FIQH DAKWAH 6 PROBLEMATIKA DAKWAH (مشكلات الدعوة) PROF.DR.KH.DIDIN HAFIDHUDDIN,MS
PENGERTIAN PROBLEMATIKA DAKWAH Sejumlah problem, permasalahan,tantangan yang ada, yang dihadapi oleh para dai (pendakwah Islam), yang menjadi hambatan-hambatan serius di jalan dakwah, sehingga diperlukan kesabaran, keteguhan, dan keistiqomahan dalam menghadapinya.
PEMBAGIAN PROBLEMATIKA DAKWAH Pertama, problematika dakwah internal (مشكلات الدعوة الداخلية), yakni problem-problem, permasalahan-permasalahan, dan hambatan-hambatan dakwah yang bersumber dan berasal dari lingkup internal kaum muslimin sendiri. Kedua, problematika dakwah eksternal (مشكلات الدعوة الخارجية), yakni problem-problem, hambatan-hambatan, dan tantangan- tantangan dakwah yang bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak ummat manusia di luar lingkup kaum muslimin.
A. Problematika Internal 1. Salah Niat dan Tidak Ikhlas Dalam menebarkan dakwah Islam, sifat keikhlasan ini sangat fundamental dan menentukan keberhasilan dakwah, sebab dakwah yang disampaikan melalui hati yang ikhlas akan diterima pula oleh hati yang ikhlas, tetapi jika dakwah sudah dimotivasi oleh kepentingan-kepentingan lain, atau ambisi pribadi, maka dakwah tidak akan mencapai sasarannya. Seruan dakwah menjadi kehilangan ruhnya, tidak membekas di hati, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Hati yang tidak ikhlas akan melahirkan sikap lemah semangat jika harapan-harapan juru dakwah tidak tercapai, sifat ini disebut futhûr (kejenuhan) atau akan melahirkan sikap over- acting juru dakwah manakala didepan matanya menunggu keuntungan materi dan popularitas. Allah SWT berfirman dalam QS. Yusuf [12] ayat 108 dan QS. Al-A’raf [7] ayat 175-177.
Firman Allah SWT قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. ﴿يوسف: ١٠٨﴾. “Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf [12]: 108).
Firman Allah SWT وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلًا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ } [الأعراف: 175 – 177] “Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat lalim.” (QS. Al-A’raf, 7: 175-177).
Sabda Rasulullah SAW اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلَكَ إِلاَّ الْعَالِمُوْنَ وَالْعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلَكَ إِلاَّ الْعَامِلُوْنَ وَالْعَامِلُوْن كُلُّهُمْ هَلَكَ إِلاَّ الْمُخْلِصُوْنَ وَالْمُخْلِصُوْنَ عَلَى خَطَرٍ عَظِيْمٍ. “Setiap manusia pasti akan celaka kecuali orang yang berilmu. Dan orang yang berilmu akan celaka kecuali orang yang mengamalkan ilmunya. Dan orang yang mengamalkan ilmunya akan celaka kecuali orang yang ikhlas. Dan orang yang ikhlas pun berada pada bahaya yang besar (banyak godaan dan tantangannya).” Imam Ghazali berkata: كُلُمَا خَرَجَ مِنَ الْقَلْبِ دَخَلَ إِلَى الْقَلْبِ، وَكُلُّمَا خَرَجَ مِنَ الْفَمِّ دَخَلَ إِلَى اْلأُذُنِ. “Segala sesuatu yang keluar dari hati (penuh dengan keikhlasan) akan masuk ke dalam hati. Dan segala sesuatu yang keluar dari mulut, hanya akan masuk ke dalam telinga.”
2. Hilangnya Keteladanan A. Problematika Internal (lanjutan) 2. Hilangnya Keteladanan أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ. ﴿البقرة: ٤٤﴾. “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (QS. Al-Baqarah [2]: 44). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتاً عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾. {الصف: 2-3}. “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu katakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar murka Allah bilamana kamu hanya bicara tentang apa yang kamu tidak kerjakan” (Q.S. Ash-shof / 61 : 2 & 3)
3. Ashobiyah dan Perpecahan A. Problematika Internal (lanjutan) 3. Ashobiyah dan Perpecahan وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَتَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً… ﴿ال عمران: ١٠٣﴾ “Dan berpegang-teguhlah kalian dengan tali Allah semuanya dan jangan kalian berpecah belah dan ingatlah kalian akan nikmat Alloh yaitu ketika dulu kalian saling bermusuhan lalu Alloh lembutkan hati-hati kalian sehingga dengan nikmatNya kalian menjadi saudara”. 3 : 103 وَأَطِيعُواْ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّابِرِينَ. ﴿الأنفال: ٤٦﴾. “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46).
Rasulullah saw bersabda ((إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَ يَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا : يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوْهُ وَ لاَ تُشْرِكُوْا بِهِ شَيْئًا، وَ أَنْ تَعْتَصِمُوْا بِـحَبْلِ اللهِ جَمِيْعًا وَلاَ تَفَرَّقُوْا، وَ أَنْ تَنَاصَحُوْا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ. وَ يَسْخَطُ لَكُمْ ثَلاَثًا ؛ قِيْلَ وَ قَالَ، وَ كَثْرَةُ السُّؤَالِ وَ إِضَاعَةُ الْمَالِ)) رواه مسلم. “Sesungguhnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala ridho kepada kalian atas 3 perkara dan murka kepada kalian atas 3 perkara. Dia ridho kepada kalian jika; kalian hanya beribadah kepadaNya saja dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu, kalian berpegang teguh kepada tali Alloh dan tidak berpecah belah, kalian saling memberi nasehat kepada orang yang Alloh beri kekuasaan atas urusan kalian. Dan Alloh murka kepada kalian dalam 3 hal; Banyak bicara tanpa tahu sumber yang dibicarakan, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta. HR. Muslim.
B. Problematika Eksternal 1. Makar Musuh Islam Berupa makar yang terus-menerus dan bertubi-tubi dari musuh-musuh Islam dan kaum muslimin (lihat: QS.Al-Anfaal [8]: 30; QS. Ar-Ra'd [13]: 42; QS. Ibrahim [14]: 46; QS. Saba' [34]: 33; QS. Ath-Thaariq [86]: 15-17; Dan lain-lain). وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ ۚ وَيَمْكُرُونَ وَيَمْكُرُ اللَّهُ ۖ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya. (QS.Al-Anfal:30)
Firman Allah SWT يُرِيدُونَ لِيُطْفِؤُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. ﴿الصف: ٨﴾. “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (QS. Ash-Shaff [61]: 8). إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُواْ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّواْ عَن سَبِيلِ اللّهِ فَسَيُنفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ. ﴿الأنفال: ٣٦﴾. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal [8]: 36).
2. Kerja sama musuh Islam dalam menghalangi dakwah Islam B. Problematika Eksternal (lanjutan) 2. Kerja sama musuh Islam dalam menghalangi dakwah Islam وَٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُن فِتْنَةٌ فِى ٱلْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ. {الأنفال: 73}. Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. (QS. Al-Anfaal [8]: 73) وَلَن تَرْضَى عَنكَ الْيَهُودُ وَلاَ النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللّهِ مِن وَلِيٍّ وَلاَ نَصِيرٍ .﴿البقرة: ١٢٠﴾ “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. Al-Baqarah [2]: 120).
3. Ghazwul Fikri, Sekularisme, Liberalisme, Atheisme, dll B. Problematika Eksternal (lanjutan) 3. Ghazwul Fikri, Sekularisme, Liberalisme, Atheisme, dll Yaitu perang pemikiran yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak senang dengan kemajuan umat Islam, untuk mempengaruhi cara berpikir dan perilaku umat Islam. Sehingga perilaku umat Islam tidak mencerminkan dan bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 2005 telah menetapkan fatwa nomor 7 tentang beberapa pemikiran yang sangat berbahaya bagi umat Islam, yaitu PLURALISME, LIBERALISME, DAN SEKULARISME AGAMA
Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG : ISI FATWA DALIL FATWA KEPUTUSAN FATWA Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG : 1. bahwa pada akhir-akhir ini berkembang paham pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama serta paham-paham sejenis lainnya di kalangan masyarakat; 2. bahwa berkembangnya paham pluralisme, liberalisme dan sekularisme agama di kalangan masyarakat telah menimbulkan keresahan sehingga sebagian masyarakat meminta MUI untuk menetapkan fatwa tentang masalah tersebut; 3. bahwa oleh karena itu, MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang paham pluralisme, liberalisme, dan sekularisme agama tersebut untuk dijadikan pedoman oleh umat Islam. a. Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk Mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”. (QS. al-Mumtahinah: 8-9). “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)”. (QS. al-An’am : 116). Nabi SAW bersabda “Demi Dzat Yang menguasai jiwa Muhammad, tidak ada seorang pun baik Yahudi maupun Nasrani yang mendengar tentang diriku dari umat Islam ini, kemudian ia mati dan tidak beriman terhadap ajaran yang aku bawa, kecuali ia akan menjadi penghuni neraka”. (HR. Muslim) b. Nabi mengirimkan surat-surat dakwah kepada orang-orang non-muslim, antara lain Kaisar Heraklius, Raja Romawi yang beragama Nasrani, al-Najasyi raja Abesenia yang bergama Nasrani dan Kisra Persia yang beragama Majusi, di mana Nabi mengajak mereka untuk masuk Islam. (riwayat Ibn Sa’d dalam al-Thabaqat al-Kubra dan Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari). c. Nabi saw melakukan pergaulan sosial secara baik dengan komunitas-komunitas non-muslim seperti komunitas Yahudi yang tinggal di Khaibar dan Nasrani yang tinggal di Najran; bahkan salah seorang mertua Nabi yang bernama Huyay bin Ahthab adalah tokoh Yahudi Bani Quradzah (Sayyid Bani Quraizah). (Riwayat al-Bukhari dan Muslim). MEMUTUSKAN MENETAPKAN: FATWA TENTANG PLURALISME, LIBERALISME, DAN SEKULARISME AGAMA Pertama : Ketentuan Umum Dalam fatwa ini, yang dimaksud dengan : 1. Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga. 2. Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara berdampingan. 3. Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (Al-Qur’an & Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yangg bebas; dan hanya menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata. 4. Sekularisme agama adalah memisahkan urusan dunia dari agama; agama hanya digunakan untuk mengatur hu-bungan pribadi dengan Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan kesepakatan sosial. Ketentuan Hukum 1. Pluralisme, sekularisme dan liberalisme agama sebagaimana dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam. 2. Umat Islam haram mengikuti paham pluralism, sekularisme dan liberalisme agama. 3. Dalam masalah aqidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampuradukkan aqidah dan ibadah umat Islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama lain. 4. Bagi masyarakat muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain sepanjang tidak saling merugikan.
4. Jumud dan Keterbelakangan peradaban B. Problematika Eksternal (lanjutan) 4. Jumud dan Keterbelakangan peradaban Indikator keterbelakangan ini terlihat nyata dari kondisi umat sekarang ini, dimana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan menjadi milik sendiri, tetapi merupakan hasil impor dari negara non Muslim. Jadi umat Islam statusnya sebagai konsumen yang sudah tentu akan selalu tertinggal dari negara-negara produsen kemajuan ilmu dan teknologi tersebut. Umat Islam statusnya sebagai yang ditentukan bukan yang menentukan, keadaan ini tentu tidak boleh dibiarkan tanpa ada respon dan usaha preventif dalam upaya menanggulangi ketertinggalan dan keterbelakangan.
Sabda Rasulullah SAW ” يوشك الأمم أن تداعى عليكم كما تداعى الأكلة إلى قصعتها ” ، فقال قائل : ومن قلة نحن يومئذ؟ قال : ” بل أنتم يومئذ كثير ، ولكنكم غثاء كغثاء السيل، ولينزعن الله من صدور عدوكم المهابة منكم وليقذفن في قلوبكم الوهن ” ، فقال قائل: يا رسول الله وما الوهن ؟ قال : ” حب الدنيا ، وكراهية الموت ”. {روا أبوا داود}. “Nyaris sudah para umat (selain Islam) berkumpul (bersekongkol) menghadapi kalian sebagaimana berkumpulnya orang-orang yang makan menghadapi bejana makanannya.” Lalu bertanya seseorang, “Apakah kami pada saat itu sedikit?” Beliau menjawab, “Tidak, bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian itu buih seperti buih banjir, dan Allah akan menghilangkan dari diri musuh-musuh kalian rasa takut terhadap kalian dan menimpakan ke dalam hati-hati kalian wahn (kelemahan).” Maka seseorang bertanya, “Wahai Rasulullaah, apakah wahn itu?”. Kata beliau, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR Abu Daud no. 4297, shohih li ghairihi).
1. Berjamaah dalam ibadah dan mu’amalah C. Solusi Problematika Dakwah 1. Berjamaah dalam ibadah dan mu’amalah عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ ، وَهُوَ مِنَ الاثْنَيْنِ أَبْعَدُ ، وَمَنْ أَرَادَ بُحْبُحَةَ الْجَنَّةِ فَعَلَيْهِ بِالْجَمَاعَةِ " . Hendaklah kalian tetap dalam satu jamaah, dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya syetan bersama orang yang sendirian, dan dia lebih menjauhi dari dua orang, dan siapa ingin dirindukan syurga, maka hendaklah ia tetap dalam satu jamaah. (HR.Ahmad)
1. Berjamaah dalam ibadah dan mu’amalah C. Solusi Problematika Dakwah 1. Berjamaah dalam ibadah dan mu’amalah إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفّاً كَأَنَّهُم بُنيَانٌ مَّرْصُوصٌ. ﴿الصف: ٤﴾. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash-Shaff [61]: 4). عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ ، وَهُوَ مِنَ الاثْنَيْنِ أَبْعَدُ ، وَمَنْ أَرَادَ بُحْبُحَةَ الْجَنَّةِ فَعَلَيْهِ بِالْجَمَاعَةِ " . Hendaklah kalian tetap dalam satu jamaah, dan jauhilah perpecahan, karena sesungguhnya syetan bersama orang yang sendirian, dan dia lebih menjauhi dari dua orang, dan siapa ingin dirindukan syurga, maka hendaklah ia tetap dalam satu jamaah. (HR.Ahmad)
C. Solusi Problematika Dakwah (lanjutan) 2. Ta’awun Dalam Dakwah وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. {التوبة: 71}. “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS AtTaubah [9]: 71).
3. Taat Syariat Allah dan Rasul-Nya dan bersabar C. Solusi Problematika Dakwah (lanjutan) 3. Taat Syariat Allah dan Rasul-Nya dan bersabar وَأَطِيعُواْ اللّهَ وَرَسُولَهُ وَلاَ تَنَازَعُواْ فَتَفْشَلُواْ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُواْ إِنَّ اللّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ ﴿الأنفال: ٤٦﴾. “Dan ta`atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal [8]: 46).
C. Solusi Problematika Dakwah (lanjutan) 4. Menguatkan Ukhuwwah Islamiyah dan selalu melakukan Islah, jika terjadi pertentangan إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ. ﴿الحجرات: ١٠﴾. “Sesungguhnya orang-orang mu'min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).
Sabda Rasulullah SAW عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إذَا اشْتَكَى شَيْئًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى. {رواه البخاري ومسلم}. Dari Nu’man bin Basyir Radhiallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Permisalan orang-orang mu’min didalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling menjaga hubungan sesama mereka seperti satu tubuh ; jika salah satu bagian merasakan sakit, seluruh tubuh merasakan demam dan tidak dapat tidur”. [HR. Bukhari dan Muslim] عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا. {رواه البخاري ومسلم}. Dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Orang mu’min satu dengan lainnya seperti bangunan yang sebagiannya menopang sebagian yang lain”. [HR. Bukhari dan Muslim]
5. Tidak Putus Asa dalam berdakwah C. Solusi Problematika Dakwah (lanjutan) 5. Tidak Putus Asa dalam berdakwah وَلاَ تَهِنُواْ فِي ابْتِغَاء الْقَوْمِ إِن تَكُونُواْ تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللّهِ مَا لاَ يَرْجُونَ وَكَانَ اللّهُ عَلِيماً حَكِيماً. ﴿النساء: ١٠٤﴾. “Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’ [4]: 104).
Firman Allah SWT يَا بَنِيَّ اذْهَبُواْ فَتَحَسَّسُواْ مِن يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ. ﴿يوسف: ٨٧﴾. 087. Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (QS. Yusuf [12]: 87). وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ. {التوبة: 105}. “Katakanlah! Beramallah kamu, niscaya Allah akan melihat amal kamu, dan juga Rasul-Nya beserta orang-orang beriman. Kemudian kamu akan dikembalikan kepada Dzat yang Maha Mengetahui yang ghaib dan nyata. Maka (ketika itu) kamu akan diberitahukan apa yang kamu kerjakan (ketika di dunia)” (QS. At-Taubah [9]: 105).