Mewujudkan kebijakan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG Pro RAKYAT DI jawa timur

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
“Pertemuan ke Enam” Kebijakan Fiskal.
Advertisements

Pertemuan Ke empat… APBD.
1 Muhtar Mahmud. 1.Asumsi Makro Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan APBN 2012 Arah Kebijakan Fiskal 2012 Postur APBN-P 2011 dan APBN 2012 Kebijakan.
Tentang Keuangan Negara
Kebijakan moneter A. Ika Rahutami.
PETA FISKAL DAERAH SECARA NASIONAL TAHUN DAN KEBIJAKAN DESENTRALISASI FISKAL DALAM RAPBN 2008 DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA DENGAN PAH IV DEWAN.
Lima Debat Selama Kebijakan Makroekonomi
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERTEMUAN PENDAHULUAN PENYUSUNAN RKP 2013 Oleh: Menteri Negara PPN/Kepala.
KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO DAN MIKRO Eny Lia purwandari A
Kebijakan Pemerintah dalam Menghadapi Masalah Ekonomi
Asisten Pemerintahan dan Kesra
RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010
DISUSUN OLEH SITI SOPIAH
Kebijakan Fiskal dan Moneter (1)
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)
Pembangunan Infrastruktur dan Sinergi Pusat-Daerah
Perekonomian Indonesia
KONSEP EKONOMI Materi Ekonomi Kelas X
KEBIJAKAN FISKAL.
APBN DAN APBD Oleh : ALAN NUR’ALIM XI IPS 4 Editor:
APBD DAN APBN ARSITA DWI HANI PRATIWI ( )
MENTERI DALAM NEGERI PADA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
STRATEGI PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT
DANA ALOKASI KHUSUS 2008 “Kebijakan dan Mekanisme Alokasi”
APBN DAN APBD By: Dyah Setyowati A
APBN DAN APBD KELAS XI Semester 1 DINAR GIRINDIAWATI SMA N 1 UNGARAN.
Ekonomi untuk SMA/MA kelas XI Oleh: Alam S..
Pertemuan ke-9 Teori Ekonomi Makro l
APBN DAN APBD KELAS XI Semester 1 DRS. TRI NARDONO SMA N 1 DEPOK
PERAN UMKM DALAM PEREKONOMIAN DI INDONESIA
PERAN NEGARA DALAM HUBUNGAN BURUH-MODAL-NEGARA
RASIONAL PERANAN P.T. DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN
Rapat Panitia Anggaran DPR RI Tentang Asumsi Makro APBN 2009 dan RAPBN 2010 Bank Indonesia Jakarta, 1 Juni 2009.
Forum Gabungan SKPD Tahun 2016
Tentang Keuangan Negara
Kebijakan moneter.
APBN DAN APBD Untuk SMA KELAS XI Semester 1 Ricky Cahyo Pamungkas
Pertemuan ke-6 Teori Ekonomi Makro l
APBN DAN APBD KELAS XI Semester 1.
KEBIJAKAN FISKAL DALAM ISLAM
PERTUMUHAN EKONOMI DAN PENENGGULANGAN KEMISKINAN
Perekonomian Indonesia
Perkenalkan Kami: Danang (8) Aisyah (2) Ariella (5) Hanna (16) Ismi
BAB II PEMBANGUNAN EKONOMI.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Fungsi Anggaran Fungsi otorisasi: Anggaran Negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan:
Aniesa Samira Bafadhal, SAB, MAB
SYNTA NOVIANA PENDIDIKAN AKUNTANSI UMS
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
PERTEMUAN 6.
PENGANTAR EKONOMI MAKRO
Pajak Menjaga NKRI.
Masalah – masalah EKONOMI INTERNASIONAL
Pertemuan ke-9 Teori Ekonomi Makro l
Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat.
BIRO PERENCANAAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI KEBIJAKAN PRIORITAS KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN.
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI MASALAH EKONOMI
KEBIJAKAN FISKAL (FISCAL POLICY)
MATERI : KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
Di Susun Oleh : ANNISAA IKAWATI (A ) / A
INFRASTRUKTUR DAN RISIKO FISKAL
APBN DAN APBD KELAS XI Semester 1 DRS. TRI NARDONO SMA N 1 DEPOK
Pertemuan ke-6 Teori Ekonomi Makro l
KEBIJAKAN FISKAL. Pengertian kebijakan fiskal (Fiskal Policy )  Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian.
Pertemuan ke-6 Teori Ekonomi Makro l
Pertemuan ke-6 Teori Ekonomi Makro l
ANALISIS DAN PREDIKSI PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN 2020
Pertemuan ke-9 Teori Ekonomi Makro l
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAMBI TAHUN 2020
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH.
Transcript presentasi:

Mewujudkan kebijakan PERTUMBUHAN EKONOMI YANG Pro RAKYAT DI jawa timur MADEKHAN ALI – PRAKARSA JATIM

Target / Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Jatim adalah bukanlah tipologi daerah rente, tetapi tipologi daerah fiscal karena 82% PAD, bersumber dari Pajak daerah. Target / Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2009-2013 Tahun anggaran Target Realisasi % Bertambah/Berkurang 2009 6.641 7.827 116,97 1.135 2010 8.837 9.777 110,63 939 2011 10.945 11.493 105,61 548 2012 15.094 15.551 103,03 456 2013 16.257 17.732 107,05 1.115

“Daerah fiskal” sebagian terbesar sumber pendapatan asli daerah Jawa Timur tidak digali dari setoran atas eksploitasi sumber daya alam. Sebagai daerah fiskal, pendapatan Jawa Timur berpilar pada pendapatan pajak yang berasal dari kerja keras, yang diserap dari laba atau surplus kegiatan ekonomi warga daerahnya (wajib pajak), sesuai pasang surut keadaan ekonomi.

Tuntutan daerah fiskal Birokrasi yang bersih dan kapabel dalam mengumpulkan pajak, sekaligus mengelola anggaran daerah. Bagaimana menjaga kepercayaan wajib pajak di Jawa Timur terhadap akuntabilitas birokrasi harus menjadi mainstream kebijakan Peningkatan belanja sosial (pendidikan, kesehatan, pengentasan kemiskinan, air bersih) yang semakin peka terhadap kebutuhan warga Jawa Timur,

KEBIJAKAN FISKAL PRO RAKYAT Mendukung sasaran Pembangunan yaitu : Kenaikan pertumbuhan ekonomi Pengurangan Kemiskinan Pengurangan Pengangguran Memberikan Stimulus Fiskal, melalui : Kenaikan anggaran belanja daerah, khususnya untuk infrastruktur transportasi dan pertanian Kenaikan Anggaran untuk Pelayanan Dasar & Pemerataan dan Pendorong Pertumbuhan sekitar. Menciptakan Daya tahan Perekonomian terhadap Risiko Global (harga2 saprodi dan komoditas pertanian)

Pendekatan Kebijakan Kebijakan ekonomi “pro pertumbuhan” yang akan “menetes kebawah” ke orang miskin. Tapi pendekatan ini dapat menciptakan peminggiran yang lebih lanjut serta ketidaksetaraan bagi kelompok yang paling miskin Konsekwensinya, jaring pengaman sosial diperkenalkan untuk mengatasi sisi negatif pertumbuhan. Tujuannya untuk melindungi kelompok- kelompok yang tertinggal atau terpinggirkan dari proses pertumbuhan.

PRO PERTUMBUHAN VS. PRO RAKYAT “Pro-pertumbuhan” secara ideologis seringkali merupakan kebalikan dari “pro-rakyat” Namun, kemudian muncul “jalan ketiga” dengan memfokuskan pada penyediaan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin melalui kebijakan intervensi yang eksplisit dalam proses pertumbuhan – “kebijakan pro-pertumbuhan rakyat” Agar pertumbuhan ekonomi bisa mengurangi kemiskinan, harus dikombinasikan dengan perubahan distribusi yang progressive dan reformasi sosial Menjadi “pro-rakyat” merupakan pilihan politis dan ideolagis serta rancang bangun yang melibatkan dana untuk masyarakat miskin. Tidak semua orang akan mendukungnya, karena akan mengambil uang dari sumber lain. Hal ini tidak mungkin tanpa Pemerintah yang kuat.