Created by: Agus Nofal( ) Eny Sri Wiji Astuty( ) Ponirin( ) Masalah Lintasan Terpendek.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Teori Graf – Matematika Diskrit
Advertisements

FUNGSI KUADRAT.
Graph Traversals (Penelusuran Graph)
SISTEM KOORDINAT.
Matematika Dasar Oleh Ir. Dra. Wartini, M.Pd.
SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV)
PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
Jumat, 07 April 2017 Teorema Ramsey
PERTEMUAN 14 POHON (TREE).
Graf Berarah PART 5 DOSEN : AHMAD APANDI, ST.
TEORI GRAF Oleh : Yohana N, S.Kom.
GRAF TIDAK BERARAH PART 2 Dosen : Ahmad Apandi, ST
Pelabelan Total (a,d) Sisi Anti-ajaib
P O H O N.
GRAPH EULER DAN PERMASALAHAN TUKANG POS
Masalah, Ruang Keadaan, dan Pencarian
BAB 8 GRAF.
2.1 Bidang Bilangan dan Grafik Persamaan
BAB VIII G R A F.
Disusun oleh: 1.Dini Rahmawati( ) 2.Rista Tri R( ) 3.Diannesti Mumpuni ( ) 4.Chairrunisa Fandyasari ( ) JURUSAN MATEMATIKA.
TEORI GRAF.
APLIKASI GRAF.
Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diskrit
Bilangan Real Himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan yang merupakan gabungan dari himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional Himpunan.
Penyelidikan Operasi Penyelesaian Numerik
Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diskrit
Graf Berarah / DIGRAPH PART 5 DOSEN : AHMAD APANDI, ST.
Bahan Kuliah IF2151 Matematika Diskrit
TEORI GRAPH (LANJUTAN)
Bahan Kuliah IF2211 Strategi Algoritma
Graf Berlabel Graf Euler Graf Hamilton
SISTEM PERSAMAAN LINIER
Bahan Kuliah IF2151 Matematika Diskrit
Design and Analysis Algorithm
GRAF TIDAK BERARAH PART 2 Dosen : Ahmad Apandi, ST
X O Y y = - (x + 2)2 Grafik Fungsi Kuadrat.
PENYELESAIAN PERSAMAAN KUADRAT BY : SRI LESTARI
Bilangan Real.
Matematika Diskrit Semester Ganjil TA Short Path.
BAB 10: Short Path Matematika Diskrit DU1023 Heru Nugroho, S.Si., M.T.
Oleh : Devie Rosa Anamisa
STRUKTUR DATA Struktur Data Graf.
Trees Directed Graph Algoritma Dijkstra
ALGORITMA GRAF.
GRAF (Bab 9) Informatics Engineering Department TRUNOJOYO UNIVERSITY
Model Jaringan.
Graf pohon.
Graf (bagian 2) Oleh: Taufik Hidayat Struktur Diskrit.
POHON DAN APLIKASI GRAF
Ndaaaaah.blogspot.com.
Graf By Serdiwansyah N. A..
BAB 4 PERTIDAKSAMAAN.
Sifat Sifat Bilangan Real
BAB III LIMIT dan kekontinuan
Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diskrit
Algoritma dan Struktur Data
Pertemuan – 13 GRAF.
Pertemuan 2 – Pendahuluan 2
Graph Coloring.
Teori Bahasa Otomata (1) 2. Searching
Jenis-jenis Graf Tertentu Oleh: Mulyono & Isnaini Rosyida
Oleh: Mulyono & Isnaini Rosyida
Bahan Kuliah IF2091 Struktur Diskrit
Bahan Kuliah Matematika Diskrit
Pertidaksamaan Linear
PENDAHULUAN KALKULUS yogo Dwi prasetyo, m. SI. prodi teknik industri dan rpl [ref : calculus (Purcell, Varberg, and rigdon)]
Konsep Nilai Mutlak OLEH Agil Ari W, S.Pd.
PROGRAM LINEAR Tugas Matematika Kelompok1B XI MIA 5 1.
Logika Matematika/DPH1A3
Graf dan Analisa Algoritma
Transcript presentasi:

Created by: Agus Nofal( ) Eny Sri Wiji Astuty( ) Ponirin( ) Masalah Lintasan Terpendek

Teknik BFS ( The Breadth First Search ) Diberikan graf G dan s, t adalah dua verteks khusus dari G. Kita akan mendeskripsikan suatu metode untuk menemukan lintasan dari s ke t, jika terdapat sembarang bilangan terkecil yang digunakan pada sisi-sisi tersebut, sehingga jika lintasan tersebut ada maka disebut dengan lintasan terpendek dari s ke t. Metode ini menggunakan tanda yang berlabel 0, 1, 2,..,untuk pada verteks-verteks dari G dan disebut dengan teknik BFS.

Teknik BFS ( The Breadth First Search ) Langkah-langkah Teknik BFS: s ke t Langkah 1. Beri label verteks s dengan 0. labelkan i = 0 Langkah 2. Temukan semua verteks yang belum dilabelkan dalam G yang bertetangga dengan verteks yang dilabelkan dengan i. Jika tidak terdapat verteks yang bertetangga maka s tidak terhubung dengan suatu lintasan) jika ada verteks yang terhubung dan bertetangga dengan s, labelkan dengan i+1. Langkah 3. Jika t telah dilabelkan, masuk ke langkah 4, jika tidak, naikkan i menjadi i+1 dan kembali ke langkah 2. Langkah 4. Panjang lintasan terpendek dari s ke t adalah i+1. Berhenti.

Teknik BFS ( The Breadth First Search ) 1.s dilabelkan degan 0, label i = 0, 2.kemudian a, b, dan c, dilabelkan dengan (i + 1) = 0 +1 = 1), 3.Belum sampai t, i menjadi (i + 1) = (0+1) = 1 2 dan d dilabelkan dengan(i + 1) = 1 +1 = 2 3 Belum sampai t, i menjadi (i + 1) = (1+1) = 2 Tetapi sekarang terdapat verteks yang bertetangga dengan d tidak dapat dilabelkan, sehingga pemberian label pada verteks hanya sampai pada angka 2. Karena hanya sampai pada langkah ke-2 maka kita simpulkan bahwa tidak terdapat lintasan dari s ke t. s a b c d e t f

Teknik BFS ( The Breadth First Search ) Pertama kita beri label s dengan 0. Kemudian a dan f dilabelkan dengan 1. Kemudian b, d, e dilabelkan dengan 2. Kemudian c dan t dilabelkan dengan 3. Panjang lintasan terpendek dari s ke t adalah 3. s a f d b c t e

Teknik BFS ( The Breadth First Search ) Bukti

Algoritma Back Tracking Untuk Suatu Lintasan Terpendek Langkah-langkah Algoritma Back Tracking Untuk Suatu Lintasan Terpendek: Langkah 1. Langkah 1. Himpunan i = λ( t ) dan tandai v i =t Langkah 2. Temukan suatu verteks u yang bertetangga dengan v i dan dengan λ( u ) =i-1. Tandai v i-1 =u Langkah 3. Jika i = 1, berhenti. Jika tidak kurangkan i ke i – 1 dan kembali ke langkah ke 2.

Algoritma Back Tracking Untuk Suatu Lintasan Terpendek Contoh Kita mempunyai λ( t ) =3 maka kita mulai dengan i = 3 dan v 3 =t (langkah 1). Kemudian kita dapat memilih e yang bertetangga dengan v 3 = t dan tandai λ( e ) = 2 dan tandai v 2 = e. Kemudian kita dapat memilih f yang bertetangga dengan v 2 =e dengan λ( f ) = 1 dan tandai v 1 = f. akhirnya kita dapat mengambil s yang bertetangga dengan f dengan λ( s ) = 0 dan tandai v 0 = s. Hal ini memberikan lintasan terpendek dari s ke t, yaitu s f e t. s a f d b c t e

Algoritma Back Tracking Untuk jumlah Lintasan Terpendek Suatu tambahan pemberian label ditandai dengan suatu label μ(v) untuk setiap verteks v yang telah dilabelkan dalam algoritma BFS dalam suatu cara Back Tracking, menghasilkan μ(s) yang adalah jumlah lintasan terpendek s ke t.

Algoritma Back Tracking Untuk Bilangan pada Lintasan Terpendek

Algoritma Back Tracking Untuk jumlah Lintasan Terpendek Contoh Tentukan jumlah lintasan terpendek dari s ke t. s a f d b c t e

Algoritma Back Tracking Untuk banyaknya Lintasan Terpendek

Algoritma Back Tracking Untuk Bilangan pada Lintasan Terpendek

Algoritma Djikstra

Contoh Tentukan lintasan terpendek dari s ke t. s a b t d c Penyelesaian

Algoritma Djikstra Di dalam algoritma Dijkstra, jika pada beberapa kasus λ( v ) terbatas untuk titik v maka terdapat sebuah lintasan dari s ke v dimana panjangnya adalah λ( v ). Teorema 2.17 Bukti

Untuk kasus yang kedua dari pembuktian yang kita punya, untuk sebarang titik v, δ(v) merupakan panjang dari sebuah lintasan dari s ke v (δ(v) adalah jarak dari s ke v), pengambilan δ(v) = ∞ dilakukan jika tidak ada lintasan dari s ke v.

Algoritma Djikstra Di dalam algoritma Dijkstra ketika sebuah titik u dipilih di dalam langkah 2 labelnya λ( u ) mempunyai nilai δ( u ). (Khususnya, pada saat algoritma berhenti λ( t ) = δ( t ).) Teorema 2.18 Bukti

Titik Potong Titik v dari grap G disebut titik pemisah dari G jika ω( G-v )> ω( G ). Definisi

Titik Pemisah Contoh v G1G1 G 1 memiliki titik pemisah, yaitu titik v. ω( G 1 )=1 ω( G 1 -v )=3 ω( G 1 -v )> ω( G 1 ) G 1 -v

Titik Pemisah Contoh v G2G2 G2-vG2-v ω( G 2 )=1 ω( G 2 -v )=1 ω( G 2 -v )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh s G2G2 G2-sG2-s ω( G 2 )=1 ω( G 2 -s )=1 ω( G 2 -s )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh t G2G2 G2-tG2-t ω( G 2 )=1 ω( G 2 -t )=1 ω( G 2 -t )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh u G2G2 G2-uG2-u ω( G 2 )=1 ω( G 2 -u )=1 ω( G 2 -u )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh w G2G2 G2-wG2-w ω( G 2 )=1 ω( G 2 -w )=1 ω( G 2 -w )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh G2G2 r G2-rG2-r ω( G 2 )=1 ω( G 2 -r )=1 ω( G 2 -r )=ω( G 2 )

Titik Pemisah Contoh Jadi, G 2 tidak memiliki titik pemisah. G2G2

Titik Pemisah Misalkan v adalah sebuah titik dari grap terhubung G. v adalah titik pemisah dari G jika dan hanya jika terdapat dua titik u dan w dari G, yang keduanya berbeda dengan v, sehingga v terletak pada setiap lintasan u-w di G. Teorema 2.19

Titik Pemisah Misalkan G adalah grap dengan n titik, dimana n ≥ 2. Maka G mempunyai paling sedikit dua titik yang bukan merupakan titik pemisah. Teorema 2.20

Titik Penghubung Misalkan G grap sederhana. Titik penghubung dari G, dilambangkan dengan ҡ( G ), adalah jumlah terkecil dari titik di G yang pengahpusannya dari G menyebabkan sebuah grap tak terhubung atau K 1. Definisi

Titik Penghubung Contoh Untuk n ≥ 2 penghapusan setiap titik dari hasil K n di K n-1 dan secara umum penghapusan titik t (di mana t < n) menghasilkan K n-t. Ini menunjukkan bahwa K (K n ) = n-1. G3G3 G4G4

Titik Penghubung Juga mudah untuk melihat bahwa graf G terhubung memiliki K (G) = 1 jika dan hanya jika tiap G = K 2 atau G memiliki titik pemisah. Apalagi K (G) = 0 jika dan hanya jika tiap G = K 1 atau G terputus. Grap sederhana G disebut n-terhubung (di mana n ≥1) jika K (G) ≥ n Berikut bahwa G adalah 1-terhubung jika dan hanya jika G terhubung dan memiliki setidaknya dua simpul. Selain itu G adalah 2-terhubung jika dan hanya jika G terhubung dengan setidaknya tiga simpul tetapi tidak ada titik pemisah. Kita menyelesaikan bab ini dengan karakterisasi 2 - grap terhubung Whitney (64).

Titik Penghubung Misalkan u dan v adalah dua simpul dari G. kumpulan grap ({P 1,..., P (n) } dari lintasan u - v dikatakan internal disjoint jika, diberi pasangan berbeda P (i) dan P (j) dalam kumpulan, u dan v adalah satu-satunya titik P (i) dan P (j) memiliki kesamaan.

Titik Penghubung Misalkan G adalah sebuah grap sederhana dengan paling sedikit 3 titik. Kemudian G adalah 2-koneksi jika dan hanya jika untuk setiap pasangan pada titik berbeda u dan v pada G terdapat sepasang internal beririsan u – v di lintasan G. Theorema 2.21 ( Whitney, 1932)

Titik Penghubung Misalkan u dan v adalah dua titik dari grafik 2-terhubung G. maka ada siklus C pada G melewati kedua u dan v. Konsekuensi 2.22

Thank You “The important thing is not to stop questioning.” -Albert Einstein