head Pressure head: the pressure caused by the water column (weight of water) Elevation head: the elevation from the datum Total head: the sum of pressure head and elevation head. The total head is the one that controls groundwater flow in a porous medium. However, for geotechnical problems in relation with a fine-grained medium such as a clay layer the effective stress, and consequently the pressure head (or pore pressure), is the one that controls.

36 Total head in an aquifer

37 Hydrostatic Pressure The pressure exerted by a fluid at equilibrium at a given point within the fluid, due to the force of gravity. Hydrostatic pressure increases in proportion to depth measured from the surface because of the increasing weight of fluid exerting downward force from above

38 PRINCIPAL STRESS

39 Hydrostatic Pressure

40 Hydrostatic Pressure in a Liquid
The pressure at a given depth in a static liquid is a result the weight of the liquid acting on a unit area at that depth plus any pressure acting on the surface of the liquid. The pressure due to the liquid alone (i.e. the gauge pressure) at a given depth depends only upon the density of the liquid ρ and the distance below the surface of the liquid h.

41 Tekanan Air Pori (Pore Water Pressure)
It is the pressure of groundwater held within a soil or rock, in gaps between particles (pores) It is below the phreatic level, and are measured in piezometers The vertical pore water pressure distribution in aquifers can generally be assumed to be close to hydrostatic

42 Pore water pressure

43 Capilary In the unsaturated zone the pore pressure is determined by capillarity Pore water pressures under unsaturated conditions (vadose zone) are measured in with tensiometers

44

45 Three point problems untuk mengetahui arah aliran airtanah

46 Latihan Dalam suatu percobaan di laboratorium diketahui berat sampel kering = 1000 g Berat sampel dalam keadaan jenuh air = 1081,3 g. Berat air yang dapat dipisahkan dari sampel tanpa pemanasan = 70 g. - Berapakah porositas sampel (%) - Berapakah specific yield (Sy) - Berapakah specific retention (Sr) Catatan : berat satuan ( g ) sampel = 2,7 g/cm3 berat satuan ( g ) air = 1 g/cm3

47 TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA


Download ppt "PERILAKU HIDROLIKA Sesi IV."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google