Potensi Bahaya dan Risiko Terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja KATEGORI B
Kategori B (Potensi bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada keselamatan) Kategori ini berkaitan dengan masalah atau kejadian yang memiliki potensi menyebabkan cidera dari kecelakaan kerja dengan segera. Biasanya terjadi ketika risiko yang tidak dikendalikan dengan baik. Selain kecelakaan kerja, terdapat kejadian yang biasa “hampir celaka”. Kecelakaan atau hampir celaka mengakibatkan cedera, masing-masing harus diselidiki untuk menentukan akar penyebabnya.
Analisis Potensi Kebakaran Potensi bahaya adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cidera/penyakit. Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan dimana unsur-unsur yang membentuknya terdiri dari bahan bakar, oksigen, dan sumber panas yang membentuk suatu reaksi oksidasi dan menimbulkan kerugian materiil dan moril.
Kategori Kebakaran Kelas A yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam. Misalnya, kayu, kertas, plastik. Kelas B yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah kebakar. Misalnya, bensin, minyak tanah, elpiji, solar. Kelas C yaitu kebakaran instalsi listrik bertegangan. Kelas D yaitu kebakaranyang terjadi pada bahan logam.
Klasifikasi Bahaya Kebakaran 1. Bahaya ringan Bahaya kebakaran pada tempat yang barang-barangnya tidak mudah terbakar. Misalnya: hunian perumahan, ruang kelas. 2. Bahaya menengah Bahaya kebakaran dimana tempat kejadian terdapat barang-barang jenis A dan jenis B lebih banyak daripada di bahaya ringan. Misalnya: perkantoran, ruang praktikum. 3. Bahaya tinggi Bahaya kebakaran pada tempat barang jenis A dan jenis B lebih banyak daripada di tempat kebakaran bahaya menengah. Misalnya: terminal, show room, pertokoan, gudang.
Sebab-Sebab Terjadinya Kebakaran Menurut Depnakertras RI, 2002, penyebab kebakaran dan peledakan antara lain: Faktor Manusia Faktor Teknis Faktor Alam
Faktor Manusia 1. Pekerja Tidak mau tau dan kurang mengetahui tentang prinsip dasar pencegahan kebakaran dan ledakan. Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakar tanpa menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran dan ledakan. Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan atau melebihi kapasitas yang telah ditentukan. Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin. Adanya unsur-unsur kesengajaan 2. Pengelola Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja. Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja. System dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutama dalam bidang penentuan bahaya, penerangan bahaya dll. Tidak adanya standart atau kode yang tidak dapat diandalkan atau penerapan tidak tegas, terutama bagian yang kritis dari peralatan. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik system tekanan udara dan instalasi pemadam kebakaran tidak diawali dengan baik.
Faktor Teknis Melalui proses fisik atau mekanis dimana dua faktor penting yang menjadi peranan dari proses ini adalah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau kenaikan panas akibat dari pengetesan benda-benda, maupun adanya api terbuka. Melalui tenaga listrik pada umumnya terjadi karena arus pendek sehingga menimbulkan panas bunga api dan menyalakan atau membakar komponen lain
Faktor Alam Petir Gunung meletus (Depnakertrans RI, 2002).
Sumber-sumber Nyala Api Listrik Rokok Pemanasan Berlebih Nyala Api Terbuka Letikan Bara Pemanasan Sambaran Petir Reaksi Kimia
Listrik Instalasi listrik yang digunakan dapat mengakibatkan nyala api dikarenakan faktor- faktor : Instalasi tidak memakai sekering atau sekering diganti dengan kawat Pemasangan kabel dengan tidak tepat (sambungan tidak erat) sehingga terjadi hubungan pendek. Keadaan kebel-kabel baik dari istalasi listrik maupun, dalam peralatan listrik yang sudah usang atau rusak. (Suma’mur P.K, 1996)
Rokok Merokok di tempat terlarang atau membuang putung rokok masih menyala disembarangan ditempat kerja sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
Pemanasan Berlebih Pemanasan berlebih dapat timbul dari pengoperasian alat-alat yang tidak terkontrol dengan baik. Misalnya pengoperasian ketel uap yang tidak terkontrol air pengisinya.
Nyala Api Terbuka Penggunaan api pada tempat-tempat yang terdapat bahan yang mudah terbakar,misalnya menyalakan api untuk penerangan ditempat penyimpanan bahan bakar (bensin) yang mudah terbakar (Suma’mur P.K, 1996).
Letikan Bara Pemanasan Bunga api bisa terjadi karena percikan bara api dai mesin diesel atau mesin gerinda pada kegiatan penggerindaan dan pengelasan.
Sambaran Petir Sambaran petir dapat mengenai objek-objek yang tidak terlindung penyalur petir atau pada instalasi petirnya tidak memenuhi syarat.
Reaksi Kimia Nyala api dapat timbul akibat reaksi-reaksi kimia tertentu yang menghasilkan cukup panas yang berakibat menimbulkan.
Teknik Pemadaman kebakaran Teori pemadaman api dengan menghilangkan unsur dan pemutusan reaksi kebakaran yang terjadi agar tidak semakin membesar. Aksi pemadaman antara lain: Pendinginan. Melakukan penyemprotan air sampai dibawah titik nyala (flash point) Penyelimutan. Menghilangkan unsur oksigen dengan cara menyelimuti bagian terbakar dengan busa CO2. Memisahkan bahan yang terbakar. Mengurangi atau mengambil jumlah barang yang terbakar. Memutus rantai reaksi. Tindakan yang dapat dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan kimia penyerap hidroksit.
Sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran a. Poster-poster Peringatan b. Sistem Tanda bahaya (Fire Alarm System) Alat Pendeteksi Kebakaran Manual (Manual Alarm Station) Alat Pendeteksi Kebakaran Otomatis (Detector) Alat Deteksi Asap (Smoke Detector) Alat Deteksi Panas (Heat Detector) Alat Deteksi Nyala (Flame Detector) c. Hydrant d. Alat Pemadam Api Ringan e. Sarana Komunikasi f. Peta Evakuasi dan Pintu Darurat g. Assembly Point h. Pelatihan
Media pemadam kebakaran yang umum dipakai Air Busa Serbuk Kimia Karbondioksida ( CO2) Halon Sprinkler (Alat Pemacar Otomatis)
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) APAR yaitu alat pemadam api yang mudah dibawa atau dipindahkan serta dapat dioperasikan oleh satu orang pada kebakaran yang baru terjadi.
Daya padam APAR terbatas, yaitu 5 menit pertama saat terjadinya kebakaran. Penggunaan APAR dimulai dari pangkal api yang paling tipis, dibelakang arah angin atau kanan/kiri api. Klasifikasi penanggulangan kebakaran menggunakan APAR : Media jenis padat. Misalnya: pkarung basah, tepung kimia, tanah atau lumpur. Media jenis cair. Misalnya: air, busa, cairan hallon. Media jenis gas. Misalnya: CO2, nitrogen, argon.
APAR Yang Cocok Untuk Kelas Kebakaran 1. APAR untuk kebakaran kelas A Air Multipurpose dry chemical Wet chemical 2. APAR untuk kebakaran kelas B CO2 Dry chemical type Halogenated agent type 3. APAR untuk kebakaran kelas C Berbahan halon 4. APAR untuk kebakaran kelas D Bahan khusus untuk logam
Penempatan APAR Di tempat yang mudah dilihat Bebas dari barang-barang yang disimpan Dekat dengan jalan, pintu masuk dan keluar Dapat dibaca dengan mudah Bebas dari kemungkinan adanya kerusakan fisik Dipasang dengan basis lanti perlantai
Inspeksi APAR APAR berada tepat pada lokasi yang sudah ditentukan. APAR yang telah di tempatkan tidak ada benda ataupun yang menghalanginya untuk dijangkau atau APAR tersebut mudah dilihat. Petunjuk penggunaan dapat dibaca dengan serta menghadap ke luar. Pastikan kunci pengaman dan segel penyongkel tidak rusak. Periksa apakah ada kerusakan fisik, korosif, dan bocor. Pastikan berat APAR sesuai dengan yang tertera.
Penggunaan APAR Pengguna APAR harus kepada mereka yang sudah dilatih PULL = buka pin pengaman AIM = arahkan selang ke arah api SQUEEZE = tekan handle SWEEP = kibas-kibaskan ke arah api
Fasilitas Penunjang Fire alarm secara otomatis akan mempercepat diketahuinya peristiwa kebakaran. Jalan petugas, diperlukan bagi petugas yang datang menggunakan kendaraan pemadam kebakaran, kadang harus mondar-mandir/keluar masuk mengambil air, sehingga perlu jalan yang memadai, keras dan lebar, juga untuk keperluan evakuasi. Untuk itu diperlukan fasilitas : Daun pintu dapat dibuka keluar Pintu dapat dibuka dari dalam tanpa kunci Lebar pintu dapat dilewati 40 orang/menit Bangunan beton strukturnya harus mampu terbakar minimal 7 jam.