Terapi Kelompok
Apa itu Terapi Kelompok?
I. INTRODUKSI
Defenisi Terapi kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi dalam wujud kelompok kecil dimana para anggotanya yang telah diseleksi bertemu secara reguler dengan seorang terapis (pemimpin kelompok)
Tujuan Untuk membantu setiap individu agar mengalami pertumbuhan, antara lain dalam bentuk:
Belajar untuk mempercayai diri sendiri & orang lain Mencapai self-knowledge & mengembangkan keunikan identitasnya Mengakui atau menyadari beragamnya kebutuhan & permasalahan dari anggota lain dan mengembangkan sense of universality
Meningkatkan self-acceptance, self-confidence, & self-respect dalam rangka mengembangkan paradigma yang baru tentang dirinya Memperoleh cara alternatif dalam menyelesaikan masalah/konflik2 yg ada Meningkatkan self-direction, otonomi, & rasa tanggungjawab thdp diri sendiri & orang lain
Meningkatkan kemampuan dalam membuat pilihan secara bijak Membuat perencanaan yang spesifik dalam rangka merubah perilaku ttt & berkomitmen melakukan rencana yg telah dibuat tsb Belajar skil-skil sosial dengan lebih efektif Menjadi lebih sensitif terhadap kebutuhan & perasaan orang lain
Belajar bagaimana melakukan konfrontasi pada orang lain dengan care, concern, honesty, & directness Belajar tidak hanya memenuhi ekspektasi orang lain, tapi juga memenuhi ekspektasi diri sendiri Untuk mengklarifikasi value diri sendiri dan memutuskan apa & bagaimana memodifikasinya
Manfaat Menolong membuat perubahan dalam: sikap (attititude); keyakinan (belief) tentang dirinya maupun orang lain; perasaan, & perilaku Belajar bagaimana caranya berelasi dengan lebih efektif Kelompok memberikan pengertian & dukungan, sehingga setiap anggota dapat menceritakan masalahnya.
Adanya rasa memiliki, sehingga mereka dapat belajar bagaimana menjadi intim dengan orang lain (>< fear of intimacy), saling memperhatikan & mendorong perubahan Belajar untuk membuat keputusan tentang pilihan akan menjadi orang seperti apakah dirinya, tetap pada pola yang lama atau berubah
Menurut Dr. Irvin D. Yalom, ada 11 "curative/healing factors" yang merupakan the "primary agents of change" dalam terapi kelompok.
1. Instillation of hope Setiap orang yang datang kepada konselor berharap agar penderitaan mereka berkurang & kebahagiaan mereka meningkat. Dengan melihat bagaimana anggota kelompok lainnya menghadapi & mengatasi masalah yg sama dengan yg dihadapinya, maka hal tsb menimbulkan harapan baru baginya.
2. Universality Perasaan umum yg biasanya dialami anggota pada fase2 awal misalnnya rasa asing, bingung, aneh, malu, takut penolakan, dsb. Terapi kelompok akan menyediakan solusi yang jitu untuk mengatasi hal-hal tsb, sehingga misalnya untuk pertama kalinya seseorang merasa diterima, dimengerti, didengarkan, dsb
3. Information giving Salah satu komponen penting dalam terapi kelompok adalah menambah pengetahuan & pemahaman anggota terhadap masalah2 tertentu, seperti apa itu depresi, bipolar, bulimia, dsb. Oleh karena itu, setiap anggota akan semakin bertambah pengetahuan & pemahamannya akan kondisi dirinya setelah mengikuti terapi kelompok, sehingga diharapkan ia dapat menolong orang lain yang memiliki masalah yang sama.
4. Altruism Terapi kelompok memberikan kesempatan unik bagi para anggotanya, yakni: kesempatan untuk menolong orang lain (dalam kelompok). Hal ini merupakan alat terapis yang sangat baik untuk meningkatkan self-esteem dan rasa berarti bagi si “penolong” (karena mungkin selama ini ia tidak dianggap berguna)
5. Corrective recapitulation of the primary family Banyak dari anggota yang memiliki relasi kurang baik dengan keluarganya. Terapi kelompok merupakan “keluarga substitusi” , dimana pemimpin kelompok ibarat orangtua & anggota lainnya ibarat saudara kandung Dinamika proses yang terjadi dalam kelompok melatih mereka untuk memperbaiki relasi dengan keluarga asalnya kembali
6. Improved social skills Menolong para anggotanya untuk memiliki skil sosial yang baru, misal bagi terapi kelompok pecandu narkoba, mantan narapidana, mantan pasien RS Jiwa, dsb
7. Imitative behavior Sikap pemimpin yang berempati, mendengarkan, memahami, dsb menjadi model bagi para anggotanya untuk diadopsi menjadi pola2 baru dalam hidup mereka
8. Interpersonal learning Dengan berbagai latar belakang pribadi dalam kelompok, setiap anggota dapat belajar bagaimana meningkatkan kemampuan berelasi mereka satu sama lain melalui dinamika proses yang terjadi didalamnya, baik melalui dukungan, koreksi, maupun konflik.
9. Group cohesiveness Terapi kelompok menyediakan atmosfir yang kondusif bagi seseorang untuk merasa sebagai pribadi yang berarti & bernilai, melalui sikap pemimpin & dukungan sesama anggota, sehingga timbul rasa saling memiliki
10. Catharsis Katarsis adalah suatu pengalaman emosional yang powerful, yakni the release of conscious or unconscious feelings, yg diikuti dengan adanya suatu feeling of great relief (kelegaan).
11. Existential factors Realita kehidupan seperti kematian, kesepian, keterikatan, ketidakberhargaan, dsb dapat menimbulkan kecemasan. Terapi kelompok menawarkan eksplorasi yang terbuka dalam menghadapi isu-isu tsb yang menuntun pada kemampuan untuk berani menerima realita hidup ini.
II. Anggota Kelompok
Who? Pecandu Narkoba, Alkohol Homoseks Penderita HIV/AIDS Penderita kanker Orangtua Suami, isteri Remaja kecanduan pornografi, rokok, Anak-anak korban perceraian, dll
1. Hak anggota sebelum bergabung Memperoleh informasi dengan jelas, mis: Tujuan Format, prosedur, & aturan Adanya wawancara terhadap calon anggota Kualifikasi pemimpin
Jangka waktu, frekuensi pertemuan Resiko2 psikologis Kerahasiaan Kesediaan dari pemimpin untuk membantu anggota secara personal namun profesional Pembagian tanggungjawab antara pemimpin & anggota, dll
2. Hak anggota selama kelompok berlangsung Mendapatkan instruksi yang jelas Boleh keluar dari keanggotaan jika dirasakan tidak sesuai ekspektasi ** Menyatakan keberatan jika direkam Mendapat bantuan/bimbingan dari pemimpin diluar sesi
Menyatakan pendapat/diskusi Meminta referal jika pemimpin tidak mampu mengatasi/menjawab masalah Privacy tetap dihargai meskipun keterbukaan diperlukan Bebas dari tekanan Kerahasiaan terjaga ** Diperlakukan dengan terhormat & respek, dll
**Masalah anggota yg keluar Pemimpin harus jelas menekankan aturan kelompok sejak fase awal, termasuk hal keluar dari kelompok Anggota yang begitu saja keluar akan merusak dinamika & rasa percaya dalam kelompok Anggota yang mau keluar harus memberikan penjelasan atas alasannya Jika ada anggota yang tidak aktif & koperatif, sebaiknya keluar dari kelompok
**Kerahasiaan Pemimpin harus tegas menekankan akan pentingnya menjaga kerahasiaan Perkecualian: hal-hal yang akan membahayakan diri sendiri maupun orang lain (bunuh diri, abusif/kekerasan, ancaman, penggunaan zat-zat terlarang, dsb)
3. Kewajiban anggota Hadir secara reguler Tepat waktu Bersedia membuka diri Siap mengambil resiko (ingat akan adanya resiko psikologis) Aktif memberikan feedback Menjaga kerahasiaan Bersedia sharing pergumulan
III. Pemimpin Kelompok
Peran Pada dasarnya memfasilitasi (facilitate) interaksi diantara anggota, menolong mereka saling belajar (learn) satu dari lainnya, membantu (assist) mereka dalam membuat personal goals, dan mendorong (encourage) mereka untuk menerjemahkan insight2 mereka menjadi hal2 yang konkret & nyata
Etika Objektif, tidak kompromi (bukan berarti kaku) Tidak boleh menyalahgunakan posisinya untuk kepentingan pribadi, meskipun setelah terminasi Bersikap profesional perannya untuk membantu, bukan menjadi “teman” Hati-hati dengan potensi hubungan antar lawan jenis, meskipun setelah terminasi, sebab kemungkinan dapat mengacaukan hasil terapi sebelumnya
KUALIFIKASI Skill/teknik (lihat FC) Pengetahuan Kepribadian Nilai2, Moral, & Etika Reflektif & responsif Leadership
IV. Membentuk kelompok
1. Pengumuman & perekrutan Lebih baik kontak langsung dengan calon anggota dibandingkan pengumuman yang dicetak kertas Misalnya: kalau disekolah, lebih baik langsung datang ke kelas, beri penjelasan tentang diri Anda & kelompok yang akan dibentuk
2. Seleksi Pemimpin sebaiknya memilih anggota yang memiliki kebutuhan & tujuan yang sesuai dengan kelompok sehingga tidak menghambat & merusak jalannya kelompok (contribute >< counterproductive) Dapat dilakukan dengan metode wawancara. Paparkan segala informasi yang dibutuhkan sehingga mereka memahami sepenuhnya
3. Terbuka vs tertutup Kalau tertutup kelompok lebih stabil sehingga situasi kohesif (kesatuan, konsistensi, keterbukaan, dsb) tercapai Masalahnya, jika anggota terus berkurang maka kelompok bisa “bubar” Kalau terbuka, bisa menghasilkan stimulasi baru. Masalahnya, dapat menghambat situasi kohesif
4. Sukarela atau wajib Biasanya akan menentukan motivasi anggota Anggota yang diwajibkan lebih cenderung demotivasi atau memiliki sikap/attitude yang negatif Namun bila pemimpin dapat mengarahkan & memiliki sikap yg baik disertai persiapan grup yang optimal, diharapkan perubahan sikap terjadi
5. Homogen atau heterogen kesamaan kategori usia (anak, remaja, atau dewasa); kesamaan masalah (misal: masalah relasi suami-isteri, karir, dsb); kesamaan latar belakang (misal: para mantan pecandu narkoba, dsb) Heterogen: (kebalikannya) Contoh ?
6. Ukuran kelompok Pada prinsipnya, ukuran kelompok sedapat mungkin bisa memfasilitasi anggota untuk berinteraksi dengan optimal. Jangan terlalu besar sehingga kesempatan berinteraksi sulit atau terlalu kecil sehingga kehilangan “sense of group” Kategori usia dewasa: +/- 8 orang Kategori usia anak: 3 – 4 orang
7. Frekuensi & Durasi Tergantung sikon, kebutuhan, & kesepakatan Untuk usia anak & remaja, lebih baik frekuensi lebih sering namun durasi lebih pendek Usia dewasa kira-kira 2 jam/minggu
8. Terminasi (time limit) Perlu untuk dikomunikasikan agar anggota memiliki gambaran Tergantung tipe kelompok & populasinya Bisa antara 30 – 50 minggu Bagi pelajar biasanya per semester (15 minggu)
9. Tempat pertemuan Sebaiknya dipilih tempat yang nyaman, aman, mudah dijangkau, namun tentu tidak perlu mahal
Terapi kelompok bagi korban bencana alam (traumatik) Special Case: Terapi kelompok bagi korban bencana alam (traumatik)
V. Memulai kelompok
Lihat FC Jurnal