PRODUKSI TANAMAN KARET PADA PEMBERIAN STIMULAN ETEPHON LATEX PRODUCTION IN RELATION TO ETEPHON APPLICATION.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
OPTIMALISASI PERTUMBUHAN Tectona grandis
Advertisements

The 7th Team present Background:rochmatsukabis.wordpress.com
UJI TANAH DAN INTERPRETASINYA SERTA PERAN BAHAN ORGANIK
PROSES PEMBENTUKAN DAN JENIS TANAH
3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION Reddy, K. R. and H. F. Hodges
Logam berat ? Berbahaya ? Solusi ?
IKLIM DAN SUMBERDAYA AIR DALAM PERENCANAAN WILAYAH
PANEN, PASCA PANEN, DAN PEMASARAN
Kredit : 3 SKS (2 + 1) Dosen : Kasiono SP
(Capsicum frustescens L)
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UIN SUSKA RIAU
Irigasi 1 Perencanaan Irigasi.
Bencana Akibat Ulah Manusia dan Iklim
Iklim dan Klasifikasi Iklim
KAPASITAS PRODUKSI GULA
DRA HARTIN ABDULLAH, M.Pd
TBT TAHUNAN & SEMUSIM.
LAHAN KERING NTT Kelompok 1: D. Handrieka P Sigid Pambudi Aan Yuli W
PENILAIAN KESESUAIAN LAHAN
Hubungan Suhu dan Pertumbuhan Tanaman
Skripsi Oleh: Husni Mubarak Nim:
Kelompok 7 Galih Pramono C Ridwan C
AGROFORESTRI Suatu sistem pengelolaan lahan untuk mengatasi masalah ketesediaan lahan dan produktivitas lahan. Dapat juga dikatakan dengan, suatu sistem.
Kelompok Faktor Iklim (lanjutan)
OLEH : IR. H. ABDUL RAHMAN, MS
Iklim Tropis Asia, Indonesia, Sumatra, Lampung
KAJIAN SISTEM INTEGRASI SAPI SAWIT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA Pembimbing: Juang Gema Kartika, S.P.
Hasil Permodelan Tahap I
Kelompok Faktor Iklim Endah Budi Irawati, SP.MP
`AGROTEKNOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN`
HUBUNGAN CAHAYA DAN TANAMAN
PENDAHULUAN Karet alam ; komoditas hasil perkebunan yang penting khususnya bagi Indonesia maupun dunia. Ada tiga negara penghasil karet yg besar : Indonesia,
KELOMPOK FAKTOR ESSENSIIL
`AGROTEKNOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN`
TOPIK 5 CUACA DAN IKLIM SERTA UNSUR-UNSURNYA
TOPIK 4 PERAN IKLIM DALAM PRAKTEK PERTANIAN
Iskandar Lubis A.Ghozi Manshuri Sri Astuti Rais Heni Purnamawati
`AGROTEKNOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN`
DR. IR. F. DIDIET HERU SWASONO, M.P.
NAMA KELOMPOK Muh Rofiul Umam ( ) Shendy Riyan Cahya ( )
PERAKITAN TEKNIK PENGENDALIAN Xanthomonas oryzae TERBAWA BENIH PADI
IKLIM DAN HIDROLOGI UNSUR-UNSUR IKLIM
Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL)
Pekerjaan Yang Telah Dilakukan
800 m 400 m SALURAN SEKUNDER SALURAN KUARTER Budidaya Jenuh Air A L U
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran Aplikasi Komputer
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pelajaran Aplikasi Komputer
`AGROTEKNOLOGI TANAMAN PERKEBUNAN`
Peubah yang Diamati Dalam Penelitian
PRESENTASI UJIAN SEMESTER MATA KULIAH KOMPUTER
SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEMBANGUNAN DI INDONESIA
KLASIFIKASI IKLIM.
Argento-Gravimetri.
METEOROLOGI Disusun oleh : Adi prasetya ( )
Oleh: Risyana Hermawan
Di susun Oleh : CUCU ENDAH LESTARI
WILAYAH PERWILAYAHAN. Wittlesey mengemukakan unit-unit sebuah region dapat dibentuk oleh hal-hal berikut ini. 1.Ketampakan iklim saja, tanah saja sehingga.
Pengaruh stress kekeringan terhadap kandungan klorofil tanaman Gomphrena globosa MINI RISET Kelompok 7A 2012.
PENGENDALIAN KERING ALUR SADAP DAN NEKROSIS KULIT TANAMAN KARET
Kondisi Geografis dan Penduduk Indonesia
Pengaruh Iklim terhadap Tanaman serta Hama dan Penyakit Tanaman
Kelompok 6 Diagnosis Ketahanan Pangan Tingkat Wilayah N Dita Tasyah Parigade N Monica Try Yudana Putri N Hajar Ayu Leli Marfu’ah.
HUBUNGAN CAHAYA DAN TANAMAN
PANEN, PASCA PANEN, DAN PEMASARAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEBARAN MAKHLUK HIDUP NAMA KELOMPOK : ELVA MEIROSA MELI WULAN ASIH DEA ANANDA LUSIANA SARI AMELLIA PUTRI RAFIKA S ISTIQOMAH.
PENGARUH KONSENTRASI EKSTRAK KASAR DAUN PAITAN (Tithonia diversifolia)TERHADAP KEPADATAN POPULASI, INTENSITAS SERANGAN Spodoptera exigua Hubner (LEPIDOPTERA.
BIOSFER.
PRESENTASI PENGELOLAAN PASCA PANEN TANAMAN Plantago major
TBT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DAN KARET TEAM TBT SAWIT DAN KARET : Ir. Alridiwirsah M.M dan Andi Agus Suprianto S.P.
Transcript presentasi:

PRODUKSI TANAMAN KARET PADA PEMBERIAN STIMULAN ETEPHON LATEX PRODUCTION IN RELATION TO ETEPHON APPLICATION

Anggota Zeinendyo Anging (125100307111067) Dea Putri Isdayanti (125100307111081) Gita Ayu Pratiwi (1251003071110) Septian Rachman (1251000307111067) Parras (1251003071110)

Pendahuluan Tanaman karet berasal dari Negara Brazil. Karet merupakan pebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehari-hari. Karet merupakan salah satu komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Komoditas ini dibudidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Salah satu ekspor yang menjadi andalan adalah tanaman karet.

Daerah Penghasil Karet Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan salah satu daerah penghasil karet adalah Kabupaten Bulukumba. Daerah ini mempunyai kesesuaian lahan, iklim, dan topografi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet. Posisi Kabupaten Bulukumba di jazirah selatan Provinsi Sulawesi Selatan, yang secara geografis wilayahnya berada pada 5,20° 5,40° LS dan antara 119,58° 120,28° BT.

Stimulasi Lateks Stimulasi lateks umumnya dilaksanakan pada tanaman karet yang telah dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaik-an hasil lateks sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi pengusaha per-kebunan karet. Pemberian stimulan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tanaman yang masih muda.

Bahan Dan Metode Pada penelitian ini terdiri 5 perlakuan yang dicobakan pada Klon RRIM 600 dan Klon PB 260. Setiap perlakuan terdiri 5 ulangan dan setiap perlakuan digunakan 5 tanaman sehingga terdapat 125 unit tanaman. Pohon karet yang digunakan pohon karet dengan sistem sadap normal. Kemudian penempelan label pada pohon sampel. Pengenceran pada etephon yakni dengan mencampur ethrel konsentrasi 10% dengan air dengan perbandingan 3 : 1

Bahan Dan Metode Pengaplikasian stimulan etephon dilakukan sehari setelah tanaman sampel di deres agar stimulan yang dioleskan meresap optimal masuk kedalam pembuluh lateks. Aplikasi dilakukan pada pagi hari untuk menghindari suhu udara (tempe-ratur) dan penguapan air yang terlalu tinggi dan menggunakan sistem scrapping aplication yakni stimulan dioleskan menggunakan kuas kecil sesuai dengan dosis yang ditentukan. Aplikasi etephon dilakukan di awal pengamatan dan dilakukan lagi pada bulan kedua.

Parameter Pengamatan Lateks yang keluar (gram), yang di-hitung setiap 3 hari sekali. Lump yang terbentuk (gram), yang di-hitung setiap 2 hari setelah peng-ambilan lateks. Kadar karet kering (%) yang diukur 3 hari sekali, bersamaan dengan peng-ukuran lateks.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil lateks menunjukkan bahwa dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lateks yang keluar tertinggi pada klon RRIM 600 (654,00 g) dan sangat berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata. Sidik ragam gabungan menunjukkan bahwa hubungan dosis etephon dengan lateks yang keluar bersifat kuadratik, dan pengaruh dosis etephon tidak berbeda nyata dua klon tanaman karet.

Pada lump hasil menunjukkan dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lump yang terbentuk tertinggi pada klon RRIM 600 (58,00 g) dan sangat berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan dosis etephon 0,6 cc pohon-1 (e2) dan 1,2 cc pohon-1 (e4). Demikian pula pada klon PB 260, dosis etephon 0,9 cc pohon-1 (e3) menghasilkan rata-rata lump yang terbentuk tertinggi (120,00 g) dan berbeda nyata dibandingkan dengan dosis etephon 0 cc pohon-1 (e0) dan 0,3 cc pohon-1 (e1) tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan dosis etephon 0,6 cc pohon-1 (e2) dan 1,2 cc pohon-1 (e4).

KESIMPULAN Pemberian dosis etephon 0,9 cc pohon-1 memberikan hasil terbaik pada jumlah lateks yang keluar serta lump yang terbentuk baik pada klon RRIM 600 dan Klon PB 260 dan bersifat kuadratik. Tanpa pemberian stimulan etephon memberikan hasil terbaik pada pengamatan kadar karet kering pada klon RRIM 600 dan PB 260 serta bersifat kuadratik.