MANAJEMEN KRISIS BAGI ECOTOURISME MGT

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Ekonomi dari Perubahan Iklim Nicholas Stern Dewan Perwakilan Rakyat Jakarta 23 Maret 2007.
Advertisements

PENGELOLAAN TERPADU SDA DAN OTDA OLEH AHYAR ISMAIL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN.
TIPE INSTRUMEN EKONOMI, KELEBIHAN & KEKURANGAN
KEBIJAKAN DAN KONSERVASI SDA
Menuju Pembiayaan Sektor Pertanian yang Berkelanjutan Dr. Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur Seminar Nasional Feed The World : Munuju Swasembada yang Kompetitif.
ENVIRONMENTAL VALUATION
Pandangan Tentang Tantangan Penataan Ruang Kedepan
Indikator Pembangunan Berkelanjutan (sumber: Hackett, Ch. 13)
Yusman Syaukat Department of Resource & Environmental Economics Faculty of Economics & Management Bogor Agricultural University.
Perencanaan Tata Guna Lahan
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Anggaran Berbasis Kinerja
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
ANALISIS PADA INTEGRASI PERTIMBANGAN LINGKUNGAN
Pendahuluan Limbah telah lama mengitari kehidupan manusia terutama setelah dikenal adanya peradapan menetap di suatu tempat dan membentuk koloni. Secara.
Prakarsa Pengembangan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan
Pembangunan Berkelanjutan
Lingkungan dalam Prinsip Ekonomi Berkelanjutan
PRINSIP PERENCANAAN PANGAN WILAYAH
MAKROEKONOMI LINGKUNGAN
MAKROEKONOMI LINGKUNGAN
Deputi Bidang Pengembangan Regional
KOORDINASI, INTEGRASI DAN SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PELATIHAN TEKNIS PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBAHAN BAKU LOKAL
PERTEMUAN – 3 M.K. EKONOMI WISATA (ESL 332)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
KEY ISSUES.
KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
RENCANA KEHUTANAN TINGKAT NASIONAL
KULIAH VALUASI ESDAL PERTEMUAN KE
KONSEP PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN
Kebijakan Pelaksanaan REDD
Pert. 16. Menyimak lingkungan IS/IT saat ini
AIR PERLUKAH KITA LESTARIKAN ?
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN
POLITIK & STRATEGI KEAMANAN NASIONAL
CONSERVATION AND ENVIRONMENT MGT
KEBIJAKAN DAN KONSERVASI SDA
Kota yang berkelanjutan
PERKEBUNAN DAN MASALAHNYA
Kebijakan-Kebijakan Internasional untuk Kegiatan Adaptasi Perubahan Iklim Global ME4234 KEBIJAKAN IKLIM.
PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS UNGGAS
III. PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF EKOSISTEM
Perencanaan Lingkungan Hidup
PELAKSANAAN PINJAMAN PROGRAM
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
POLITIK & STRATEGI KEAMANAN NASIONAL
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Hak Kepemilikan Hutan Nama kelompok: Masruri ( )
OPTIMALISASI e-GOVERNMENT MENUJU SMART CITY
PEMBANGUNAN EKONOMI MARYUNANI
Pertemuan 2 Konsep Otonomi Daerah.
LINGKUNGAN DAN PEMBANGUNAN
Hutan kemasyarakatan A.Pendahuluan tentang hutan kemasyarakatan
Lingkungan dalam Prinsip Ekonomi Berkelanjutan
Investasi Sektor Publik
EKSTERNALITAS.
ANALISIS LINGKUNGAN LINGKUNGAN
PEMBANGUNAN EKONOMI MARYUNANI
GERAKAN MENUJU SMART PROVINCE: Membangun Daya Saing Daerah Melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi Pontianak, 7 Desember 2017 Moderator.
ADMINISTRASI KEUANGAN NEGARA DAN RUANG LINGKUPNYA
Pertemuan 2 Konsep Otonomi Daerah.
Pariwisata Bekelanjutan
BLUE ECONOMY Bambang Semedi.
Proses Perencanaan Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip Ekoefisien
Proses Perencanaan Pendekatan Politik: Pemilihan Presiden/Kepala Daerah menghasilkan rencana pembangunan hasil proses politik (public choice theory of.
EKSTERNALITAS.
Sustainable Development Goals (SDGs)
Transcript presentasi:

MANAJEMEN KRISIS BAGI ECOTOURISME MGT Prof Alikodra Guru Besar IPB Dr. Efransjah CEO WWF Indonesia

DEFINITION Crisis: A situation in which an individual or organization is faced with the prospect of fundamental change, usually sudden and unforeseen, which threaten to disrupt and overturn prevailing philosophies and practices Crisis mgt: Preparing for and managing the process of crisis from inception to resolution with primary objective of minimizing damage

DEFINITION Tourism crisis: Circumstances in which tourist and members of the tourism industry individually or collectively, including destinations, are faced with change which is potentially destructive for every, or certain, parties. Tourism crisis mgt: Planning for and management tourism crisis in order to protect the interest of the industry, tourists and other stakeholders involved and any long-term damage.

FAKTOR PENYEBAB TOURISM CRISIS 1. Global warming 2. Terrorist 3. Energy Crisis 4. Water Crisis 5. Food Crisis 6. Culture Crisis TOURIST DEMAND SUPLY DESTINASI TRAVEL

TOURISM LEARNING OBJECTIVE DRIVERS FACTORS: Economics, Politics, Terrorisms, Society-culture, Environment, Health, Technology, Business organization TOURISM

Dimensions of Green Growth Build from existing work and analyses (Provincial Low Carbon Development Plan, Ex-Mega Rice Master Plan, etc.) Districts included in Heart of Borneo include: Katingan, Gunung Mas, Murung Raya, Kapuas, Barito Utara  Quantify current landuses and carbon emission reduction potential possible in these Districts  Identify and support green growth solutions based on ecosystem services (carbon, water, biodiversity, sediment retention, flood prevention, NTFP etc)  Via REDD+ Taskforce and Central Kalimantan Government maximise values of natural capital in investment, landuse policy and fiscal incentive decision making

Apakah Green Economy GE dapat dipandang sebagai visi alternatif untuk pertumbuhan ekonomi dalam pembangunan; GE mendorong “triple bottom line”: menyangga dan memajukan ekonomi, lingkungan dan kesejahteraan sosial GE dapat juga diartikan sebagai pembangunan ekonomi yang bersifat rendah karbon, efisien dalam menggunakan sumberdaya alam dan memajukan seluruh aspek sosial. yaitu faktor pendorong pembangunan yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan peningkatan kehidupan masyarakat dengan cara-cara yang konsisten terhadap pembangunan berkelanjutan. dengan kata lain, suatu pembangunan ekonomi yang menghasilkan peningkatan kesejahteraan manusia, keadilan sosial dan secara signifikan menekan resiko kerusakan lingkungan dan kelangkaan ekologis. Dalam ekonomi hijau, peningkatan penghasilan dan perluasan lapangan kerja harus didorong oleh investasi publik dan swasta yang mengarah pada pengurangan emisi gas rumah kaca dan polusi, meningkatkan efisiensi sumber daya alam dan energi, dan menghindarkan dari kerusakan keanekaragaman hayati serta jasa-jasa ekosistem.

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya sejak pertengahan 1970an kita sudah menggunakan sumber daya alam melebihi kapasitas hayati sumber daya tersebut untuk memperbarui kondisinya. Sumber: WWF Living Planet Report 2010

Living Planet Index Indo-Pacific Merosot 66% Termasuk kawasan Indomalayan, Austral-asia dan Oceania. Penurunan Index Hayati mencerminkan adanya pertumbuhan pertanian, industri dan pembangunan perkotaan yang cepat di seluruh wilayah, yang telah menyebabkan kerusakan dan fragmentasi hutan, lahan basah dan sistem sungai yang paling cepat dibanding wilayah lain di dunia (Loh, J. et al, 2006;. MEA, 2005b). Sebagai contoh, tutupan hutan tropis antara 1990 dan 2005, menurun lebih cepat di Asia Tenggara dibanding di Afrika atau Amerika Latin, dengan perkiraan laju penurunan mulai dari 0,6% sampai 0,8% per tahun (FAO, 2005; Hansen, M.C. et al., 2008).

Apakah GE Konsep Baru? Bertujuan: Memperhatikan: Sasaran: Pertumbuhan dan pembangunan yang berkeadilan, Menjamin kelestarian aset “natural capital” untuk menyediakan bahan pangan, air dan ketahanan iklim serta sumber daya pembangunan Memperhatikan: Nilai ekonomi penting “natural capital” for their full societal value Hak-hak masyarakat yang paling tergantung kehidupannya pada lingkungan dan yang paling terancam Sasaran: Pertumbuhan ekonomi yang tetap menjamin terjaganya nilai “natural capital” Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial; Secara signifikan mereduksi resiko kerusakan lingkungan dan kelangkaan ekologis Menghantarkan pada: Prioritas-prioritas pembangunan nasional , mulai dari pemerintah pusat, daerah dan lokal untuk kesejahteraan masyarakat dan kelestarian sistem penyangga kehidupan

Tantangan Transisi ke Green Economy, dan Faktor Pemungkin Tantangan yang utama seperangkat kebijakan pembangunan menuju suatu sistem ekonomi yang mampu memberi manfaat yang lebih luas dan berjangka panjang kepada masyarakat. Transisi ke Green Economy akan membutuhkan pergeseran fundamental mengenai pemikiran tentang pembangunan dan pertumbuhan, produksi barang dan jasa, serta perilaku konsumen. Transisi ini tidak akan terjadi hanya dengan informasi yang lebih baik mengenai dampak, resiko, atau analisis ekonomi yang tepat/akurat pada dasarnya pilihan arah pembangunan ekonomi adalah tentang politik dan perubahan keputusan mengenai politik ekonomi adalah keputusan yang sangat besar.

Tantangan Transisi ke Green Economy, dan Faktor Pemungkin Permasalahannya adalah “vested interests”. Politisi yang mengambil manfaat adanya status quo biasanya overrepresented di dalam parlemen, atau mempunyai akses yang sangat besar pada lembaga pengelola sumberdaya alam dan yang berwenang melindungi lingkungan hidup. Tahap-tahap berikut ini diharapkan mampu meciptakan “a more level policy-making playing field”: Meningkatkan public awareness dan argumentasi-argumentasi for change. Mendorong dipergunakannya indikator pembangunan berkelanjutan untuk melengkapi indikator GDP sebagai pengukur keberhasilan pembangunan. Memberi ruang publik kepada proses pengambilan keputusan pembangunan, termasuk dalam proses perumusan kebijakan dan peraturan. Mengidentifikasi dan mendorong para pembaharu dalam kepemimpinan politik yang benar-benar menyuarakan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan, dan berkomitmen mewujudkannya.

Green Economy Enabling Conditions Di tingkat pembuatan kebijakan: Perubahan pada fiscal policy, mereformasi dan mengurangi secara signifikan subsidi yang berdampak buruk pada lingkungan; Penerapan new market-based instruments untuk pengurangan emisi dan polusi; Mengarahkan public investments pada sektor-sektor kunci ke arah “green”; greening public procurement; and improving environmental rules and regulations as well as their enforcement. Penetapan kerangka kerja regulasi untuk produksi, distribusi dan konsumsi yang green; Pembatasan belanja publik pada pos-pos yang menguras natural capital; Penerapan pajak dan market-based instruments untuk mengubah preferensi konsumen dan promote “green investment and innovation”; Investing in capacity building and training;

Implikasi Pembebasan pajak untuk kawasan HCV di HTI/HPH Aktualisasi nilai ekonomi dari jasa lingkungan: Mekanisme PES Instrumen ekonomi untuk pengelolaan lingkungan/ekosistem: Perencanaan pembangunan (internalisasi eksternalitas)willingness to accept; tata ruang; tata kelola produksi hasil hutan (GFTN, SVLK) Pendanaan lingkungan untuk pemulihanrestrukturisasi penggunaan DR; DAK; Dana Dekonsentrasi pengelolaan Hutan Lindung Mekanisme Insentif dan insentifmeningkatkan demand pada produk hijau; public procurement policy Financing and fiscal policy: investment (investment market and bank investment policy), green GDPin forestry sector, green budgeting, green tax.

Terima kasih!!