Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Tahapan pada budidaya ikan 2

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Tahapan pada budidaya ikan 2"— Transcript presentasi:

1 Tahapan pada budidaya ikan 2
Ima Yudha Perwira Tahapan pada budidaya ikan 2

2 Penetasan Telur Induk ikan lele yang telah memijah akan mengeluarkan telurnya pada keesokan harinya (18-20 jam). Telur ikan lele bersifat melekat (adesif) kuat pada substrat, karena telur ikan lele tersebut memiliki lapisan pelekat pada dinding cangkangnya dan akan menjadi aktif ketika terjadi kontak dengan air, sehingga dapat menjadi rusak/koyak ketika dicoba untuk dicabut. Untuk mengetahui apakah induk lele sudah bertelur bisa dilakukan dengan melihat kakaban yang dipasang di dalam kolam pemijahan. Telur- telur ikan lele yang telah terbuahi ditandai dengan warna telur kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur-telur yang tidak terbuahi berwarna putih pucat atau putih susu. Jika kakaban telah berisi atau ditempeli banyak telur berarti induk sudah berhasil memijah.

3 Langkah berikutnya adalah memindahkan kakaban ke kolam penetasan, atau memindahkan induk ke kolam lain. Pemindahan kakaban harus dilakukan secara hati-hati agar tidak ada telur yang lepas atau jatuh. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga rongga telur menjadi sesak olehnya dan bahkan tidak sanggup lagi mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh pangkal sirip ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva. Larva yang telah menetas biasanya berwarna hijau dan berkumpul didasar bak penetasan.

4 Pada pembenihan udang windu, induk yang sudah bertelur dapat diketahui melalui sisa jaringan berwarna jingga yang mengapung di permukaan air. Telur hasil dari penetasan induk udang windu di diamkan ± 12 jam, selama proses ini dilakukan pengadukan telur setiap 1 jam, agar telur-telur yang mengendap di dasar bak dapat mengapung di permukaan air dan membantu perangsangan dalam penetasan telur. Setelah telur menetas dilakukan pemanenan pada stadia naupli 4-5, pemanenan menggunakan kelambu panen berukuran 200 mikron.

5 Pemeliharaan Larva dan Benih
Larva ikan lele hasil penetasan memiliki bobot minimal 0,05 gram dan panjang tubuh 0,75-1 cm, serta belum memiliki bentuk morfologi yang definitif (seperti induknya). Larva tersebut masih membawa cadangan makanan dalam bentuk kuning telur dan butir minyak. Cadangan makanan tersebut dimanfaatkan untuk proses perkembangan organ tubuh, khususnya untuk keperluan pemangsaan (feeding), seperti sirip, mulut, mata dan saluran pencernaan. Kuning telur tersebut biasanya akan habis dalam waktu 3 hari, sejalan dengan proses perkembangan organ tubuh larva.

6 Oleh karena itu, larva ikan lele baru akan diberi pakan setelah umur 4 hari (saat cadangan makanan didalam tubuhnya habis). Pakan yang diberikan berupa pakan yang memiliki ukuran yang sesuai dengan bukaan mulut larva agar larva ikan lebih mudah dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan. Salah satu contoh pakan yang diberikan pada saat larva ikan lele tersebut berumur 4 hari adalah emulsi kuning telur. Pada saat lele berumur 6 hari, maka dapat diberikan pakan berupa Daphnia sp (kutu air), Tubifex sp (cacing sutra) atau Artemia sp. Pakan tersebut diberikan secara adlibitum dengan frekuensi 5 kali dalam sehari dan agar tidak mengotori air pemeliharaan, maka diusahakan tidak ada pakan yang tersisa.

7 Larva yang telah berumur 21 hari warna tubuhnya tampak kehitaman dan sudah menyebar dipermukaan air, hal ini menandakan bahwa larva siap dipanen untuk langsung dijual atau ditebar ke kolam pendederan yang sudah disiapkan sebelumnya.

8 Pemeliharaan larva udang windu maupun udang putih akan melalui beberapa fase perubahan bentuk organ tubuhnya, yaitu: fase nauplius, fase zoea, fase mysis, dan fase post larva. Pada stadia awal larva udang windu yaitu stadia nauplius, tidak diberi pakan karena pada stadia ini larva masih memiliki kuning telur yang melekat pada tubuhnya sebagai pakan. Pada masa stadia Zoea – Mysis pemberian pakan alami berupa (Skeletonema Costatum) dan pada stadia postlarva pemberian pakan alami diganti dengan artemia. Untuk pemberian pakan buatan terlebih dahulu ditakar sesuai dengan kebutuhan larva, kemudian dimasukkan pada kantong pakan yang sesuai ukuran lalu diikat, setelah itu pakan buatan dilarutkan kedalam air yang berisikan ± 5 liter air dengan cara digosok-gosokkan kedalam air tersebut agar benar-benar larut dan mudah dicerna oleh larva.

9 Nauplius 1 Nauplius 2 Zoea 1 Zoea 2 Zoea 3 Nauplius 4 Nauplius 3 Mysis 1 Mysis 2 Nauplius 5 Nauplius 6 Mysis 3

10 Postlarva


Download ppt "Tahapan pada budidaya ikan 2"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google