ideologi Muhammadiyah: dalam Dinamika tajdid dan ijtihad Achmad jainuri
Pengantar Secara formal kata tajdid dan ijtihad tidak biasa digunakan elite Muhammadiyah pada awal abad ke-20. Orang luarlah yang mencoba menilai apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah awal sebagai gerakan pembaharuan (tajdid). Demikian juga untuk menyebut pemahaman rasional terhadap Islam, para elite Muhammadiyah sering menggunakan kata akal (rasio) daripada istilah ijtihad Tajdid merupakan model atau bentuk penjabaran nilai ajaran Islam yang bersifat universal. Universalitas Islam itu termuat dalam 30 juz al-Qur’an, yang secara paradigmatik al-Qur’an tidak harus berbicara tentang segala sesuatu secara detail, faktanya al-Qur’an hanya berbicara tentang pokok-pokok ajaran dan tujuan yang bersifat umum Ijtihad merupakan bagian penting ide dan metodologi tajdid; merupakan jati diri gerakan tajdid, memiliki peran penting dalam gerakan Muhammadiyah. Ijtihad menjadi identitas gerakan yang bisa menjabarkan isi sumber nilai Islam kedalam realitas kehidupan konkrit sehari-hari. Identitas ini harus selalu mewarnai setiap gerakan yang diklaim sebagai gerakan pembaharuan
1. Ideologi Muhammadiyah Ideologi Muhammadiyah merupakan rangkaian kerja intelektual yang dirumuskan berdasarkan wawasan tajdid dan dilakukan melalui proses ijtihad yang terus menerus Sistem ide yang digali dari sumber nilai-nilai Islam, tradisi, dan pemikiran yang berkembang untuk menjawab persoalan yang dihadapi oleh masyarakat Karena itu ideologi Muhammadiyah merupakan rumusan tentatif (sementara) dan bisa berubah sesuai dengan tuntutan perkembangan. Jika pada masa awal Muhammadiyah dikelompokkan sebagai gerakan modern, maka sekarang: Muhammadiyah dikelompokkan ke mana di antara orientasi ideologi seperti: tradisional/konservatif, reformis/modernis, sekular/modernis, puritan/fundamentalis, Islamis, salafis, atau jihadis
2. Fungsi Ideologi Muhammadiyah Sebagai alat untuk melihat kondisi kehidupan (dulu dan sekarang) yang ada yang ingin dirubahnya Merasionalkan pandangan, ide, gagasan, dan program gerakan, yang semuanya dinilai tepat untuk menjawab persoalan umat Alat untuk mempertahankan diri dari serangan lawan: ada upaya mengkelompokkan Muhammadiyah sebagai gerakan Wahabi/radikal, anti kebhinekaan serta anti toleransi ? Justifikasi filosofis bagi tujuan gerakan
3. Wawasan dasar ideologi muhammadiyah Teologi pembebasan (liberal) dan humanis (pluralitas dan toleransi), pandangan keagamaan universal dan inklusif Semua ibadah dalam Islam memiliki makna sosial yang sangat luas, kesalehan bukan untuk diri sendiri, tetapi juga lingkungan masyarakat secara luas Filsafat praxis yang mengedepankan amalan nyata (sedikit bicara banyak kerja, keikhlasan, fastabiqul khairat, hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah/mari hidup bersama Muhammadiyah), yang muncul dalam berbagai amal usaha Amal usaha pilantropis: pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial (teologi al-Ma’un) Rumusan baru: penekanan pada 3 pilar pilantropis: MDMC (penanggulangan bencana), Lazismu (gerakan zakat, infaq, dan sadaqah), dan pemberdayaan masyarakat. Ketiganya menambahkan 3 pilar lama: pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial. Ketiganya terkoordinasikan dengan perguruan tinggi dan rumah sakit Muhammadiyah
4. Tantangan baru ideologi muhammadiyah Keagamaan: munculnya aliran dan gerakan keagamaan baru (transnasional), penggiringan opini ke label radikal anti kebhinekaan dan intoleransi, serta kecenderungan sikap keberagamaan yang saling menyesatkan Sosial: kesenjangan ekonomi yang semakin melebar, meluasnya pengaruh IT dalam kehidupan sehari-hari, era simulacra yang sulit membedakan mana yang benar dan salah, issue dan fakta Politik: sistem politik yang liberal, pragmatis, dan demokrasi korporasi serta sikap politik warga Muhammadiyah yang terkesan “ambigu,” (mengambil jarak/kedekatan yang sama dengan semua partai politik; amal usaha politik) Budaya: tidak berdayanya budaya agama (meaninglessness) berhadapan dengan budaya modern yang materialistis, pragmatis dan konsumeristis. Nilai etika norma agama terasa tidak ada artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari (terutama dalam praktik politik)
5. Sifat dan fungsi gerakan Gerakan Dakwah Amar Makruf Nahi munkar; Gerakan kultural bukan struktural; Gerakan Purifikasi (ibadah mahdhah) dan Modernisasi (sosial kemasyarakatan), yang bertujuan: Menegakkan dan Menjunjung Tinggi Agama Islam, sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (tingkat kedewasaan warga anggota masyarakat) melalui: Amal usaha philantropis (pendidikan dan dakwah), ternyata TIDAK CUKUP Kalau pada masa awal pembaharuan Muhammadiyah berfungsi sebagai jawaban terhadap tantangan kemunduran umat Muslim (Indonesia), maka pembaharuan sekarang harus diorientasikan pada jawaban terhadap tantangan kemajuan yang dihadapi oleh Muhammadiyah
6. Komitmen warga muhammadiyah Intensif melakukan kajian guna peningkatan wawasan untuk dilaksanakan dalam program Persyarikatan Komitmen terhadap Islam (berkemajuan), Persyarikatan (semua aturan dalam menjalankan misi dan tujuan Muhammadiyah), dan Amal Usaha (mengembangkan amal usaha berdasarkan nilai kebenaran, kejujuran, kecerdasan, serta integritas diri lainnya ). Memunculkan kader dari keluarga sendiri Mengutamakan pimpinan AUM dari warga Muhammadiyah yang memahami program Muhammadiyah Munculnya kesadaran akan “nasionalisme Muhammadiyah.”
7. penutup Semogaa bermanfaat, alhamdulillahirabbil alamin