Soft System Methodology

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Kerangka Kerja Kompetensi TIK untuk Guru
Advertisements

Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja Kabinet Indonesia Bersatu II Hak Cipta © 2010 oleh Penyelarasan Pendidikan dan Dunia Kerja.
Kerangka Kerja Penyelarasan Pendidikan dengan Dunia Kerja
DELAPAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN RASIONAL KURIKULUM.
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran diperguruan tinggi?
GRAND DESAIN SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
STANDAR 2.
Jumpa lagi KKG BERMUTU Sabtu,23 oktober Kegiatan Belajar 1 pendahuluan.
KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)
Chapter 1 Sekolah sebagai sistem sosial
Suatu upaya untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuannya, sekolah khususnya serta.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SEMINAR SAP DAN GBPP PHP-PTS INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA
7. Pemodelan Sistem Bisnis
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)
RANCANGAN DAN PERENCANAAN EVALUASI PROGRAM
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesi Universitas Sarswati Bali
KEBIJAKAN PENELITIAN DISERTASI
ARAHAN SEKDITJEN KSDAE REKONSILIASI PENDATAAN BIDANG KSDAE TAHUN 2016
PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ADMINISTRASI PEMERINTAHAN A. Latar belakang Tujuan kebijakan Reformasi Birokrasi di Indonesia adalah untuk.
SKL, KI, KD, dan Indikator Pencapaian Kompetensi
DATA POKOK PENDIDIK (DAPODIK) PAUDNI
PERENCANAAN KURIKULUM
Peran Guru TIK pada Kurikulum 2013
PEMBEKALAN PROGRAM QUALITY ASSURANCE LPMP SULAWESI SELATAN 2009.
SEMINAR NASIONAL PERUMUSAN RENCANA AKSI PELESTRAIAN KERIS INDONESIA
MODUL I KONSEP DASAR PRODUKTIVITAS
BIMBINGAN TEKNIS FASILITATOR DAERAH SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL
POKOK PEMBAHASAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
AIPT Standar 2. Tata Pamong, KEPEMIMPINAN, SISTEM Pengelolaan, DAN Penjaminan Mutu (BY DR. ISLAHUZZAMAN, SE., MSI., AK., CA) HP
OVERVIEW PELATIHAN REVOLUSI MENTAL UNTUK PELAYANAN PUBLIK
BAHAN KULIAH HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH FAKULTAS HUKUM UII 2016
Analisis KONTEKS SERI PETUNJUK TEKNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
DESENTRALISASI SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BAB 6 PERENCANAAN 1. PERENCANAAN 2. PROSES PERENCANAAN 3. PERENCANAAN SITUASIONAL 4. PERENCANAAN DAN TINGKATAN MANAJEMEN 5. HAMBATAN DAN PEMECAHAN MASALAH.
SOSIALISASI INSTRUMEN BUKU TEKS PELAJARAN TIK. SOSIALISASI INSTRUMEN BUKU TEKS PELAJARAN TIK.
STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Metodologi Penelitian
BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
KEGIATAN KEILMUAN SEBAGAI SUATU PROSES
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
PTK KELOMPOK 3 6F PGSD Nama kelompok: Marisa Ulfa R ( )
UNDANG–UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Kebijakan Pendataan Dapodikdasmen
METODE PENELITIAN ILMIAH
Tahap Pembangunan Sistem E-Bisnis
MASALAH PENELITIAN SUMBER MASALAH: SARAN DOSEN, PENELITI SENIOR
Standar Nasional Pendidikan (UU No. 20/2003 dan PP No. 19/2005)
KESEKRETARIATAN MANAJEMEN WAKTU EFISIEN DAN EFEKTIF.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN LESSON STUDY
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (SPMP)
PEDOMAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) OLEH : HARIYANI,S.PD SMK NEGERI 1 BENGKAYANG.
Manager dan Pengelolaannya
Manager dan Pengelolaannya
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Badan kepegawaian DAERAH kota surabaya
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
Badan Standardisasi Nasional
PENYUSUNAN PROGRAM PELATIHAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN.
MANAJEMEN SEKOLAH DI SUSUN OLEH : KOKOM KOMARIAH.
PELATIHAN DASAR TEKNIS BIDANG SUMBER DAYA AIR
Hubungan antara SN-Dikti dengan Kriteria Akreditasi
SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SOSIALISASI Disampaikan pada: Kegiatan Sosialisasi SPMI Diknas Kab. Kepulauan Sula Oleh: Sulman Sibela, S.Pd KEMENTERIAN.
Transcript presentasi:

Soft System Methodology Disampaikan pada kegiatan : Pelatihan Metodologi Penelitian Bagi Dosen Universitas Sahid Jakarta, 29 Maret 2017

Soft System Methodology Sebuah pendekatan holistik dalam melihat aspek-aspek riil dan konseptual di masyarakat. SSM melihat setiap yang terjadi sebagai Humas Activity System, karena serangkaian aktivitas manusia dapat disebut sebagai sebuah sistem (Nandish, 1995), yaitu setiap aktivitas-aktivitas tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu ikatan. Cara berpikir sistem : Hard : masalah yang tampak nyata, dapat dirumuskan dengan jelas Soft : masalah tidak dapat diformulasikan atau dinyatakan dengan tepat, dan seringkali masalah tersebut hanya merupakan isu yang membutuhkan perhatian

Soft System Methodology Hard system methodology mampu menjawab persoalan di tataran terstruktur Soft System Methodology dapat digunakan ketika pendekatan mekanikal tidak bisa menjelaskan secara utuh realitas dunia nyata. SSM : metode yang unik karena dapat digunakan untuk menganalisa berbagai situasi riil, kompleks serta komseptual paradigmatik di lingkungan sosial, ekonomi, politik atau pada tataran kebijakan sekalipun (situasi soft) (Hidayatullah, 2011)

Perbedaan antara SSM dengan riset kualitatif Dalam debating dan concluding, praktisi SSM membuat alat bantu terlebih dahulu yaitu dalam bentuk Conceptual Model (CM) Praktisi riset kualitatif cukup story telling dan sudah berani mengambil kesimpulan. Alat bantu yang dapat digunakan selain CM misalnya AHP, ISM, sistem dinamis, dll dalam memasuki dan melewati tahap 5 dan 6 (SSM based multimethodology)

Soft System Methodology (Checkland dan Poulter , 2006) Proses mencari tau yang berorientasi aksi atas situasi problematis dari kehidupan nyata sehari-hari; para pengguna SSM melakukan pembelajaran yang dimulai dari menemukenali situasi sampai merumuskan dan atau mengambil tindakan guna memperbaiki situasi problematis tersebut. Proses pembelajaran terjadi melalui proses yang terorganisir dimana situasi nyata dieksplorasi dengan menggunakan alat intelektual –yang memungkinkan terjadinya eksekusi yang terarah-yang disebut sejumlah model aktivitas yang punya maksud yang dibangun berdasarkan sejumlah sudut pandang (worldview) yang murni

Soft System Methodology SSM selalu bergerak dari dua level yaitu reality dan actuality Tahap 1, 2, 5 dan 6 : reality Tahap 3 dan 4 : actuality (tidak boleh ada study literatur maupun metode) karena merupakan tahap mengkonstruksikan semua data dari dunia nyata (reality) ke dalam otak kita (menjadi actuality) atau system thinking about reality/actuality

SSM Pengolahan data dengan otak kita (SSM ada di tahap 3 dan 4) Pikiran kita mengkonstruksikan seluruh data dari dunia nyata yang diperoleh pada tahap 1 dan 2 menjadi alat intelektual yang disebut konseptual model. Minum kopi : reality Membayangkan minum kopi : aktuality SSM bukan tujuan tapi alat Tujuan penelitian : kesimpulan tahap 5 dan 6

SSM – overview (seven stage model) situation considered problematic problem expressed real world systems thinking about real world conceptual models of systems described in root definitions 4 comparison of models and real world 5 6 changes: systemically desirable, culturally feasible 7 action to improve the problem situation 3 root definition of relevant systems 2 1 source: Checkland: Systems Thinking, Systems Practice

7 Tahapan SSM Tahap 1. Situation Considered Problematic Bisa dilakukan bersamaan Tahap 2. Problem Situation Expressed Rich Picture : Teknik :Brainstorming, story board, paper-based prototype Penyajian struktur, proses, hubungan antar struktur dan pokok perhatian (concern)

7 Tahapan SSM Tahap 3. Root Definition (RD) Of Relevant Systems Alat untuk membuat konseptual model Memilih dan memberi nama sebuah Human Activity System (HAS) atau RD dilakukan dengan teknik PQR (Mengerjakan P dengan Q untuk mewujudkan R) PQR menjawab prtanyaan What, How, Why terkait proses transformasi Dimatangkan dan difinalkan dengan CATWOE Dilanjutkan dengan pertanyaan kriteria pengukuran kinerja (3 E atau 5 E)

7 Tahapan SSM CATWOE Tahap 3. Root Definition (RD) Of Relevant Systems Urutan pengerjaan CATWOE : Kerjakan T terlebih dahulu Mengapa T penting maka di justifikasi oleh W Siapa yang melakukan T adalah Actor (A) Siapa C (Customernya)? Siapa O (ownernya)? Konstrain yang membatasi T adalah E

7 Tahapan SSM Tahap 3. Root Definition (RD) Of Relevant Systems Kriteria pengukuran kinerja Efficacy Efficiency Effectiveness Elegance Ethicality

7 Tahapan SSM Tahap 4. Conceptual Models Of Systems Described In Root Definitions Membuat CM dari HAS yang sudah dipilih dan diberi nama di tahap 3, digunakan dasar : Teori Data yang sudah diambil dari dunia nyata Logika peneliti

7 Tahapan SSM Tahap 4. Conceptual Models Of Systems Described In Root Definitions Model konseptual bukan model berupa hubungan antar variabel seperti dalam metode kuantitatif maupun sistem dinamis. CM berisi activity (purposeful activity) Ideal type (menurut weber) Jumlah model konseptual : 7± 2 Validasi model konseptual : 3E atau 5E

7 Tahapan SSM Tahap 4. Conceptual Models Of Systems Described In Root Definitions Dibuat sebagai alat intelektual bagi peneliti, sebagai alat bantu supaya peneliti lebih cermat, mendalam dan lengkap dalam memahami dunia nyata. CM dipakai untuk tahap comparing, debating dan discussion (Tahap 5) dan tahap conclusion and recommendation (tahap 6) Prinsip membuat konseptual model : a. Reality/data b. Teoritical framework/Teori c. Logic (Activity apa saja yang logic tapi berbasis data dan teori)

7 Tahapan SSM Tahap 5. Comparison Of Models And Real World Kaidah membandingkan Kaidah membandingkan : Apakah kegiatan-kegiatan di dalam model tersebut juga terjadi di dalam situasi dunia nyata? Siapa saja yang melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Kapan kegiatan tersebut dilaksanakan? Siapa lagi yang dapat melakukan kegiatan-kegiatan tersebut? Bagaimana cara lain yang mungkin untuk melakukan kegiatan-kegiatan tersebut?

7 Tahapan SSM Tahap 6. Changes: systemically Desirable,culturally Feasible Diperoleh dari akomodasi atas pandangan orang-orang dengan beragam sudut pandang dan pendapat Memenuhi syarat : 1. dapat diterima argumennya/cocok dengan sistem aktivitas manusia 2. dapat dimungkinkan secara kultural 3 aspek yang dipertimbangkan untuk perbaikan, penyempurnaan, atau perubahan Perubahan terkait dengan struktur Perubahan terkait dengan proses Perubahan terkait dengan sikap

7 Tahapan SSM Tahap 7. Action To Improve The Problem Situation Dilakukan berdasarkan rumusan saran langkah tindakan sebagaimana tahap 6

Contoh Aplikasi SSM

Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 3

Tahap 3

Tahap 3

Tahap 4

Tahap 5

Tahap 6

Rich Picture Kemendikbud

Root Definition Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (O) mewujudkan sistem pendidikan untuk kepentingan nasional (W) yang mengintegrasikan upaya pembinaan karakter dan pengembangan kompetensi (T) dari Peserta Didik, Pendidik, Tenaga Pendidikan ( C ) pada pendidikan formal, informal dan non formal melalui mekanisme birokrasi yang efektif dan efisien (E) serta koordinasi kelembagaan di pusat dan daerah (A) terkait mutu dan standardisasi kurikulum, standardisasi lulusan, distribusi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana serta evaluasi proses pembelajaran (T).

Purposively Activity Model (PAM) 1. Apresiasi mandat Pendidikan Nasional 2. Apresiasi mandat Kebudayaan 4. Pengembangan Kompetensi 3. Pembinaan Karakter Bangsa 7. Pembinaan teknis kebudayaan 8. Pendidikan sejarah & Nilai Budaya 11. Pelestarian keanekaragaman budaya 6. Pembinaan Pendidikan formal, informal, non formal 5. Pembinaan Pendidikan Luar Sekolah 15. Pengelolaan anggaran Pendidikan 14. Diplomasi Kebudayaan 9. Penjaminan Mutu Pendidikan 10. Penyediaan Sarana & Prasarana Pendidikan 12. Standardisasi & Sertifikasi 20. IPM 13. Akreditasi 18. Pengendalian penyelenggaraan pendidikan 19. Daya saing bangsa 16. Monitoring Pemerintah 17. Penentuan Kriteria Angka partisipasi sekolah; Kompetensi Efikasi; Efisiensi; Efektivitas