ANGGIA PARAMITA PUTI KENCANA, SE, MSM UNIVERSITAS GUNADARMA Ekonomi Manajerial Bab 4 : Analisis Sensitivitas/Elastisitas Permintaan ANGGIA PARAMITA PUTI KENCANA, SE, MSM UNIVERSITAS GUNADARMA
Permintaan dan perilaku Konsumen Inti dari perilaku konsumen adalah teori pilihan (choice theory) Memahami seberapa rasional orang/individu dalam membuat keputusan / memilih Merupakan dasar dari “teori permintaan” Kurva demand Perubahan jumlah barang yg diminta dan permintaan dsb
Teori Pilihan (choice theory) Interaksi antara “preferences” dan “constraints” dalam memutuskan pilihan Preferences/Preferensi = Urutan / daftar keinginan mulai dari yg paling diinginkan hingga yang tidak diinginkan Constraints/Kendala = Keterbatasan/ kendala yg dimiliki seseorang untuk merealisasikan keinginannya tersebut.
(Harga yang harus dibayar) Pleasure (Kepuasan yang diperoleh) Pilihan yg Rasional (Rational Choice) Price (Harga yang harus dibayar) Pleasure (Kepuasan yang diperoleh) Constraint Preferences CHOICE
Utilitas (Utility) Kesenangan / Kepuasan yang diperoleh seseorang dari melakukan kegiatan atau aktivitas ekonomi, seperti konsumsi Utilitas mengacu pada kesenangan atau kegunaan subjektif seseorang dari mengkonsumsi barang atau jasa
Mengukur Utilitas Dua hal yg menyebabkan Utilitas sulit diukur secara langsung: Karena kondisi dunia selalu berfluktuasi sehingga asumsi ceteris paribus seringkali tidak sesuai. Tidak adanya unit pengukuran utilitas yang pasti. Meskipun demikian dimungkinkan untuk menganalisis pilihan tanpa arus mengukur utilitas dengan unit yang tepat.
Ada dua pendekatan Pengukuran Utilitas a. Pendekatan marginal utility Kepuasan (atau utility) setiap konsumen bisa di ukur dengan uang atau dengan satuan lain (utility yang bersifat cardinal) b. Pendekatan indifference kurve Tingkat kepuasan konsumen bisa dikatakan lebih tinggi atau lebih rendah tanpa mengatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (pendekatan Ordinal)
Pendekatan Pengukuran Utilitas Barang Kardinal Ordinal Kopi 100 1 Sirup 50 3 Air Putih 30 4 Teh 75 2
UTILITAS TOTAL & MARGINAL Utilitas TOTAL = Kepuasan/Kesenangan total karena mengkonsumsi suatu produk/barang Utilitas MARGINAL = Tambahan kepuasan/ kesenangan sebagai akibat tambahan konsumsi 1 unit produk/barang
Asumsi Pendekatan Utilitas Marjinal Tingkat Utilitas total yang dicapai seorang konsumen merupakan fungsi dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsinya: Utilitas = U (barang X, barang Y, barang Z,...) Konsumen akan memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada kendala anggarannya. Utilitas diukur secara kardinal Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan menurun. MU adalah perubahan Total Utility (TU) yang disebabkan oleh rambahan satu unit barang yang dikonsumsi, Ceteris Paribus
Asumsi Ceteris Paribus Mengasumsikan bahwa faktor-faktor lain adalah tetap Faktor yang berubah hanyalah faktor yang sedang menjadi fokus pembahasan (dipelajari) Dengan mengasumsikan faktor lain tetap (tidak berubah), maka kita bisa berfokus hanya kepada faktor2 ekonomi yang mempengaruhi perilaku konsumen (consumer behaviour).
Utilitas dari mengkonsumsi dua barang Misalkan kita meng-asumsi-kan bahwa seseorang memperoleh utilitas dari mengkonsumsi dua barang; barang X & barang Y , dapat ditunjukkan dgn persamaan: Hal-hal lain yang ada setelah titik koma (;) diasumsikan tidak berubah.
PENDEKATAN MARGINAL UTILITY
Utilitas Marginal yg semakin menurun (Diminishing Marginal Utility) Hingga suatu titik, tambahan utilitas sebagai akibat tambahan konsumsi 1 unit barang semakin lama akan semakin menurun.
Maksimisasi Utilitas & Equilibrium Jika MUx/Px = MUy/Py Jika kaidah diatas tidak terpenuhi , maka konsumen bisa “mengatur” lagi alokasi pengeluarannya untuk menaikkan tingkat utilitasnya Mux/Px = 10/4 = 2,5 Muy/Py = 5/1 = 5 Jika konsumen menguragi konsumsi barang X sebesar 1 unit, maka konsumsi barang Y akan naik sebesar 4 unit dengan jumlah pengeluaran yang sama. Utilitas akan turun karena penurunan 1 unit barang X tsb sebesar 10 utils (unit utilitas), Utiilitas akan naik 20 utils jika tambahan konsumsu barang X sebesar 4 unit . Total utility konsumen akan naik.
Asumsi Pendekatan Kurva Indiferens Kosumen mendapatan kepuasan atau utilitas lewat barang-barang yang dikonsumsinya U = U (barang X, barang Y, barang z,...) Konsumen akan memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk pada kendala anggaran yang ada Konsumen mempunyai suatu skala preferensi Marginal Rate of Subtitution (MRS) akan menurun setelah melampaui suatu tingkat utilitas tertentu. MRS adalah jumal barang Y yang bisa diganti oleh satu unit barang X, pada tingkat kepuasan yang sama Kurva Indiferens adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumen (pembeli) barang-barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
PENDEKATAN INDIFFERENCE CURVE
Peta Indifferen (Indifference Map) 1 2 3 4 5 6 M Pakaian Makanan B C D Gambar 3 U4 U3 U2 U1 A
Garis Anggaran Garis anggaran (budget line) adalah garis yang menunjukkan jumlah barang yang dapat dibeli dengan sejumlah pendapatan atau anggaran tertentu pada tingkat harga tertentu. Konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada atau sebelah kiri garis anggaran. Titik yang terletak disebelah kiri garis anggaran menunjukkan tingkat pengeluaran lebih rendah. Persamaan garis anggaran : I = X.Px + Y.Py atau Y= {I - (X.Px) }/ Py I = perndapatan atau anggaran konsumen
Garis Anggaran Konsumen (Budget Line)
Konsumsi Optimal Pilihan Konsumen : Seorang konsumen akan memilih sekelompok barang yang memaksimumkan kepuasannya dengan tunduk pada kendala anggarannya. Sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi memiliki 2 syarat: Keadaan tersebut terjadi pada saat kurva indiferens tertinggi bersinggungan dengan garis anggaran Keadaan tersebt akan terjadi pada titik singgung antara kurva indiferens tertinggi dengan garis anggaran Syarat keseimbangan : MRS = Px/Py
Posisi Ekuilibrium dari Titik Singgung 23
ELASTISITAS Sebuah perusahaan harus mengetahui tingkat elastisitas fungsi permintaannya terhadap perubahan dari variabelvariabel yang mempengaruhinya. Beberapa variabel : harga dan biaya Iklan sangat penting untuk diketahui bagaimana pengaruh kedua variabel tersebut jika perusahaan itu ingin menetapkan harga dan besarnya biaya advertensi yang efektif. Variabel-variabel yang lain berada di luar kendali perusahaan, misalnya : pendapatan konsumen harga barang lain yang merupakan saingan, harus diketahui juga pengaruhnya, jika perusahaan itu ingin merespons secara efektif perubahan2 tsb. yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
Pengantisipasian nilai dari variabel-variabel yang berada di luar kendali perusahaan dan penaksiran respons permintaan thd perubahan dari variabel-variabel tersebut merupakan unsur pokok dalam analisis permintaan. Salah satu ukuran derajat kepekaan yang paling sering digunakan dalam analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai “persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar 1 %. Persamaan untuk menghitung elastisitas adalah sbb. : Fungsi Marginal
Elastisitas Titik dan Busur Elastisitas titik : mengukur elastisitas pada suatu titik tertentu. Elastiitas busur: mengukur elastisitas rata-rata pada suatu range tertentu dari sebuah fungsi Elastisitas Hubungan marginal yang tepat pada suatu titik tertentu dalam fungsi tersebut digunakan dalam persamaan elastisitas titik tersebut. Akhirnya, dengan menggunakan huruf Latin: ε (epsilon) sebagai simbol untuk elastisitas titik, kita memperoleh: Dengan kata lain, elastisitas titik ditentukan melalui perkalian antara turunan parsial fungsi permintaan pada suatu titik tertentu dengan perbandingan X/Q pada titik tersebut.
Contoh Misalkan kita ingin menganalisis derajat kepekaan permintaan akan mobil terhadap perubahan biaya advertensi. Q = – 3 P + 1,5 Y + 0,05 N + 1500 C + 0,05 A єA pada permintaan 8.504.500 unit mobil di muka dpt dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Besarnya elastisitas tersebut menunjukkan bahwa : 1 % ΔA Δmobil yang diminta = 0,58 %. (Positif/langsung) Artinya , kalau advertensi meningkat akan meningkatkan permintaan / penjualan Dalam pengambilan keputusan bisnis, para manager seringkali lebih memperhatikan pengaruh perubahan yang relatif besar dari faktor yang mempengaruhi permintaan (misalnya advetensi tersebut), daripada pengaruh dari suatu perubahan yang kecil. Untuk keadaan seperti ini, konsep elastisitas titik mempunyai kelemahan yang cukup berarti.
Untuk menjelaskan masalah ini, perhatikan : - biaya advertensi turun dari Rp100 juta → Rp 50 juta. (semua variabel ceteris paribus) - Untuk biaya Rp100 juta, jumlah permintaan = 8.504.500 unit - Untuk biaya Rp 50 juta, permintaan menjadi turun = 2,5 juta (Rp – 50 juta x 0,05 = – 2,5 juta), sehingga permintaan total = 6.004.000 unit. Dengan menggunakan persamaan di muka untuk menghitung elastisitas titik dari penurunan biaya advertensi dari Rp100 juta menjadi Rp 50 juta tersebut, kita mendapatkan bahwa:
Jadi, єA= 0,58 , jika menggunakan elastisitas titik. Sekarang perhatikan nilai elastiitas yang telah kita hitung tersebut jika kita bergerak dengan arah yang berlawanan artinya susunan datanya kita balik dari 50 juta menjadi 100 juta (kenaikan biaya advertensi) , maka єA tersebut adalah:
Tampak bahwa nilai elastisitas yang ditemukan sangat berbeda Tampak bahwa nilai elastisitas yang ditemukan sangat berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena elastisitas tidaklah konstan. єA = 0,42 tersebut merupakan elastisitas titik yang biaya advertensinya = Rp 50 juta dan jumlah yang diminta adalah sebanyak 6,004.000 unit mobil. Untuk memecahkan masalah perbedaan elastisitas ini, kita gunakan persamaan elastisitas busur (arc elasticity), untuk menghitung elastisitas rata-rata untuk perubahan inkremental (relatif besar) sebagai lawan dari perubahan marginal. Persamaan elastisitas busur tersebut adalah:
Di sini dasar yang digunakan untuk menghitung % perubahan tersebut adalah rata-rata dari dua titik. Penggunaan persamaan elastisitas busur ini menghilangkan masalah pengukuran elastisitas seperti yang diungkapkan di muka. Elastisitas busur untuk biaya advertensi dari Rp 50 juta menjadi Rp100 juta bisa dihitung sebagai berikut:
Jadi, untuk perubahan biaya advertensi rata-rata sebesar 1% dalam kisaran antara Rp 50 juta menjadi Rp100 juta atau dalam kisaran 100 juta ke 50 juta akan menyebabkan perubahan permintaan akan mobil sebesar 0,52 %. Elastisitas titik adalah suatu konsep marginal. Konsep tersebut mengukur elastisitas pada suatu titik tertentu pada sebuah fungsi. Penggunaan yang sebenarnya dari elastisitas titik hanya terbatas untuk menganalisis perubahan variabel yang sangat kecil. Elastisitas busur merupakan konsep yang lebih baik dalam mengukur elastisitas rata-rata sepanjang suatu kisaran yang lebih luas. Oleh karena itu, elastisitas busur ini merupakan alat yang tepat guna untuk analisis inkremental. Konsep ini menunjukkan % perubahan sebuah variabel yang disebabkan oleh 1% perubahan variabel lainnya (umum sifatnya)
Konsep elastisitas ini bisa digunakan untuk : - bidang keuangan, misalnya untuk melihat perubahan penjualan terhadap penerimaan (earning), - memperbandingkan pengaruh perubahan output terhadap biaya
ELASTISITAS HARGA Konsep elastisitas yang paling banyak digunakan adalah elastisitas harga ,yaitu : “elastisitas yang menunjukkan derajat kepekaan jumlah produk yang diminta terhadap perubahan harga”, ceteris paribus. P dan Q adalah harga dan kuantitas pada titik pd kurva
Konsep elastisitas harga (titik) ini bisa dilukiskan dengan mengacu pada persamaan : Q = –3P + 1,5Y + 0,05Pend + 1.500C + 0,05A = -3P + 1,5(17.000.000) + 0,05(l 00.000.000) +1.500(3) + 0,05(100.000.000) = 35.504.500 – 3P Turunan parsial persamaan di atas pada harga adalah: Jika P = Rp 9.000.000, Q1 = 8.504.500 unit Jika P = Rp 9.500.000, Q2 = 7.004.500 unit, maka : (Sebuah konstanta)
Contoh ini menunjukkan bahwa elastisitas harga bervariasi sepanjang kurva permintaan. єp tersebut meningkat pada tingkat harga yang lebih tinggi dan kuantitas yang lebih rendah. (єp ↑→P lebih tinggi) Perhatikan juga bahwa nilai єp ini adalah negatif (terbalik). Maka, dalam contoh tersebut, pada tingkat harga Rp 9 juta, 1% kenaikan/penurunan harga akan meningkatkan /menurunkan kuantitas yang diminta sebesar 3,37 %. Dan pada harga 9,5 juta, 1% kenaikan/penurunan harga akan meningkatkan /menurunkan kuantitas yang diminta sebesar 4,07 %.
Dengan menggunakan rumus elastisitas busur, persamaan untuk elastisitas harga menjadi: Rumus ini secara khusus sangat berguna dalam menganalisis derajat kepekaan rata-rata permintaan terhadap perubahan harga pada suatu kisaran yang cukup besar. Misalnya, elastisitas harga rata-rata dari Rp9 juta menjadi Rp 9,5 juta adalah:
Ini berarti bahwa secara rata-rata, 1 % perubahan harga akan menyebabkan perubahan kuantitas yang diminta sebesar 3,58 % pada tingkat harga antara Rp9 juta sampai Rp9,5 juta.
Hubungan Antara Elastisitas Harga dengan Revenue Salah satu aspek terpenting dari konsep Ep adalah : seberapa besar pengaruh ΔP terhadap TR. Apakah ΔP akan menaikkan TR ΔP akan menurunkanTR ΔP tidak mengubah TR Jika kita memiliki suatu taksiran Ep yang baik, kita akan bisa menaksir secara tepat TR yang baru yang disebabkan oleh terjadinya ΔP . Semuanya ini tergantung pada derajat Ep
Permintaan yang Elastic, Unitary dan Inelastis Elastisitas harga dibedakan menjadi 3 kisaran. |єp > 1| , didefinisikan sebagai permintaan yang elastis Misalnya: єp = –3,2 atau Ієp = 3,2 2. |єp = 1| , didefinisikan sebagai elastisitas unitery Misalnya: єp = –1 atau єp = 1 3. |єp < 1|, didefinisikan sebagai permintaan inelastis . Misalnya: єp = – 0,5 dan єp = 0,5 Hubungannya dengan TR dapat diringkas sebagai berikut: 1. Permintaan yang elastis |єp |> -1. TR naik jika harga turun; TR naik jika harga turun. 2. Elastic uniter |єp | = 1, TR tidak terpengaruh oleh perubahan harga. 3. Permintaan yang inelastis | єp | < -1. TR naik jika harga naik; TR turun jika harga turun.
Hubungan antara TR, MR dan єp - Ketika TR masih menaik, єp nya elastis, dan MR nya positif. Ketika TR menurun, єp nya inelastis, dan MR nya negatif Ketika TR mencapai puncak, єp nya Uniter, dan MR nya nol
Kasus-kasus Perkecualian Єp = 0 Єp ~ Єp Dengan menggunakan formula : , maka P P Q P’ Q Q
Faktor-faktor Penentu Elastisitas Harga Permintaan Industri Mengapa elastisitas harga dari suatu produk lebih tinggi dari produk lainnya? Secara umum, ada 3 alasan untuk membedakan elastisitas harga yaitu: Seberapa jauh suatu barang dianggap sbg kebutuhan pokok Ketersediaan barang-barang pengganti (substitusi), dan Proporsi pendapatan yang dibelanjakan untuk suatu produk tertentu. Barang-barang kebutuhan pokok, seperti garam dan air minum, akan dibeli dalam jumlah yang relatif konstan pada tingkat harga yang wajar. Untuk barang-barang seperti itu tidak ada substitutnya yang bisa menggantikan secara sempurna. Barang-barang lain, misalnya jeruk, walaupun diinginkan tetapi menghadapi persaingan yang lebih tinggi, dan oleh karena itu permintaan akan jeruk akan lebih dipengaruhi oleh harga.
Sama juga halnya, permintaan akan barang-barang yang berharga tinggi (barang mewah) yang membutuhkan porsi pendapatan yang relatif besar dari pendapatan para pembeli, secara relatif akan lebih peka terhadap harga. Pada sisi lain, permintaan akan produk-produk yang tidak begitu mahal, tidak akan begitu peka terhadap harga. Persentase pendapatan yang kecil yang dibelanjakan untuk barangbarang ini menunjukkan bahwa harga barang-barang ini tidak perlu terlampau dirisaukan. Dengan demikian, elastisitas permintaan, secara tipikal, akan lebih tinggi untuk barang-barang yang mahal (superior) daripada barang-barang yang relatif murah. Oleh karena itu. elastisitas harga permintaan akan mobil lebih tinggi daripada elastisitas harga permintaan akan bannya.
(2) Permintaan Perusahaan Apakah elastisitas harga dari kurva permintaan suatu perusahaan sama dengan elastisitas harga dari kurva permintaan industrinya ?. Secara umum, jawabnya adalah "tidak." Dalam monopoli murni, kurva permintaan perusahaan juga merupakan kurva permintaan industrinya. Oleh karena itu, jelas bahwa elastisitas perusahaan tersebut pada setiap tingkat output adalah sama dengan elastisitas industrinya. Perhatikan ekstrim lainnya yaitu persaingan murni (sempurna),
Contoh yang mendekati keadaan tersebut adalah para petani padi Contoh yang mendekati keadaan tersebut adalah para petani padi. Kurva permintaan industri padi berslope menurun: makin rendah harganya, semakin banyak padi yang diminta. Namun demikian, kurva permintaan yang dihadapi petani padi secara individual adalah horisontal. Seorang petani bisa menjual berapapun jumlah padinya pada tingkat harga yang berlaku, tetapi jika ia menaikkan harganya seberapapun kecilnya, padinya tidak akan terjual sama sekali. Kurva permintaan petani padi tersebut, atau setiap perusahaan yang beroperasi dalam persaingan sempurna, bersifat elastis sempurna.
Kegunaan Elastisitas Harga Elastisitas harga sangat berguna untuk berbagai tujuan. Pertama, Untuk mengetahui apakah menaikkan atau menurunkan harga (price policy) sudah tepat bagi perusahaan ? Sebab, dengan menurunkan harga pada saat kondisi inelastis akan meningkatkan biaya ATC atau MC sehingga laba turun secara dramatis. Dan pada saat kondisi elastis perusahaan tidaklah perlu untuk menurunkan harga untuk mengejar laba yang lebih besar. Laba maksimum tergantung pada apakah MR yang dihasilkan oleh penurunan harga tersebut lebih besar daripada MC yang disebabkan oleh tambahan produksi. Elastisitas harga bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan2 seperti ini: Apa pengaruh kenaikan harga sebesar 5 persen terhadap jumlah penjualan? Berapa besar harga harus diturunkan untuk meningkatkan jumlah penjualan sebesar 20 persen? Oleh karena itu perusahaan perlu sekali mengetahui infomasi tentang elastisitas perusahaannya.
Kedua, Krisis enerji yang terjadi pada tahun 1973-1974, ketika terjadi embargo minyak oleh negara-negara Arab, melukiskan arti pentingnya konsep elastisitas harga ini. Pertama, perusahaan-perusahaan listrik di negaranegara maju terpaksa menaikkan harganya (tarif) secara dramatis karena kenaikan biaya bahan bakar yang cepat sekali. Timbul pertanyaan berikutnya (Kedua ): Berapa banyak pengurangan kuantitas yang diminta dan berapa besar penurunan kapasitas pada masa yang akan datang sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar itu; dengan kata lain, berapa elastisitas harga dari listrik? Ketiga, Perusahaan Penerbangan antar domestik di AS dianggap tidak bisa meningkatkan permintaan dalam penebangan . Tapi setelah dicoba , dengan diturunkannya tarif tiket jarak dekat, malah permintaan penerbangan ini sangat elastis, walaupun hanya diberi makanan kacang (snack), malah terjadi persaingan antar perusahaan penerbangan. Hal ini terjadi juga di Indonesia .
ELASTISITAS PENDAPATAN Banyak barang yang permintaannya terutama sekali ditentukan oleh pendapatan(income). Income seringkali sama pentingnya seperti halnya harga,misalnya biaya advertensi, atau variabel-variabel lainnya dalam fungsi permintaan. Hal ini terutama sekali untuk barang mewah (mobil sport, karya seni, permata). Sementara itu pada sisi lain, permintaan akan barang pokok , seperti garam, beras dan roti tidak terlalu peka terhadap peru-bahan pendapatan (Income). Dengan menggunakan persamaan kalkulus untuk elastisitas titik dan, maka elastisitas Income (titik) bisa dituliskan sbb.:
Income dan jumlah penjualan berbanding lurus, maka ∂Q/∂l dan ΣI adalah positif. Untuk produk tertentu, yaitu barang inferior, hal tersebut tidak terjadi. Contoh seperti gaplek atau tiwul, permintaan akan menurun jika Income meningkat, karena konsumen akan mengganti barang tersebut. dengan produk yang lebih mahal. Untuk produk yang permintaannya berhubungan positif dengan Income yang didefinisikan sebagai barang normal atau barang superior. Untuk menghitung elastis Income pada kisaran pendapatan yang besar kita bisa gunakan Model elastisitas busur : Rumus tersebut menunjukkan suatu ukuran derajat kepekaan rata-rata secara relatif dari permintaan akan suatu produk tertentu terhadap Δ Income pada kisaran In-1 sarmpai In.
Hampir semua produk mempunyai elastisitas income yang positif Hampir semua produk mempunyai elastisitas income yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa perekonomian akan berkembang jika income nasional meningkat, yang berarti pula permintaan akan produk-produk tersebut juga akan meningkat. Namun demikian, nilai dari єi ini juga penting. Misalkan єi untuk suatu produk = 0,3. Ini berarti bahwa 1 % kenaikan income akan menyebabkan permintaan akan produk tersebut meningkat sebesar 0,3%. Ini menunjukkan bahwa produk tersebut tidak akan bisa mempertahankan "peranannya" dalam perekonomian. Produk lain mungkin mempunyai elastisitas income sebesar 2,5 kali kenaikan income. Oleh karena itu, jika єi < 1 untuk suatu barang tertentu, maka produsen tidak akan mendapatkan kenaikan yang proporsional atas kenaikan income nasional. Sedangkan jika єi > 1, maka suatu industri tersebut akan memperoleh bagian keuntungan yang lebih besar daripada proporsi kenaikan income nasional.
Keadaan-keadaan tersebut mempunyai implikasi kebijaksanaan, baik bagi perusahaan-perusahaan maupun lembaga-lembaga pemerintah. Perusahaan-perusahaan yang fungsi permintaan-nya mempunyai elastisitas income yang tinggi akan mempunyai peluang untuk tumbuh dengan lebih baik dalam suatu perekono-mian yang sedang berkembang. Oleh karena itu, prakiraan tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan juga berperanan penting dalam sistem perencana-an perusahaan-perusahaan tersebut. Sementara itu, perusahaan -perusahaan yang menghadapi elastisitas income yang rendah tidak akan begitu peka terhadap tingkat kegiatan bisnis.
Elastisitas income yang rendah tersebut mungkin cocok untuk dunia bisnis yang relatif sedikit dipengaruhi oleh kelesuan ekonomi, tetapi karena perusahaan tersebut tidak dapat mengharapkan untuk ambil bagian secara penuh dalam suatu perekonomian yang sedang tumbuh, maka ia berusaha untuk memasuki industri-industri yang memberikan peluang untuk tumbuh secara lebih baik. Elastisitas pendapatan juga bisa memainkan peranan penting dalam kegiatan pemasaran sebuah perusahaan. Jika pendapatan per kapita atau pendapatan rumah tangga merupakan suatu faktor penentu permintaan yang utama untuk suatu produk tertentu. maka hal tersebut bisa mempengaruhi lokasi dan sifat saluran penjualan. Ia juga bisa mempengaruhi biaya iklan dan kegiatan promosi lainnya.
Misalnya, ada banyak perusahaanperusahaan yang memproduksi barang dan jasa dengan єI yang tinggi yang mengandalkan usaha promosinya pada para profesional muda, seperti pada bidang bisnis, hukum dan obat-obatan. Hal tersebut terjadi terutama sekali disebabkan oleh adanya potensi perusahaanperusahaan tersebut untuk meningkat-kan usahanya pada masa depan sehingga pendapatan perusahaan-perusahaan itu meningkat. Pada tingkat nasional, konsep elastisitas pendapatan ini mempunyai peranan penting dalam beberapa bidang utama. Misalnya, sektor pertanian mempunyai permasalahan yang berkepanjangan karena elastisitas pendapatan untuk beberapa produk pertanian besarnya lebih kecil dari satu. Kenyataan ini telah mempersulit para petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.
ELASTISITAS SILANG Permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga-harga barang lainnya. Misalnya : PRinso↑→DSurf↑ (Positif) Hubungan langsung ini terjadi untuk semua produk (substitutif). Sementara itu untuk barang yang komplementer berhubungan secara negatif. Konsep “elastisitas (harga) silang” ini digunakan untuk melihat derajat kepekaan dari permintaan akan suatu produk terhadap perubahan harga produk lainnya. Yang rumusnya ini (titik): di mana X dan Y adalah dua barang yang berbeda
Elastisitas silang (busur) bisa diperoleh dengan cara yang sama seperti yang sudah dijelaskan untuk elastisitas harga dan pendapatan di muka. Sekali lagi, untuk barang substitusi koefisian Elastisitasnya negatif, untuk barang komplementer koefisiennya positif, sedang untuk barang-barang yang tidak berhubungan sama sekali, koefisiennya elastisitas silangnya = 0, artinya perubahan harga suatu barang tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan akan barang lainnya.
Kita bisa menggambarkan konsep elastisitas silang ini dengan memperhatikan fungsi permintaan akan barang Y berikut ini: QY = f(PW , PX, PY, PZ, I) Di sini Qy =kuantitas Y yang diminta; PW,PX,PY,dan Pz adalah harga barang W, X, Y dan Z ; I adalah pendapatan disposibel. Untuk penyederhanaan, anggap bahwa hanya variabel-variabel tersebut yang mempengaruhi Qy dan parameter-parameter persamaan permintaan tersebut telah ditaksir sebagai berikut : QY= 5.000 – 0,3PW + 0,2PX –0,5PY + 0,000001 PZ + 0,0037 I
Karena P dan Q selalu positif, maka perbandingan Pw/QY, PX/QY Pz/QY Oleh karena itu, tanda dari ketiga elastisitas silang pada contoh tersebut ditentukan oleh turunan-turunan parsialnya. juga selalu positif. maka barang W dan barang Y adalah berhubungan substitutif. maka barang X dan Y adalah berhubungan komplementer. selama perbandingan PZ /Q Y tidak terlampau besar, maka barang Z dan barang Y adalah independen.
Konsep elastisitas silang ini digunakan untuk dua tujuan utama. Pertama, Konsep ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui bagaimana kemungkinan permintaan akan produk-nya dalam merespons perubahan harga barang-barang lain. Informasi ini diperlukan untuk merumuskan strategi penetapan harga dan untuk menganalisis risiko yang disebabkan oleh produk yang bermacammacam. Ini penting sekali terutama bagi perusahaan yang mempunyai line produk yang luas, di mana hubungan substitusi dan komplementer terjadi antara berbagai macam produk tersebut.
Kedua, Elastisitas silang ini digunakan dalam sektor industri untuk mengukur keterkaitan antar industri. Misalnya suatu perusahaan mungkin muncul untuk menguasai suatu pasar tertentu, ia merupakan satu-satunya pemasok (supplier) sesuatu barang di pasar tersebut. Namun demikian, jika nilai elastisitas silang antara produk perusahaan tersebut dengan produkproduk industri lainnya yang berhubungan adalah besar dan positif, maka walaupun perusahaan tersebut tampaknya seperti monopolis, perusahaan tersebut tidak akan bisa menaikkan harganya tanpa mengalami penurunan jumlah penjualannya. Penurunan jumlah penjualan perusa-haan tersebut akan dipasok oleh perusahaan-perusahaan lainnya yang memproduksi produk-produk substitutnya.
PENGARUH WAKTU TERHADAP ELASTISITAS Waktu merupakan faktor penting dalam analisis permintaan. Salah satu karakteristik waktu dari permintaan adalah kurangnya respons yang seketika (instantaneous) di pasar. Konsumen seringkali bereaksi terlambat terhadap perubahan dan keadaanI lainnya di pasar. Untuk melukiskan pengaruh yang terlambat (delayed) atau tertinggal (lagged) ini, perhatikan permintaan akan tenaga listrik. Misalkan perusahaan listrik menaikkan tarifnya sebesar 30 persen. Dalam jangka waktu yang sangat pendek pengaruh tersebut sangat kecil. Para pelanggan listrik mungkin akan mengurangi pemakaian lampu yang tidak diperlukan, tetapi permintaan total akan listrik, yang sangat tergantung pada alat-alat listrik yang dimiliki para pelanggan listrik dan pada peralatan yang digunakan oleh sektor industri dan komersial tersebut, tidak terpengaruh banyak. Harga-harga akan naik dan kuantitas yang diminta tidak akan turun banyak, oleh karena itu TR akan meningkat cukup tinggi.
Dengan kata lain, permintaan jangka pendek akan tenaga listrik secara relatif inelastic. Namun demikian, dalam jangka waktu yang lebih panjang, kenaikan tarif listrik tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar. Penduduk akan mengurangi pembelian AC (air conditioner), lemari es dan alat-alat listrik lainnya. Dan alat-alat listrik yang akan dibeli adalah yang lebih hemat energi. Tindakan-tindakan tersebut akan mengurangi permintaan akan tenaga listrik. Sama juga halnya, sektor industri akan beralih ke sumbersumber energi lainnya, akan menggunakan teknologi produksi yang hemat energi, atau akan berpindah ke daerah-daerah yang tarif listriknya lebih murah. Oleh karena itu, pengaruh akhir dari kenaikan harga tersebut terhadap permintaan akan tenaga listrik mungkin cukup besar. Tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama sebelum dampak tersebut secara penuh terasa. Fenomena elastisitas jangka panjang yang lebih besar dari elastisitas jangka pendek ini terjadi untuk hampir semua faktorfaktor yang menentukan permintaan.
Elastisitas harga untuk produk permintaan turunan Fungsi permintaan dari beberapa barang biasanya memasukkan salah satu variabel independen dari fungsi permintaan akan produk lainnya. Hubungan ini menunjukkan bahwa kuantitas barang yang dibeli diturunkan dari permintaan akan barang lainnya, oleh karena itu kita menggunakan istilah permintaan turunan untuk menunjukkan hubungan seperti ini. Jumlah kredit perumahan atau mobil tidak secara langsung bisa ditentukan, karena jumlah tersebut diturunkan dari permintaan akan rumah atau mobil. Demikian pula halnya dengan permintaan akan jasa angkutan ke daerah-daerah wisata, juga bukanlah suatu permintaan langsung, tetapi diturunkan dari permintaan akan rekreasi. Meskipun permintaan akan barang-barang konsumsi (produk-produk akhir) bisa atau tidak merupakan permintaan turunan, tetapi permintaan akan semua barang-barang produktif (produk-produk yang digunakan dalarn industri pengolahan untuk konsurnsi akhir) adalah permintaan turunan.
Permintaan agregat akan barang-barang konsurnsi menentukan permintaan akan peralatan-peralatan modal, bahan-bahan baku, tenaga kerja dan energi yang digunalkan untuk mengolah barang-barang konsurnsi tersebut. Misalnya, permintaan akan baja, alumuniurn dan plastik, sernuanya merupakan permintaan turunan. Sama halnya dengan peralatan mesin dan tenaga kerja. Tidak satu pun dari barang-barang produksi tersebut yang diminta karena nilai langsungnya bagi konsumen, tetapi oleh karena peranan dari permintaan turunan tersebut dalarn proses produksi barang dan jasa. Seperti telah dijelaskan di muka, permintaan akan barang-barang produktif tergantung dengan permintaanakan produk-produk akhir yang akan diproduksi. Oleh karena itu, analisis tentang permintaan akan produk- produk akhir merupakan bagian penting dari analisis permintaan akan barang-barang anti"atau produktif. Hubunga ini tidak secara langsung.
Misalnya, permintaan akan produk-produk akhir Misalnya, permintaan akan produk-produk akhir. Hal ini terjadi karena barang antara tersebut hanya mewakili satu input dalarn proses produksi, kecuali kalau biaya input tersebut merupakan bagian yang terbesar dari biaya total untuk menghasilkan produk akhir, maka setiap persentase perubahan harga barang antara tersebut akan mengakibatkan persentase perubahan biaya (harga) produk akhir lebih kecil. Hubungan ini bisa digambarkan dengan melihat permintaan akan sejenis cat yang khusus digunalkan untulk mengecat mobil. Biaya total pembuatan mobil merk Cennacar (misal) adalah Rpl 0.000.000,00 dan sebanyak Rp500.00O,OO dari biaya total tersebut digunakan untuk cat. Misalkan harga cat tersebut naik dua kali lipat (naik sebesar 100 persen) maka sekarang dibutuhkan uang sebanyak Rp1.000.000.00 untuk setiap unit mobil yang diproduksi.
Pada keadaan ini, biaya total produk akhir terse-but, dan mungkinjuga harganya, akan meningkat sebesar5 persen (500.000/ 10.000.000 = 0,05). Jika elastisitas harga permintaan akan mobil sebesar -2,5, maka kenaikan harga sebesar 5 persen ini akan menurunkan permintaan akhir sebesar 12,5 persen. Dengan menganggap bahwa jumlah cat khusus yang dibutuhkan untuk setiap mobil adalah tetap dan tidak ada barang substitusinya, maka kenaikan harga cat tersebut sebesar 100 % hanya akan mengakibatkan penurunan permintaan akan cat tersebut hanya sebesar 12,5%. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa elastisitas harga'adalah -0,125 (-12,5/100=-0,125=Ep). Dengan kata lain, 1 % kenaikan harga cat tersebut akan mengakibatkan permintaan akan cat itu turun hanya sebesar 0,125 %. Permintaan akan cat tersebut tidak elastis walaupun permintaan akan produk akhirnya cukup elastis.