KEPUTUSAN INVESTASI MODAL (Capital Investment Decision) Keputusan investasi modal berkenaan dengan proses perencanaan, penetapan tujuan dan prioritas, pengaturan pendanaan, dan penggunaan kriteria tertentu untuk memilih aktiva jangka panjang. Proses pengambilan keputusan-keputusan investasi modal disebut penganggaran modal (capital budgeting). Penganggaran modal merupakan konsep investasi karena melibatkan pengucuran dana pada saat ini guna memperoleh imbalan di masa yang akan datang. Tujuan investasi modal Memaksimumkan nilai perusahaan
INVESTASI BERKAITAN DENGAN Keterkaitan sumber dana perusahaan dalam jumlah relatif besar Jangka waktu investasi relatif lama Masa datang penuh ketidakpastian
JENIS INVESTASI (dari segi waktunya) : ♥ Investasi Jangka Panjang (Investasi Modal) Pembelian aktiva tetap Pemilihan aktiva tetap Penggantian aktiva tetap ♥ Investasi Jangka Pendek (Investasi Modal Kerja) Pembelian aktiva lancar Modal Kerja = Aktiva lancar – Hutang lancar
INVESTASI PERLU MEMPERHATIKAN : Taksiran Arus Kas Metode Penilaian Investasi ♥ Akurasi taksiran Taksiran harus objektif Perlu evaluasi oleh bagian keuangan ♥ Arus kas yang relevan Arus kas atas dasar setelah pajak Arus kas atas dasar selisih (incremental) Arus kas hanya karena keputusan investasi Arus kas tidak memasukkan biaya terbenam (sunk costs)
Perhitungan Taksiran Arus Kas Bersumber dari Taksiran Rugi Laba ♥ Uraian Rugi laba (akuntansi) Arus kas Penjelasan Penjualan Biaya-biaya Tunai Penyusutan Laba operasi Pajak (Tarif 30 %) Laba setelah pajak 2.000 1.500 1.000 500 150 350 - 850 Kas masuk Kas keluar Kas masuk bersih
METODE PENILAIAN INVESTASI Metode 1. Net Present Value (NPV) Arus kas masa yang akan datang selama investasi dihitung berdasarkan nilai sekarang Menghitung nilai sekarang (PV) penerimaan kas (cash inflows) dengan nilai sekarang (PV) pengeluaran kas (cash outflows) Kriteria penerimaan : usulan investasi diterima jika PV cash inflows > dari PV cash outflows atau NPV bernilai positif 1 Rumus : PV = C x ---------- (1 + r) n
Yang perlu diperhatikan : Menaksir arus kas Menentukan tingkat bunga yang relevan Contoh kasus : Suatu perusahaan agrobisnis akan membuka divisi baru, yaitu divisi tanaman hias. Divisi tersebut dimulai dengan 50 unit screen house (rumah plastik), dengan harga Rp. 30 juta per unit. Ditaksir usia ekonomis selama 4 tahun, dengan nilai sisa sebesar Rp. 4 juta per unit. Untuk mempermudah analisis dipergunakan metode penyusutan garis lurus. Perusahaan beroperasi selama 300 hari dalam satu tahun, ditaksir arus kas masuk per hari sebesar Rp. 50.000. Berbagai biaya yang bersifat tunai ditaksir sebesar Rp. 3.000.000 per unit per tahun. Berapa NPV usaha agrobisnis tersebut, dengan tarif pajak penghasilan sebesar 35 % per tahun.
Penyelesaian : A. Taksiran Rugi Laba per Tahun Penghasilan=300 x 50 x Rp. 50.000 Biaya-biaya Tunai = 50 x Rp. 3 juta Penyusutan = 50 x Rp. 6,5 juta Total Laba operasi Pajak (35 %) Laba setelah pajak Rp. 750 juta Rp. 150 juta Rp. 325 juta Rp. 475 juta Rp. 275 juta Rp. 96,25 juta Rp. 178,75 juta Arus kas masuk (netto) Rp.178,75 + 325 juta = Rp. 503,75 juta
B. Taksiran Arus Kas Tahun ke Kas keluar Kas masuk (netto) 1 2 3 4 1 2 3 4 (Rp. 1.500 juta) Rp. 503,75 juta Rp. 503,75 juta + Rp.200 juta
C. NPV pada tingkat bunga (r = 16 %) per tahun D. Kesimpulan : Karena NPV positif maka rencana investasi tersebut diterima
Keunggulan NPV : Kelemahan NPV : Mempertimbangkan nilai waktu uang Memperhitungkan arus kas selama masa investasi Kelemahan NPV : Penentuan tingkat bunga memerlukan perhitungan yang cermat Tidak dapat dibandingkan dengan rencana investasi lain yang jumlah investasinya tidak sama
Metode 2. Average Return on Investment (ROI) Perhitungannya menggunakan laba akuntansi Semakin tinggi nilai ROI semakin menarik rencana suatu investasi Rata-rata laba setelah pajak Rumus : ROI = ---------------------------------- x 100% Rata-rata investasi
Contoh Perhitungan ROI Rencana Investasi Agrobisnis : Tahun Investasi Awal tahun Akhir tahun Rata-rata Laba Setelah Pajak 1 2 3 4 1.500 1.175 850 525 200 1.337,5 1.012,5 687,5 362,5 178,75 Jumlah 3.400,0 715,00 850,0 178,75 ROI = ----------- = 21,03 % 850
Keunggulan ROI : Kelemahan ROI : Data mudah diperoleh dari laporan R/L Memperhitungkan pendapatan selama masa investasi Kelemahan ROI : Tidak ada batas kriteria kelayakan rencana investasi Mengabaikan nilai waktu uang
Metode 3. Discounted Payback Period Menghitung jangka waktu yang diperlukan untuk menutup modal yang diinvestasikan Semakin pendek payback period semakin menarik suatu rencana investasi
Akumulasi Jumlah investasi yang ditutup Perhitungan discounted payback period investasi agrobisnis tanaman hias (r = 16 %) dalam juta rupiah : Tahun Kas keluar Kas masuk PV kas masuk Akumulasi Jumlah investasi yang ditutup Rupiah 1 2 3 4 (1.500) 503,75 200 434,26 374,37 322,73 278,22 110,45 808,63 1.131,36
Dari tabel Selama 3 tahun dana akan kembali sebesar = Rp. 1.131,36 juta, dengan demikian sisanya tinggal Rp. 1.500 juta – 1.131,36 juta = Rp. 368,64 juta. Karena pada tahun ke-4 diharapkan investasi tersebut menghasilkan Rp. 388,67 juta, maka kekurangan sebesar Rp. 368,64 juta akan kembali dalam waktu : (368,64/388,67) x 12 bulan = 11,4 bulan maka discounted payback period-nya = 3 tahun 11,4 bulan.
Metode 4. Internal Rate of Return (IRR) Tingkat bunga internal yang menyamakan PV kas keluar dengan PV kas masuk Rencana investasi akan diterima jika memberikan IRR ≥ tingkat bunga yang relevan Berdasarkan contoh investasi agrobisnis tanaman hias, penghitungan IRR-nya sebagai berikut : Pendekatan matematis : PV kas keluar = PV kas masuk
Dengan interpolasi, maka : Selisih i PV kas masuk 1 % 16 % 1.520,03 20,03 ? 1.500 17 % 1.487,63 12,37 Jumlah 32,40 (20,03/32,40) x 1 % = 0,62 % Karena itu i = IRR = 16 % + 0,62 % = 16,62 %
Keunggulan IRR : Kelemahan IRR : Memperhitungkan nilai waktu uang Memperhitungkan semua aliran kas selama masa investasi Penentuan tingkat bunga dilakukan secara teliti Dapat digunakan untuk membandingkan beberapa rencana investasi Kelemahan IRR : Penghitungan memerlukan waktu yang relatif lama Jika terjadi kenaikan tingkat bunga selama masa investasi, IRR yang telah dihitung, tidak dapat disesuaikan
Metode 5. Profitability Indeks (PI) Menunjukkan perbandingan antara PV kas masuk dengan PV kas keluar Makin tinggi nilai PI, makin menarik investasi tersebut PV kas masuk Rumus : PI = ------------------------------ PV kas keluar Untuk contoh yang sama, nilai PI sebagai berikut : PI = 1.520,03 / 1.500 = 1,013
Keunggulan PI : Dapat digunakan untuk memilih 2 rencana investasi yang jumlah modalnya berbeda Kelemahan PI : Penentuan tingkat bunga memerlukan penghitungan yang teliti
INVESTASI MUTUALLY EXCLUSIVE 1. Antara NPV dan IRR Investasi Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 NPV (r =18%) IRR A B -1.000 1.300 300 100 234,37 260,91 √ 42 % √ 30 % Investasi A unggul dari segi IRR, dan investasi B unggul dari segi NPV, mana yang dipilih ?
Kedua investasi di atas bersifat mutually exclusive, untuk pengambilan keputusannya menggunakan incremental IRR dalam hal ini (B-A), sebagai berikut : Inves-tasi Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 NPV (r=18%) IRR A -1.000 1.300 100 234,37 42 % B 300 260,91 30 % B-A 200 1.200 26,54 20 % Keputusannya : Layak menerima investasi B
2. Antara NPV dan PI Inves-tasi PV kas keluar PV kas masuk NPV PI C D - 1.000 - 500 1.100 560 100 √ 60 1,10 1,12 √ Investasi C unggul dari segi NPV, dan investasi D unggul dari segi PI, mana yang dipilih ? Persoalan di atas keputusannya sangat didasarkan pada jumlah dana yang tersedia. Kalau dana tersedia kurang dari Rp. 1.000, manajemen layak memilih D. Kalau dana tersedia Rp. 1.000, maka manajemen layak memilih C. ♥ Secara umum dari 2 persoalan di atas, pengambilan keputusan hendaknya memilih investasi yang akan memaksimumkan NPV ♥
PEMILIHAN AKTIVA Ada 2 aktiva (mesin) yang mempunyai kapasitas yang sama. Harga mesin A Rp. 15 juta, dan mesin B Rp. 10 juta. Usia ekonomis mesin A 3 tahun dan mesin B 2 tahun. Biaya operasi per tahun mesin A Rp. 4 juta, dan mesin B Rp. 6 juta. Mesin mana yang dipilih ?
Analisis : Karena mesin A dan B mempunyai umur ekonomis yang berbeda, maka harus digunakan basis waktu yang sama (common horizon approach) untuk bisa dibandingkan. Dalam hal ini basis waktunya adalah 6 tahun (2 x 3 tahun) seperti berikut ini (dalam juta rupiah). Mesin 1 2 3 4 5 6 PV kas keluar (r =10%) A B 15 10 6+10 4+15 43,69 √ 51,22 Keputusan : Layak Memilih Mesin A
Dalam keadaan jika basis waktu yang sama cukup besar digunakan equivalent annual cost approach seperti berikut ini (dalam juta rupiah) Mesin Kas keluar PV kas keluar (r = 10 %) Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 A B 15 10 4 6 - 24,95 20,41 Mesin A : X X X 24,95 = --------- + ----------------- + ------------ (1+0,1) 1 (1+0,1) 2 (1+0,1) 3 X A = Rp. 10,03 juta Keputusan : Layak memilih mesin A. Mesin B : X X X 20,41 = --------- + -------------- + ------------- (1+0,1) 1 (1+0,1) 2 (1+0,1) 3 X B = Rp. 11,76 juta
PENGGANTIAN AKTIVA Suatu perusahaan sedang mempertimbangkan untuk mengganti mesin lama dengan mesin baru yang lebih efisien. Nilai buku mesin lama Rp. 80 juta, masih bisa digunakan 4 tahun lagi, tanpa nilai sisa. Metode penyusutan dipakai metode garis lurus. Kalau mesin baru yang digunakan, perusahaan bisa menghemat biaya operasi sebesar Rp. 25 juta per tahun. Harga mesin baru Rp. 120 juta, usia ekonomis 4 tahun. Mesin lama kalau dijual saat ini laku terjual Rp. 80 juta
Analisis secara incremental sebagai berikut : Kalau mesin lama diganti dengan yang baru, akan terdapat tambahan pengeluaran Rp. 40 juta. Taksiran arus kas per tahunnya : Penghematan biaya operasional Rp. 25 juta Biaya penyusutan : Mesin baru Rp. 30 juta Mesin lama Rp. 20 juta Rp. 10 juta - Laba sebelum pajak Rp. 15 juta Pajak (misal 30 %) Rp. 4,5 juta Laba setelah pajak Rp. 10,5 juta Kas masuk operasional = Rp.10,5 juta + 10 juta = Rp. 20,5 juta
Apabila tingkat bunga yang relevan (r = 20 %), maka NPV sbb : 4 20,5 NPV = - 40 + [ ∑ --------------] t=1 (1+ 0,2) t = - 40 + 53,07 = Rp. 13,07 juta (penggantin mesin lama diterima)
Kalau mesin lama diganti dengan mesin baru dimana kedua mesin tidak sama usia ekonomisnya, dipakai cara berikut Contoh kasus : Mesin lama Mesin baru Harga mesin Usia ekonomis Nilai residu Biaya tunai per tahun Penghasilan per tahun Rp. 50 juta 5 tahun Rp. 5 juta Rp. 80 juta 7 tahun Rp. 10 juta Rp. 45 juta Rp. 90 juta
Penyelesaian Secara Individu - Taksiran operasional cash flow setiap tahun Mesin lama Mesin baru Penghasilan Biaya-biaya : Penyusutan Yang bersifat tunai Total Laba sebelum pajak Pajak (35 %) Laba setelah pajak Rp. 80 jt 9 jt 50 jt 59 jt 21 jt 7,35 jt 13,65 jt Rp. 90 jt 10 jt 45 jt 55 jt 35 jt 12,25 jt 22,75 jt Arus kas masuk bersih 22,65 jt 32,75 jt
5 22,65 5 NPV msn lama = - 50 + [ ∑ ----------- ] + ---------------- t=1 (1+0,18) t (1+0,18) 5 = Rp. 23 juta 7 32,75 10 NPV msn baru = - 80 + [ ∑ --------------- ] + ---------------- t=1 (1+0,18) t (1+0,18) 7 = Rp. 47,9 juta Keputusan : Penggantian mesin lama dapat diterima
Penyelesaian Secara incremental Incremental per thn dari thn 1sampai 5 Penghasilan Penghematan biaya tunai Tambahan penyusutan Penghematan biaya Laba sebelum pajak Pajak (35 %) Laba setelah pajak Rp. 10 juta 5 juta 1 juta 4 juta 14 juta 4,9 juta 9,1 juta Arus kas masuk bersih 10,1 juta
Informasi arus kas lainnya : Pengurangan arus kas masuk Rp. 5 juta pada tahun ke-5 karena kehilangan penjualan nilai residu bis lama Tambahan arus kas masuk Rp. 32,5 juta pada tahun ke-6 Tambahan arus kas masuk Rp. 32,5 + Rp. 10 juta nilai residu bis baru pada tahun ke-7
5 10,1 5 - NPV incrl = - 30 + [ ∑ --------------- ] - ---------------- 5 10,1 5 - NPV incrl = - 30 + [ ∑ --------------- ] - ---------------- t=1 (1+0,18) t (1+0,18) 5 32,75 32,75 10 = ---------- + ---------------- +------------ (1+0,18) 6 (1+0,18) 7 (1+0,18) 7 = Rp. 24,9 juta - Keputusan : Penggantian mesin lama diterima
INVESTASI MELALUI SEWA GUNA (LEASING) Leasing merupakan suatu cara untuk dapat menggunakan suatu aktiva tanpa harus membeli aktiva tersebut. Dapat dikatakan leasing merupakan bentuk persewaan dengan jangka waktu tertentu (sewa guna) Yang menyewakan disebut lessor Perusahaan sewa guna disebut leasing company Yang menyewa disebut lessee Net lease, merupakan perjanjian sewa guna dimana lesse membayar biaya-biaya pemeliharaan, reparasi, pajak, asuransi, dan lain-lain biaya selama periode persewaan aktiva Maintenance lease, merupakan perjanjian sewa guna dimana lessor menanggung biaya pemeliharaan, reparasi, pajak, asuransi, dan lain-lain biaya selama periode persewaan aktiva
Bentuk sewa guna : ♥ Financial leasing, penyewaaan aktiva untuk jangka waktu tertentu dengan kemungkinan adanya opsi untuk membeli aktiva tersebut oleh lessee ♥ Operating leasing, penyewaan aktiva untuk jangka waktu yang pendek dan tidak ada kemungkinan opsi untuk membeli aktiva tersebut oleh lessee ♥ Sale and lease back, lessee menjual aktiva miliknya kepada lessor dan kemudian menyewanya kembali aktiva tersebut dari lessor ♥ Direct leasing, lessee menyewa aktiva yang sebelumnya tidak menjadi miliknya ♥ Leveraged leasing, lessee menyewa aktiva yang sebelumnya bukan miliknya, tetapi pendanaan untuk pengadaan aktiva tersebut sebagian bersumber dari pinjaman
Analisis pendanaan dengan sewa guna Keputusan untuk melakukan sewa guna seyogyanya perlu dibandingkan terlebih dahulu dengan alternatif pendanaan lain melalui hutang (debt financing) Contoh : Perusahaan agroindustri pupuk memerlukan mesin seharga Rp.100 juta. Suatu perusahaan sewa guna menawarkan untuk membiayai keperluan tersebut dengan cara membayar sewa sebanyak 5 kali dalam 5 tahun, di awal tahun. Perusahaan sewa guna menentukan tingkat keuntungan 15 % per tahun. Maka pembayaran sewa setiap tahun adalah :
X X X X 100 = X + -------- + -------- + ------- + ------------ = 3,855 X (1,15) (1,15) (1,15) (1,15) X = Rp. 25,94 juta Apabila perusahaan agroindusti tersebut membeli sendiri aktiva dengan dana pinjaman bank dan tingkat bunga 16 % per tahun. Pembayaran pinjaman (pokok+ bunga) dilakukan setiap akhir tahun secara anuitas, maka perhitungan pembayaran pinjaman setiap tahun adalah : X X X X X 100 = ------- + ------- + -------- + --------+ --------- (1,16) (1,16) (1,16) (1,16) (1,16) X = Rp. 30,54 juta Sekilas nampak bahwa alternatif hutang akan mengakibatkan cash outflow yang lebih besar setiap tahunnya
Namun perlu dulu diperhatikan : Saat cash outflow tidak sama, sewa guna pada awal tahun, dan hutang pada akhir tahun Dengan hutang, agroindustri pupuk memiliki aktiva tersebut, maka beban penyusutan dapat mengurangi beban pajak Oleh karena itu perhitungan harus atas dasar setelah pajak, yakni sbb : Apabila tarif pajak penghasilan 50 %, maka biaya modal setelah pajak yang relevan adalah 0,16 (1-0,5) = 0,08 = 8 %
A. Analisis untuk sewa guna Arus kas keluar setelah pajak (dalam juta rupiah) Akhir tahun Pembayaran sewa Perlindungan pajak Kas keluar stlh pajak PV kas keluar (r = 8 %) 1 2 3 4 5 25,94 - 12,97 (12,97) 12,01 11,12 10,30 9,53 (8,83) Total 60,07
B. Analisis untuk hutang Pembayaran bunga setiap tahun (dalam juta rupiah) Sisa pokok pinjaman Angsuran Bunga Pokok 1 2 3 4 5 100,00 85,46 68,59 49,02 26,32 30,54 16,00 13,67 10,97 7,84 4,22 14,54 16,87 19,57 22,70
Arus kas keluar setelah pajak (dalam juta rupiah) Akhir tahun Ang- suran (1) bunga (2) Beban penyu- sutan (3) Perlindu-ngan pajak 0,5[(2)+(3)] (4) Kas keluar (5) PV kas keluar (r = 8%) (6) 1 2 3 4 5 30,54 16,00 13,67 10,97 7,84 4,22 20,00 18,00 16,84 15,49 13,92 12,11 12,54 13,70 15,05 16,62 18,43 11,61 11,75 11,95 12,22 Total 60,07 Keputusan : PV kas keluar kedua alternatif bernilai sama, jadi pilihan mana pun berdampak ekonomis sama