Qaniiii, ntar kamu kasih gambar-gambar dari file foto nya yaaa Qaniiii, ntar kamu kasih gambar-gambar dari file foto nya yaaa. Tentang contoh bentuk-bentuk rumahnya. Sama kalo mau cari sendiri ditambah-tambah juga gapapa. :3
Pendahuluan Rumah masyarakat Jawa Kuno(abad 9-6 M) tidak meninggalkan bukti arkeologis karena strukturnya terbuat dari bahan yang mudah lapuk (kayu dan bambu) Rekonstruksinya didapat dari gambaran yang terdapat pada relief Candi-Candi di Jawa.
Candi Borobudur adalah candi yang paling banyak memuat relief tentang bangunan. Dari 1460 relief, 696 relief memuat tentang bangunan. Meliputi 902 bangunan berupa: Konstruksi batu Konstruksi Kayu Konstruksi Logam Bentuk Dekorasi Jembatan Stupa
Pada relief Candi Borobudur terdapat 248 struktur kayu. Konstruksi kayu tersusun dari frameworks dengan ruangan di bawah lantai (panggung), yang dinaikkan dengan tiang dan atap miring. Mengindikasikan bahwa material rumah yang didominasi kayu berarti masyarakat memanfaatkan ketersediaan bahan di lingkungan pasa masa itu. Konstruksinya menyesuaikan iklim tropis yang lembab kayu ditinggikan dari permukaan tanah.
Yang akan dibahas hanya bangunan rumah rakyat Yang akan dibahas hanya bangunan rumah rakyat. Pembedanya dengan bangunan lain: -Bangunan istana lebih dekoratif -Bangunan sakral memiliki simbol agama (misalnya stupa) pada atap. -Dilihat dari fungsi melalui konteks cerita pada relief.
Denah Bangunan Rumah Umumnya berbentuk persegi atau persegi panjang. Umumnya terbuka (tiang-tiang tanpa dinding)
Atap Bangunan Saat dikelompokkan, ada 4 bentuk atap rumah: -Pelana -Limasan -Tajuk -Lengkung (sangat sedikit)
1. Atap Pelana Atap Pelana Disebut juga atap srotongan/ kampungmendominasi bentuk rumah di perkampungan Jawa Dilihat dari samping menyerupai pelana, dari depan berbentuk segitiga samasisi. Pada bagian segitiga samasisi terdapat penutup yang disebut keyong. Jika dirunut waktunya, merupakan atap yang paling tua (sebelum limasan dan tajuk) Merupakan konstruksi yang paling sederhana, tetapi masih banyak dipergunakan sampaisaat ini.
2. Limasan Paling banyak ditemukan pada relief Candi Borobudur Bentuk atap limasan: -bagian jajar genjang disebut brunjung -bagian segitiga sama kaki disebut kejen/cocor
3. Atap Tajuk Menaungi denah yang berbentuk persegi Atap berbentuk piramid dengan puncak yang dihiasi mustoko. Digunakan untuk bangunan sakral maupun profan.
4. Atap Lengkung (diisi gambar aja qan, yg dari relief dan bukunya intan)
Material atap tidak diketahui secara pasti karena pada relief, atap dilukiskan polos. Diperkirakan atap dibuat dari daun kelapa, atau tanah liat bakar. Untuk rumah bangsawan, digunakan atap kayu/sirap
Dinding Bangunan Bangunan diklasifikasikan menurut penutup dindingnya: - Bangunan tanpa Dinding -Bangunan dengan Dinding
Bangunan Tanpa Dinding Pada relief Candi Borobudur, sangat banyak digambarkan rumah-rumah berbentuk saung tanpa dinding. Diperkirakan terdapat tirai-tirai yang digunakan sebagai penutup
Catatan Rouffaer, 1596
Beberapa rumah yang terbuka pada relief Candi Borobudur memiliki hiasan rumbai-rumbai di sepanjang tepian bawah atap.
Rumah dengan Dinding Dinding terbuat dari kayu/bambu. Kebanyakan dinding rumah pada relief Borobudur bersifat dekoratif dengan banyak ukiran bunga dan pola geometris.
Bagian Bawah/ Kaki Bangunan Secara keseluruhan bagian bawah bangunan biasanya terdiri dari: Lantai Tiang penopang lantai (merupakan bagian bawah dari tiang rumah) Umpak Batur (Pondasi)
Berdasarkan pengamatan seluruh relief bangunan rumah pada candi di Jawa, sebagian besar bentuk rumah Jawa Kuno merupakan rumah panggung. Kolong rumah panggung biasanya digunakan sebagai tempat penyimpanan barang atau sebagai tempat duduk-duduk/ bekerja, seperti yang dapa dilihat pada beberapa relief di Candi Prambanan dan Borobudur.
Pada masa selanjutnya (periode Jawa Timur) tinggi kolong rumah panggung semakin rendah. Bahkan ada beberapa rumah panggung yang hanya didukung oleh umpak saja, tanpa adanya tiang kolong tambahan di atasnya.
Pada relief Candi Borobudur dapat diketahui bahwa lantai rumah terbuat dari papan kayu, yang digambarkan dengan garis-garis yang berjajar. Lantai kayu tersebut ditopang oleh beberapa buah tiang yang merupakan perpanjangan dari tiang-tiang utama bangunan. Pada ujung bawah tiap tiang terdapat umpak yang berdiri di atasa batur (pondasi bangunan) yang cukup tinggi Batur terbuat dari susunan batu yang berupa timbunan tanah padat yang dibuat lebih tinggi dari tanah di sekitarnya
Terdapat banyak jenis dan bentuk bangunan rumah yang ditemui pada Relef Candi Borobudur, Faktor apakah yang mempengaruhi lahirnya bentuk-bentuk tersebut?
“Kemajemukan Masyarakat Jawa Kuno” Menunjuk pada stratifikasi / pelapisan strata sosial pada masyarakat masa itu. Arsitektur tradisional Jawa Kuno dipengaruhi oleh kelas sosial pemilik rumah Secara garis besar terdapat 3 strata: -Golongan bawah: rakyat biasa -Golongan menengah: sangat majemuk, meliputi pengrajin, pedagang, seniman, ulama, dsb. -Golongan atas: raja, kerabat, dan bangsawaan Identitas arsitektur pada rumah tinggal masing-masing golongan dibedakan engan jelas untuk menunjukkan superioritas golongan atas pada golonga di bawahnya
Perbandingan dengan Arsitektur Jawa Masa Kini Masih ada beberapa segi arsitektur Jawa Kuno yang dipertahankan pada arsitektur tradisional Jawa masa kini, misalnya: -bentuk atap (pelana, limasan, tajuk) -umpak -genting sirap Hal ini disebut KONTINUITAS BUDAYA yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa di mana budaya masa kini mewarisi budaya masa lalu.
Hal yang tidak dipertahankan dari arsitektur Jawa Kuno adalah bentuk rumah panggung. Ada pendapat yang mengatakan bahwa hal ini disebabkan pengaruh arsitektur Hindu yang menggunkan batur. Tiang yang pada awalnya untuk menyangga bangunan hanya menjadi pendukung atap saja. Rumah tradisional jawa beralih menjadi konstruksi lantai tanah yang ditingikan.
Perubahan bentuk rumah tinggal dari masa Jawa Kuno sampai menjadi rumah tradisional masa kini mencerminkan bagaimana masyarakat Jawa yang berupaya mencari kenikmatan bertempat tinggal dengan menyesuaikan terhadap keadaan lingkungan budaya dan alamnya.
Daftar pustaka Atmadi, Promono. 1979. Some Design Principles of Temples in Java. Yogyakarta: gadjah Mada University Press http://www.adjisaka.com/karma_wibhangga/index.php/relief-karmawibhangga/417-28-relief-karmawibhangga-136-140 Prasodjo, Tjahjono. 1987. Relief Rumah pada candi di Jawa Sebuah Gambaran Rumah Jawa pada Abad IX-XVI Masehi.